Kabar mengejutkan

Dada Isha menggebu-gebu. Rasanya sudah tak sabar ingin bertemu dengan Nina. Sahabat baiknya yang sudah 2 tahun tidak dia temui. Hingga dia bergerak cepat memarkirkan mobilnya. Kakinya pun menapaki dengan mantap ke arah lobi stasiun. Kereta sudah datang dan singgah. Pintu-pintu pun mulai terbuka. Suara derunya menggema ke seluruh stasiun.

Mata bulat Isha mulai mencari-cari keberadaan Nina dari arah pintu-pintu itu.

"Di sana!" seru Isha dengan antusias. Dia berlari menemui Nina yang juga berjalan ke arah pintu keluar.

"Nina!" panggil Isha berteriak keras. Hingga Nina pun menoleh.

"Isha!!" sautnya dengan semangat yang sama. Nina mulai berlari ke arah Isha lalu memeluknya.

"Hummm kangen kamu Nina, kangen banget," ucap Isha memeluknya erat.

"Aku juga sama, kangen kamu juga," sejenak mereka saling melepas pelukan bertatap sebentar lalu saling memeluk lagi.

"Heyy pelukannya udah puas?" tanya seorang pria yang tidak dikenal Isha. Mereka pun saling menyudahi pelukan mereka setelah mendengar pria itu. Isha menatap pria itu sejenak dengan bingung. Pria asing itu tersenyum. Lalu sesaat menyadari Nina pun ikut tersenyum.

"Siapa?" tanya Isha pada Nina kebingungan.

"Isha... ini calon suami aku," ucap Nina malu-malu. Isha terkejut ketika mendengar pernyataan dari Nina memperkenalkan pria yang ada di depannya ini sebagai calon suaminya. Pria bertubuh tegap seperti seorang aktivis.

"Nina! kamu serius?" tanya Isha masih belum percaya.

"Tanya sama dia!" Nina malah melempar tanya itu pada calon suaminya yang bernama Seno.

"Kenapa gak kasih tau aku awal-awal sih? sebel deh! sekarang seneng banget ya bikin orang terkejut," cicit Isha.

"Maaf ya, aku emang sengaja dadakan ngasih tau kamu karena mau kasih kejutan, dan sekarang berhasil kan?"

"Iya aku terkejut Nin, aku beneran gak nyangka sahabat aku sebentar lagi mau nikah, aku jadi terharu, secepat itu ya, ternyata kamu yang dapet jodoh duluan," ucap Isha dengan haru.

"Uhmm... rencananya bulan depan, nanti aku mau kamu yang jadi bridesmaids aku,"

"Bulan depan?" Isha makin-makin terkejut mendengar kapan waktu pernikahan Nina dilaksanakan.

"Iya bulan depan,"

"Nina selamat ya, gak nyangka ternyata sahabat aku mau mengakhiri masa lajangnya secepat itu, kamu memang beruntung Nin,"

"Makasih banyak ya, aku doakan juga supaya kamu cepet ketemu sama jodoh kamu,"

"Aamiin,"

"Oh iya Sha, kenalin ini Seno,"

"Aku Seno,"

"Isha,"

Mereka saling berjabat tangan dan saling melempar senyum ramah. Isha berpandangan bahwa Seno memang pria yang tepat untuk Nina. Bukan hanya dari penampilan saja yang meyakinkan, tapi tutur katanya juga lembut. Yang terutama adalah feeling seorang sahabat. Feeling Isha, Seno itu pria yang baik dan tepat untuk Nina.

"Kalian kenal dimana?" tanya Isha setelah melepaskan jabat tangannya.

"Aku sama Seno kenal di tempat kerja, kita satu kerjaan,"

"Uhmm gitu, cinta lokasi nih berarti,"

"Hehehe iya," jawab Nina malu-malu. Sedangkan Seno terkekeh kecil di belakang sambil mendengarkan obrolan mereka berdua.

"Eh aku baru sadar loh, kamu makin gemukan Nin, badan kamu makin bagus, kamu juga udah lepas kacamata,"

"Iya Sha, aku operasi lasik tahun lalu,"

"Wahhh kamu operasi mata? gak sakit?"

"Ya sakit, kalau efek obat peredanya hilang,"

"Tapi gak papa kan?"

