Orang-orang baik

*Happy Reading*

Pagi yang suntuk mengawali harinya. Patah hati membuat dia malas melakukan segalanya termasuk makan.

Bahkan pagi ini pun dia tidak mandi.

"Ayo dimakan Isha, nanti keburu dingin buburnya," perintah mama Rita dengan tatapan khawatir.

Isha memang sedang sakit hati dan malas makan. Biasanya fase ini banyak dialami orang pada umumnya kalau sedang galau. Malas makan, malas mandi, malas keluar. Dan malas-malas lainnya.

"Ma aku gak mau makan buburnya," Isha menggeleng sembari menggeser mangkuk buburnya menjauh.

"Kenapa sayang? Gak enak ya bubur buatan mama?" tanya mama Rita khawatir.

"Bukan gak enak ma, aku emang lagi males makan, nanti deh kalau Isha udah laper banget baru Isha makan,"

"Yahhh ya udah deh buburnya mama makan ya,"

"Iya ma," Isha mengangguk.

Tak masalah dia tak makan buburnya. Karena lidah sudah menjadi kelu sebab semalaman dia menangis.

Akhirnya mama Rita yang menghabiskan bubur milik Isha. Padahal sudah dua mangkuk dia habiskan. Mama Rita memang mencintai masakannya sendiri.

Terdengar tarikan napas yang berat. Sembari menatap kosong ke suatu arah dengan dagu bertumpu pada kedua tangannya di meja makan.

Mama Rita pun mendekati anaknya dengan raut cemas. Lalu mengelus kepalanya lembut.

"Udah sayang, jangan manyun terus, cowo kaya Kafa gak pantes kamu gamonin, mending kamu jalan-jalan, cuci mata cari cowo ganteng di jalan," celoteh mama Rita dengan mulut yang bergerak memutar mengunyah kerupuk.

Mama Rita sadar Isha masih belum bisa menerima kenyataan yang telah dialaminya.

"Mama kok nyuruh aku begitu,"

"Loh mama juga pernah punya pengalaman kaya Isha loh pas muda, waktu itu juga mama sakit hati karena mantan mama selingkuh di belakang mama, tapi cuma semalem mama nangis, besoknya mama hangout sama temen-temen mama, nonton, makan sambil cuci mata, eh ternyata ada cowo yang nyangkut sampe sekarang nih jadi suami mama dan hasilin kamu," ujarnya panjang lebar.

Isha cuma bisa melongo dan manggut-manggut saja mendengar cerita sang mama.

"Mama pernah gitu juga ya, aku baru tahu, mama tuh punya mantan berapa memangnya?"

"Uhukkk!" bubur yang masih mama Rita kunyah muncrat keluar sebab tersedak dan terkejut karena mendengar pertanyaan itu. Mama Rita langsung menyambar segelas air putih yang ada di atas meja.

"Loh mamah batuk artinya mantan mama banyak ya?" goda Isha.

"Nanyanya aneh-aneh kamu nih," elak mama Rita.

"Kasih tau dong ma," paksanya sambil menggelayut manja.

"Kasih tau gak ya...," mama Rita memutar bola matanya bercanda.

"Mama!" Isha manyun.

"Mantan mama gak banyak Sha, cuma 10 aja," ucap mama Rita bangga sambil mengacungkan 10 jarinya ke atas dengan wajah sumringah.

Seketika Isha merasa tercengang. Sungguh tak kira mamanya ini mantan playgirl juga.

"Cuma 10? 10 dikata cuma?"

"Iya kurang banyak menurut mama sih," jawabnya enteng.

"Masih kurang? mama ngoleksi mantan? mantan itu bukan barang mahal ma," protes Isha.

"Mantan kan barang antik bagi mama," celoteh mama Rita membuat Isha terkekeh kecil.

"Mama ini ada-ada aja, mantan Isha cuma satu nih, apa artinya Isha harus nambah mantan lagi?" pikirnya dengan menggosok-gosokkan dagu berkali-kali.

"Udah jangan, nanti kamu nangis lagi," larang sang mama.

"Gak kok ma, buktinya Isha gak nangis lagi sekarang, karena mama selalu ada buat Isha," begitu kata itu terucap mama Rita langsung memeluk anaknya dengan pelukan hangat.

"Tapi gak boleh coba-coba ya, cukup cari yang setia, yang baik juga bakalan pergi apalagi yang kelihatan gak bener,"

"Iya mamaku sayang, aku dengerin nasehat mamaku yang ini,"

Mereka berbalas senyum.

Gruyukkk!!

