Bertemu Vina

*Happy reading guys*

"Sekarang kita mau pergi kemana?" tanya Isha pada Nina tepat di telinganya dengan sedikit berteriak. Sebab mereka sedang berboncengan motor. Dan pastinya Nina tidak begitu jelas mendengar suaranya karena menggunakan helm.

Katanya Nina ingin mengenang masa-masa dimana dia naik motor untuk pergi kemana-mana. Apalagi dengan naik si Moti. Moti itu motor kesayangan Nina. Teman Nina di masa susahnya. Dengan si Moti, Nina sudah begitu jauh melakukan perjalanan.

"Hah? kamu ngomong apa Sha?" Nina tetap tidak dengar ucapan Isha. Angin begitu kencang menggelitik telinga mereka. Bayangkan saja angin itu membuat keributan di sekitar telinga kalian.

"Kita mau pergi kemana Nina?" ucap Isha lebih jelas lagi.

"Ohhh mall, aku mau belanja,"

"Mall banyak Nin, mall mana?"

"Hah? Apa?"

"Mall mana?" kini Isha makin menegaskan suaranya.

"Ohhh, Astar Mall,"

"Oh Astar mall," Isha menganggukan kepala mengerti.

"Apa Sha?"

"Engga!!"

Setelah 20 menit perjalanan menuju lokasi. Akhirnya Isha dan Nina telah sampai di Astar mall. Mall yang baru di bangun 8 tahun lalu. Entah kenapa semenjak dibangunnya mall Astar ini. Eksistensinya mengalahkan mall mall lain yang ada di kota ini. Selain besar dan luas. Bentuk bangunannya berbeda dan unik.

"Selama mall ini dibangun aku baru ke sini 3 kali loh," celetuk Nina setelah memarkirkan motornya dan melepas helmnya.

"Oh iya? aku baru sekali ini sama kamu, soalnya biasanya sih aku mainnya di GBC mall, mall lama itu, mama kan emang sering belanja di sana," ucap Isha.

"Oh ya? menurut aku Astar bagus dan luas, aku pun kalo ke sini kalo sama mama dan temenin mama belanja sama makan,"

"Kita emang dulu gak bisa pergi sama temen kalo ke mall, karena gk punya uang ya," celoteh Nina lalu disambut tawa Isha yang terkekeh.

"Dari dulu aku penasaran sih, siapa pemilik dari Astar mall ini, pasti kaya banget ya?" tanya Nina.

"Uangnya udah gak ketampung kali Nin, orang-orang kaya yang bener-bener kaya gak mau profilnya tersebar luas di masyarakat pasti mereka bakal menyembunyikan diri,"

"Itu artinya mereka gak sombong, namanya juga orang kaya sungguhan, kalo orang kaya bohongan ya sukanya pamer harta,"

Akhirnya mereka masuk ke dalam mall sambil berbincang mengenai pemilik mall yang mereka tidak ketahui sama sekali. Lalu saat mereka berjalan melewati food court. Nina menghentikan langkahnya karena melihat banner iklan minuman yang kelihatan begitu segar dan menggoda kerongkongannya.

"Eh bentar Sha aku mau beli minum dulu, habis nyetir jauh haus juga, kamu mau?" tawar Nina pada Isha.

"Iya aku mau deh, rasa coklat toping Oreo,"

"Okeh, mba vanila late toping cocochip sama coklat toping oreo ya,"

"Oke mba pesanan diterima, totalnya 35 ribu," ucap mba kasir tersenyum ramah. Dia telah menghitung total harga minumannya.

Baru saja Isha mengeluarkan dompetnya dari tas. Nina menahan tangannya.

"Oke, ini uangnya, jangan keluarin uang, tenang aku yang traktir,"

Isha menghela nafas dan mengembangkan senyuman. Sepertinya ini teraktiran terakhir Nina karena sebentar lagi akan pergi merantau bersama dengan suaminya. Nina memang sedang membalas budi Isha karena dulu Isha sering mentraktirnya makanan.

"Makasih banyak Nina,"

"Gak papa, terimakasih kembali,"

Setelah minumannya mereka terima. Tak jauh dari situ ada banyak kursi kosong.

"Sha, kita duduk dulu di sini, lihat nih leher aku udah keringetan,"

"Oke, kita duduk sambil minum di sini," Isha pun menyetujui saran Nina. Mereka duduk sambil berbincang dan menikmati minumannya.

Tak lama hp Isha yang berada di meja bergetar.

"Sha ada yang nelpon tuh, Rio?" Nina bingung. Nama asing muncul di layar hp Isha. Nina bertanya-tanya di otaknya siapa Rio.

"Sstttt," Isha memberi isyarat agar Nina tidak menimbulkan suara.

(Hai sayang) sapa Rio lembut. Cuma lewat telpon saja suaranya sudah selembut itu. Membuat Isha klepek-klepek.

Sedangkan Nina menganga lebar sebab mendengar sebutan sayang itu dari Rio. Lalu sedetik kemudian mengangguk paham siapa yang menelpon Isha sekarang.

(Iya sayang kenapa?) balas Isha. Nina semakin melotot dan menganga lebar.

