Nina si penyelamat

*Happy reading*

Dari dalam lubuk hati Isha ada perasaan malu.

Apalagi jika Nina tahu dirinya tersesat di jalan akibat habis diputuskan oleh Kafa.

Tapi ini satu-satunya cara agar dia bisa pulang ke rumah.

Air mata tiba-tiba saja berhenti. Meski masih sakit hati. Rasa ingin menangis sudah lenyap berubah menjadi rasa takut. Ketakutannya pada orang jahat lebih besar ketimbang sedih karena mantannya.

Isha berjalan ke gardu kecil pinggir jalan yang jaraknya memang tak jauh dari situ untuk berteduh karena gerimis masih turun.

Duduk meringkuk menutupi sebagian wajah sebab takut sesuatu tiba-tiba muncul dari arah kanan kiri depan belakangnya. Kalau dia berdiri akan sangat nampak terlihat oleh orang lain.Takutnya ada orang jahat yang tiba-tiba melintas lalu menyadari keberadaannya.

Plak plak! tangannya sedari tadi tak bisa berhenti untuk menggeplak nyamuk yang berterbangan.

Disitu juga banyak nyamuk yang sedang mengerumuni dan menggerogoti kulitnya secara beramai-ramai. Kakinya sudah panas sebab sesekali kena tamparan kasar tangan Isha sendiri.

Isha memang suka menyiksa dirinya sendiri. Bukannya dia berjalan menyusuri jalan malah berdiam diri di tempat yang banyak nyamuknya.

Maksud Isha berdiam di dalam gardu karena dia cuma tak mau nanti Nina bingung mencarinya kalau dia pindah-pindah tempat. Makanya dia tetap stay di sana. Dia juga berharap agar Nina cepat sampai.

Isha menengok ke arah kanan. Tepat dimana silaunya lampu sorot motor Nina yang mulai mendekat. Dewi penolongnya sudah datang. Isha sangat senang dan lega.

Nina datang dengan motor scooter kesayangannya dan helm bogo warna pink nya.

Sebelumnya, Isha telah mengirimkan titik posisinya sekarang pada Nina lewat maps. Jadi memudahkan gadis itu mencarinya.

"Hahhhh syukurlah bantuan datang," gumamnya.

Rasanya Isha ingin sujud syukur saat itu juga. Nina masih sangat baik dan tidak menolak bantuannya.

"Maaf Isha nunggu lama ya?" seru Nina.

"Hehehe engga kok,"

'Uhmm Nina baik banget sih, maaf ya aku udah ngecewain kamu, padahal kamu selalu baik sama aku, tapi aku malah milih cowo ngeselin itu' ucap Isha dalam batinnya.

"Maaf ya,"

"Ah gak usah minta maaf Nin, aku gak papa kok, kamu dateng mau nolong aku aja, udah seneng banget," timpal Isha dengan senyum sumringah.

"Ya udah ayo naik, jangan lama-lama di sini, bahaya!" Nina memberi kode dengan tengokan kepalanya agar Isha segera naik ke motornya.

"Oke," Isha pun naik ke atas motor ketika Nina sudah selesai membelokan motornya ke arah jalan yang sama.

"Kok kamu bisa tersesat di jalan ini? malem-malem lagi," seru Nina memulai pembicaraan di atas motor.

Isha sudah menduga Nina tak akan mudah mendengar suaranya karena mengenakan helm walaupun dia menjawabnya.

"Ceritanya panjang Nin, aku cerita di rumah kamu ya besok," alasannya.

Padahal Isha sangat malu untuk menceritakannya. Mau ditaro dimana mukanya kalau gara-gara laki-laki itu mereka renggang. Tapi tetap saja putus.

"Oke," gadis kurus seperti kayu batang bambu dibelah dua ini hanya mengganguk saja. Kacamatanya pun hampir melorot karena anggukanya.

"Pegangan Sha kita ngebut! biar cepet sampe," perintah Nina.

Isha mau tak mau harus memeluk Nina dari belakang. Meskipun canggung, dia makin memperatkan pelukannya.

Tak tanggung-tanggung Nina yang kurus, kelihatan polos dan culun seperti kutu buku itu. melajukan motornya begitu kencang. Motor itu hampir loncat-loncat dalam kecepatan yang luar biasa. Keberanian Nina menerjang malam patut di apreasiasi.