Suara raungan perut seperti macam mengaum.

"Waduh! bunyi apa tuh?" tanyanya sambil mencari-cari.

Isha menggaruk tengkuknya sambil nyengir kuda.

"Mamaku aku pengen makan,"

"Yahh buburnya udah habis, tadi kamu gak mau makan, sekarang mau makan, gimana sih anak mama ini?!" omel mama Rita.

"Iya ma baru pengen,"

Drrt Drrt

Notifikasi pesan masuk berbunyi. Isha langsung membaca pesan tersebut. Seketika senyum mengembang di bibirnya setelah membacanya.

"Kenapa?"

"Nina ma,"

"Kenapa dia?"

"Katanya mau main sama aku,"

"Serius? kamu udah baikan sama Nina?" tanya mama Rita antusias.

Isha hanya mengangguk.

"Wahh syukur deh anak mama udah akur lagi sama Nina,"

"Hehehe, boleh ya ma aku keluar sama Nina?"

"Ya boleh dong, yang penting anak mama gak sedih lagi,

"Aaaa thank you mamaku," sekali lagi mereka berdua berpelukan seperti Lala dan Poh.

Setengah jam yang lalu Isha sudah menghubungi Nina. Isha mempersilahkan Nina main bersamanya asalkan tidak sibuk dengan tugas kuliahnya.

Apalagi Isha dan Nina 2 semester lagi akan mempersiapkan skripsi. Memang lagi masa-masa skripsi harus fokus kan.

Ya namanya anak jaman sekarang. Pusing sedikit pengennya healing and hangout biar tak terlalu pening memikirkan beban hidup. Begitu juga Isha dan Nina yang sama-sama manusia biasa. Sama-sama hidup di era Gen-Z.

Tak lama kemudian Nina memberitahu lewat chat bahwa dia sudah sampai di depan gerbang rumahnya. Gadis itu sudah menunggunya di depan.

Isha pun dengan tergesa keluar dari rumah menghampiri Nina. Sebelumnya dia sudah berganti baju dan meminta izin pada mama Rita.

"Hai Nina! maaf ya kamu harus repot-repot dateng ke sini," sapa Isha pada Nina. Nina membalasnya hanya dengan tersenyum kecil.

"Gak papa Sha, aku emang niat mau ke sini kok, oh iya mau pakai motor apa pakai mobil?" tanyanya.

Isha berpikir sejenak lalu melihat cuaca hari ini yang semi berawan.

"Pakai mobil aja kali ya, takut hujan sorenya,"

"Boleh, aku nitip motor di kamu ya,"

"Iya Nin masukin aja, bilang ke mama, titip motor Nina gitu, aku mau ke garasi dulu keluarin mobil,"

"Oke," Nina pun membawa motornya masuk menitipkannya di rumah Isha.

Sedangkan Isha mengeluarkan mobilnya dari dalam garasi mobil. Mobil pribadi milik Isha sudah keluar terparkir di halaman. Isha menunggu Nina selesai memarkirkan motornya. Nina keluar dengan berlari kecil menuju mobil.

"Maaf Sha, tadi ngobrol bentar dulu sama mama kamu, yuk berangkat!" ajak Nina.

"Ayo!"

"Humm sini Sha, biar aku aja yang nyetir, mata kamu bengkak gitu, takut masih sakit,"

"Gak papa kok Nin, ini gak sakit, ini cuma gara-gara nangis semalem,"

"Udah biar aku aja, nanti kamu fokus cerita semua kejadian semalem, biar aku yang dengerin,"

"Oke deh," akhirnya Isha pun menyerah dengan permintaan Nina. Memang benar Isha sangat ingin mencurahkan semua isi hatinya pada Nina. Sebab hanya Nina lah yang mengerti dan tidak menghakimi dia. Selain umur mereka sama. Nina juga memahaminya sejak dulu.

"Aku mau denger cerita kamu sampe kamu lega, beberapa orang pernah ngerasain kaya kamu, jadi aku mau bantu kamu lepasin semua beban kamu," binar mata Nina lebih membuat Isha lega.

Rasanya Isha begitu terharu dengan sikap Nina yang begitu memperhatikannya. Begitu leganya ada orang lain yang mau mendengarkan keluh kesahnya.

Dia sudah begitu baik meski Isha dulu mengecewakannya. Dalam hati Isha merasa malu pada diri sendiri yang sudah memperlakukan Nina dengan buruk.

Tapi dia berharap persahabatan ini semakin baik dan semakin langgeng meskipun keduanya sudah berkeluarga.

Author : Nur Isthifaiyatunnisa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!