(Kamu dimana? aku mau ke rumah nih mau ketemu mama)

(Maaf sayang aku belum ngasih tau kamu, aku lagi di Astar mall sama temen aku)

(Temen kamu? siapa?)

(Temen aku Nina)

(Kamu ngapain di sana?)

(Temenin Nina belanja sayang)

(Oh gitu, ya udah aku main ke rumahnya kalau kamu udah pulang dari sana, nanti hubungin aku ya kalau udah pulang)

(Iya sayang)

(Awas loh, matanya jangan nakal, jangan lihatin cowo cowo lain)

(Sayang aku gak gitu)

(Iya iya aku percaya kok sama kamu)

(Gitu dong)

(Ya udah aku matiin ya telponnya)

(Iya sayang)

Obrolan pun telah berakhir. Isha menyimpan hpnya ke dalam tas. Lalu menyadari sahabatnya senyam senyum sendiri.

"Kenapa?" tanya Isha bingung dan salah tingkah. Sebab Nina tengah menggodanya dengan senyum penuh arti.

"Siapa tuh cowo tadi? kamu gak cerita sama aku,"

"Tadi yang nelpon Rio, dia pacar aku,"

"Oh bagus dong, akhirnya sahabat aku udah buka hati lagi,"

"Harus! aku gak mau terus-terusan terjebak masa lalu lagi, sumpah itu hal yang aku sesali dan hal terbodoh yang aku lakukan, karena terlalu lama mengunci hati, takutnya kalau aku terus skip orang-orang yang berusaha mencintai aku, takutnya aku yang nyesel,"

"Gak papa Sha, namanya juga kamu lagi masa pemulihan, lagi masa membangun kepercayaan, susah banget loh membangun kepercayaan diri dan kepercayaan terhadap orang lain," Nina sang penasehat, mulai menasehati Isha kembali. Masukan dari Nina memang sangat membantu Isha merubah pemikirannya menjadi lebih baik. Meskipun tidak semuanya dia terapkan.

"By the way, udah jadian berapa bulan?"

"Baru dua hari yang lalu,"

"Ohhh masih bau wangi dong,"

"Iya,"

"Lagi anget-angetnya ya kalo masih baruan gitu, masih wangi,"

Tiba-tiba ada bola karet menggelinding ke arah mereka dan menyelinap ke bawah meja mereka.

"Eh bola siapa?" tanya Isha bingung. Dia mencoba meraih bola tersebut. Tak lama ada anak kecil berusia 2 tahun yang berjalan ke arah mereka dengan susah payah. Anak kecil itu seperti baru bisa berjalan. Jalannya masih agak sempoyongan tapi dia berjalan dengan semangat. Dengan sepatu decitannya.

"Cit! cit! cit! cit!"

"Ehhh bolanya punya ade ya?" tanya Isha gemas melihat anak itu sangat lucu sambil mengelus lembut pipinya. Anak itu memasang muka bingungnya. Isha mengembalikan bolanya pada anak kecil tersebut. Dia menerima bolanya dengan tersenyum lebar.

"Lucu banget adenya, anak siapa de? mana mamahnya?" tanya Nina sambil mencubit kecil hidung mungil anak itu. Lalu matanya mencari-cari orangtua si anak tersebut.

"Dino! ternyata ada di sini, jalannya cepet banget sih nak," ujar si ibu anak tersebut yang langsung menggendong anaknya.

"Makasih ya mba," ucapnya.

"Vina?" Isha baru tersadar saat ibu dari anak itu menaikan pandangannya ternyata ibu dari anak tersebut adalah Vina. Dia terkejut Vina sudah memiliki anak. Anak hasil dengan siapa?

"Isha?" Vina lebih-lebih terkejut.

Isha awalnya tidak mengenali wajah Vina. Karena wajahnya yang begitu jauh berbeda seperti dulu. Vina begitu cantik saat dia masih berpacaran dengan Kafa. Namun sekarang dia begitu lusuh, kalau Isha tidak melihatnya dengan teliti, Isha pun sulit mengenalinya.

"Ini anak kamu?" tanya Isha pada Vina. Lalu Isha dan Nina saling melempar pandangan. Dan mulai berpikir hal yang sama tentang anak itu.

"I-iya ini anak aku," jawab Vina gugup sekaligus malu. Vina sedikit menundukkan pandangannya. Sepertinya dia punya rasa bersalah di masa lalu pada Isha.

Namun anak Vina memiliki paras yang tampan. Isha pikir parasnya itu menurun dari si bapak. Lalu sejenak dia tertegun. Mengingat masa lalunya dengan Kafa.

"Vin, ini anak kamu sama Kafa?" tanya Nina dengan berani.

"Maaf aku harus pergi," Vina pergi begitu saja sambil membawa anaknya dengan secepat mungkin.

"Hey Vin! jawab dulu!" teriak Nina. Namun Vina sudah berlari jauh dan menghilang.

"Berarti mereka?" Isha tidak bisa meneruskan ucapannya. Sebab jika benar itu sedikit menyayat hatinya bahwa kenyataannya Kafa sudah menikah dengan Vina.

Author : Nur Isthifaiyatunnisa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!