"Gak papa dong, buktinya mata aku jadi makin baik, aku gak harus pakai kacamata lagi,"

"Sahabat aku makin cantik aja, pantes ada yang kecantol," goda Isha dengan menenggor manja bahu Nina.

"Isha... nanti Seno ngeledek aku,"

"Gak papa kan tanda cinta,"

Akhirnya mereka berbincang lama hingga melupakan calon suami Nina yang mengekor di belakang.

***

Sekarang Nina menikmati waktu cutinya menjelang hari pernikahan terlaksana. Dia tidak sepenuhnya malas-malasan. Kadang dia sibuk mengurusi berbagai persiapan pernikahan. Setiap hari dia sempatkan mengecek persiapan bolak-balik bersama dengan Seno ke lokasi WO, catering, decor, hiburan dan lainnya. Karena dia akan menjadi seorang ratu atau putri dalam sehari. Tentunya dia harus mempersiapkan penampilannya sebaik mungkin. Dia harus merawat diri sering keluar masuk spa untuk perawatan badan.

Sedangkan di tempat lain Isha sedang sibuk mengerjakan rencana pembelajaran untuk mengajar. Sibuk berkutat dengan komputernya. Sudah 2 jam dia duduk berhadapan dengan si kokom kesayangannya yang selalu setia meringankan beban pekerjaannya.

"Sipp!" seru Isha. Setelah puas mengerjakan satu langkah yang mendekati tugas akhir. Dia memundurkan kursinya ke belakang lalu meregangkan jari jemarinya.

"Sebentar lagi selesai, ayo semangat Isha! Kamu pasti bisa menyelesaikan ini dengan cepat!" monolognya menyemangati diri sendiri.

Tring!! ringtone berdering sekali. langsung saja Isha membuka pesan tersebut.

(Beb kita keluar) pesan masuk dari Nina.

(Kemana? kamu memang gak sibuk urusin pernikahan?)

(Udah semua beres, aku mau refreshing otak mau belanja)

(Belanja?)

(Iya, aku mau shopping atau sekedar cuci mata, belum tentu habis nikah bisa jalan-jalan berdua lagi sama kamu, Seno sedikit suka ngatur)

(Oke deh, tapi aku bolehkan selesain pekerjaan aku buat beberapa menit lagi?)

(Berapa menit?)

(Tiga puluh menit maybe?)

(Oke, aku tunggu)

Obrolan lewat pesan pun berakhir. Isha bergegas menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat.

"Come on Isha!"

"Sayang!" tiba-tiba mama Rita membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu. Sontak Isha pun kaget karena sedang fokus-fokusnya mengerjakan tugas dan kewajibannya.

"Kok kamu gak bilang ke mama," protes mama Rita dengan muka cemberut. Isha bingung kenapa mamanya ini?

"Ada apa sih ma?"

"Nina mau nikah, kok gak kasih tau mama, kamu tahu?" tanya mama Rita.

"Tahu dong,"

"Ihh kenapa gak ngasih tau mama? dia udah pulang kampung juga?" tanya mama Rita lagi.

"Iya ma, aku kok yang jemput dia di stasiun waktu itu,"

"Oh gitu, kalo Nina mau nikah, terus anak mama kapan nikahnya?" Isha langsung mendelik ke arah mamanya.

"Jangan tanya itu ma,"

"Ih salah ya? mama kan pengen cepet gendong cucu, temen-temen mama yang lain udah pada gendong cucu," mama Rita menggodanya sambil manyun-manyun.

"Mama, lihat Isha lagi apa?" ucap Isha dengan raut kesal. Sembari menunjukan pekerjanya.

"Lagi sibuk iya tau,"

"Udah mama keluar dulu, kalau ada berita nikah ujung-ujungnya lari ke Isha, nanti juga kalau Isha dan Rio sudah waktunya nikah, ya pasti nikah,"

"Bilang sama nak Rio jangan lama-lama gitu, Isha siap dilamar sekarang!" goda mama Rita.

"Ihhh mama, ganggu mulu deh ah, nanti gak selesai nih,"

"Iya deh maaf, semangat berjuang sayang," mama Rita pun keluar dari kamarnya. Akhirnya tidak ada gangguan lagi. Sungguh, pertanyaan dan tuntutan pernikahan itu adalah yang paling sulit untuk Isha hadapi. Apalagi ini perihal statusnya. Padahal menikah itu butuh kesiapan mental, finansial dan lainnya. Bukan hanya sekedar punya anak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!