Motor berhenti setelah sampai di depan rumah Isha. Isha turun dan menepuk pundak Nina dengan ramah. Sebagai tanda bahwa Isha sudah berbaikan dengan Nina.

"Makasih ya Nina, kamu udah baik mau nolongin aku, soalnya temen-temen yang lain gak bisa nolongin aku selain kamu, mana ada temen aku yang lain mau nolong pas malem gini," ucap Isha tulus. Bayangkan mereka saat menerima teks pesan dari Isha saat mereka sedang asyik-asyiknya tidur.

Dia jadi teringat masa dulu. Dimana Nina sendiri menceritakan dirinya yang sering tidur malam. Seperti makhluk nokturnal.

Sekali lagi Nina membetulkan kacamata bulat besarnya yang melorot meskipun hidungnya mancung mirip orang India.

"Humm gak papa Sha, aku senang kok bantu kamu, kalau aku gak nolong kamu, takutnya kamu ada apa-apa, apalagi ini udah malem kan," Nina nyengir lebar. Mata belonya seketika jadi sipit saat tersenyum.

"Humm maaf ya Nina, atas kesalahanku waktu itu," ucap Isha dengan nada menyesal.

"Kapan?" justru Nina bingung dengan pernyataannya.

"Gak tau pasti kapannya, tapi aku ngerasa aku udah jahat sama kamu,"

"Gak papa Sha, aku ngerasa gak ada masalah kok sama kamu," binar mata Nina mengatakan bahwa Nina memang berkata tulus. Isha tersenyum lega.

"Ya udah aku masuk dulu ya, aku ceritain besok cerita lengkapnya,"

"Kenapa gak sekarang?" tanya Nina penasaran.

"Aku takut kamu tertawa puas di tengah malam, tawamu takut ngalahin ketawanya mba Kun,"

Sontak Nina terkikik.

"Tuh kan nakutin,"

"Apaan sih? engga dong,"

"Nanti aja, sekarang udah malem,"

"Oke," Nina menaikan satu jempolnya ke depan dada.

"Kamu hati-hati di jalan ya," ucapnya sambil melambaikan tangan.

"Iya,"

Nina memutar arah motornya. Dan melaju seperti Valentino Rossi.

Setelah kepergian Nina, Isha pun membuka gerbang rumahnya dan masuk ke dalam.

Nina sudah menjauh. Sedih yang sempat tertahan tadi secara tiba-tiba muncul kembali.

Isha mulai mendramatisir tangisannya. Berjalan gontai menuju ruangan dalam rumah. Isha tak peduli tangisannya akan membangunkan orang rumah. Sebab dia tahu di jam-jam ini mamanya sudah tertidur.

"Isha malang sekali nasibmu, huaaaa," sendunya sambil menggebuk-gebuk dada yang terasa sesak.

Sekelebat peristiwa menyakitkan yang baru saja dia alami terbayang di otaknya. Menggoreskan duka yang lebih dalam dan kebencian untuknya.

"Kafa sialan! aku janji sama diriku sendiri, kalau dia sampai menyesal nantinya dan minta balikan, aku gak akan mau terima dia lagi, aku yakin aku bisa cepet move on dari dia, aku pastikan itu!" ucapnya meyakinkan diri sendiri dan penuh dendam.

Suaranya yang sudah terlampau serak dan napas yang hampir habis membuatnya sesenggukan.

Kedua tangannya terkepal kuat. Sampai kapanpun dia akan terus mengingat peristiwa dan rasa sakit ini.

Masih banyak laki-laki di luar sana yang mengantri untuk menjadi pacar Isha. Isha pastikan itu.

Saat masih berpacaran dengan Kafa pun, banyak laki-laki yang menyatakan perasaannya pada Isha.

Namun Isha lebih memilih setia kepada Kafa. Setampan dan sekaya apapun laki-laki itu Isha tidak tertarik sama sekali. Seluruh hatinya dan pikirannya sudah dipenuhi oleh Kafa.

***

Berlembar-lembar tisu sudah habis terbuang hanya untuk mengelap air matanya yang terus mengalir deras seperti mata air yang tak pernah mengering.

Tidurnya terganggu, bisa dibilang Isha tak tidur malam ini. Karena setiap kali dia memejamkan mata. Akhirnya dia akan menangis. Tambah lagi sampai subuh hari pun Isha masih dalam keadaan tersadar.

"Sha sayang! udah siang nak! kamu gak mau bangun dan berangkat kuliah?" sambut mama Rita di pagi hari. Suaranya begitu merdu terdengar seperti nyanyian burung.

Sembari mengetuk pintu beberapa kali, mama Rita masih memanggil namanya. Lalu dia menguping.

"Loh gak ada suara kedebugan, biasanya dia udah beres-beres buku,"

"Isha!" kini suaranya memanggil lebih tinggi.

"Hmmm," balasnya dengan berdehem.

"Loh nak kamu kenapa? suaranya kedengeran beda, mama buka ya pintunya,"

"Jangan ma, Isha lagi gak pakai baju,"

"Kamu telanjang?"

"Iya ma,"

"Kamu kan anak mama sendiri, gak papa lah mama lihat kamu telanjang,"

"Gak ma jangan masuk! Isha malu,"

"Kenapa musti malu sama mama?"

Mama Rita tetap membuka pintunya paksa. Gadis itu masih terbalut selimut bahkan wajahnya tak terlihat sama sekali tenggelam dibaliknya. Bak gumpalan awan putih.

"Kamu kenapa sayang? Kamu sakit?" tanya mama Rita yang terus beranjak menghampirinya.

"Gak ma, jangan deket-deket, aku masih bau jigong," gadis ini tetap menyembunyikan dirinya dibalik selimut.

"Anak mama aneh sih, mana coba mukanya?"

Selimut pun tersingkap lebar sebab mama Rita sudah gemas dan menyibaknya ke atas.

"Astaga....," mama Rita tercengang dengan mulut menganga. Tak lupa juga mata yang membola besar.

"Anak mama kenapa? kok matanya bengkak begitu, bibirnya juga, pipinya juga, mirip baso lava," cuitan mama Rita ramai.

"Mama......," Isha terisak lagi memeluk mamanya dipangkuan mama Rita. Begitu pun mama Rita langsung memeluk anaknya dan mengelus kepalanya.

"Kamu kenapa sayang? cerita sama mama, jangan kamu pendem sendiri gak baik,"

"Ma... aku putus sama Kafa,"

"Hah putus?" dia terkejut.

"Iyaaaaa," suara tangisnya terdengar meliuk.

"Kok bisa? dia jalan sama perempuan lain?"

"Iyaaaaa,"

"Sudah mama duga, bisa-bisanya dia selingkuhin anak mama, mama kira Kafa gak akan lakuin itu ke kamu, ternyata laki-laki jaman sekarang aneh-aneh, banyak tingkah," mama Rita ikut tersulut emosinya melihat kesedihan yang dialami Isha.

"Di-dia, dia lebih milih jalan sama perempuan yang baru dia kenal, ternyata dia kenalannya Intan, untung aja Intan kasih tau Isha, kalau Intan gak kasih tau, aku gak tahu ternyata Kafa main dibelakang Isha," Isha benar-benar mengadukan semua yang dia alami pada mamanya.

"Benar-benar ya anak itu, kelihatan kalau Kafa itu cowo nakal, suka main-main sana sini, Isha aja yang buta dan cinta banget sama Kafa, jadi mama gak bisa larang kamu,"

"Maafin Isha mah," ucap Isha sendu.

"Gak papa, mama harusnya marah sama Kafa karena udah nyakitin kamu, seenaknya aja buang anak mama yang cantik ini, udah jangan galau ya nak, kamu pasti dapat yang lebih baik dari Kafa, banyak cowo baik yang gak neko-neko, pokoknya Isha harus kuat dan tabah, nanti mama bakal hibur Isha terus, mama gak akan mau lagi kalau Kafa datang ke sini, Kafa langsung mama usir dari sini," tukasnya.

Ancaman sang mama nampaknya bukan main-main. Mama Rita juga membenci Kafa bukan karena ada alasan lain.

Karena memang Kafa tidak baik untuk Isha dan berani menyakiti anaknya. Sepertinya tidak akan ada lagi pintu maaf bagi Kafa jika suatu saat kembali dan dia menyesal.

Author : Nur Isthifaiyatunnisa

Terpopuler

Comments

Roji Sabili

Roji Sabili

wahhhh menarik :)

2022-10-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!