*Happy Reading Guys*
"Hai Rio! ke sini kok gak bilang-bilang?" seru Isha sembari berjalan menghampiri Rio. Dia baru saja selesai mengajar les. Dia langsung masuk ke ruang tengah dimana Rio tengah duduk sembari menikmati jamuan.
"Ehhh gak boleh gitu, gak papa kali Rio ke sini tanpa ngasih tau kamu, Rio juga bukan cuma pengen ketemu kamu, tapi pengen ketemu mama juga, iya kan?" sambar mama Rita yang baru saja nongol dari dapur.
Mama Rita yang masih awet muda ini memang suka sekali bercanda. Rio hanya terkekeh membalasnya.
"Anak-anak sudah pulang?" tanya Rio. Dia memastikan anak-anak les pulang. Karena dia tidak ingin mengganggu waktu sibuk Isha sedikit pun.
"Udah kok,"
"Mereka semangat banget kayanya diajar sama kamu, kamunya cantik banget sih, jadi mereka betah," goda Rio hingga pipi Isha memerah.
Bukan pipi Isha saja. Tapi pipi mama Rita juga ikut mengembang melihat kemesraan anak muda jaman sekarang.
"Ihhh gombal," ucap Isha malu-malu.
"Mmm kalian ini, mama kok jadi kangen papa ya, mau nelpon papa ah, mau nostalgia," goda mama Rita sambil berlalu pergi ke kamarnya. Mungkin saja mama Rita benar-benar rindu suaminya yang sedang berlayar. Maklum kan sudah 3 tahun tidak bertemu.
"Masih laper?" tanya Isha.
"Gak kok, dari tadi mama terus ngasih aku makanan, nih makanannya udah aku makan sampe habis beberapa piring, sekarang aku tanya balik, kamu laper?" tanya Rio dengan lembut nan perhatian.
"Hummm kamu bisa denger?" secara kebetulan suara perut Isha yang sangat lapar meraung keras.
Kruyukkkkk!!
"Hahaha ya aku denger, kamu lagi laper banget setelah seharian ngajar, ayo kita pergi keluar!" Rio tertawa mendengar raungan perut Isha yang kelaparan.
Mama Rita sedikit menekukkan wajahnya.
"Makanan mama gimana?" gumamnya.
"Maaf ya mama, Isha mau makan diluar sama Rio,"
"Hmmm ya udah deh,"
Tanpa banyak tanya dan basa-basi Rio mengajak Isha pergi makan di luar. Pria ini tahu bagaimana caranya memperlakukan Isha dengan baik. Isha pun mengakui bahwa Rio pria yang dewasa dan sempurna. Isha hanya bisa menutupi wajahnya karena malu.
"Oke kalau begitu," Isha mengangguk setuju. Tidak ada penolakan lagi. Lambat laun pasti dirinya akan mudah beradaptasi dengan Rio dan akrab dengannya. Tidak seperti lalu-lalu saat Isha masih belum sepenuhnya percaya pada Rio. Membalas pesan pun begitu sungkan.
"Tapi gak masalah kan aku belum mandi sore?" tanya Isha. Sebab Isha memang belum sempat mandi sehabis pulang mengajar di sekolah tadi.
"Oh tentu gak masalah, kamu tetep cantik kok," lagi-lagi.
"Tuh gombal terus ya, tanggung jawab nih pipi aku merah,"
"Gak papa dong, aku suka lihat muka kamu pink,"
"Tapi aku udah ganti baju nih, setengah botol parfum aku semprot buat nutupin bau badan aku, yang penting wangi kan?"
"Sipp! Udah deh, nanti kalau habis parfumnya, bilang aja sama aku, aku beliin buat kamu 5 botol," ujar Rio dengan semangat sambil mengangkat kelima jarinya.
"Banyak banget,"
"Ya buat persediaan,"
Isha bahagia bukan kepalang mendapatkan pria sebaik Rio meskipun cuma gebetan. Isha masih menunggu waktu yang tepat sampai dirinya benar-benar yakin. Tapi sejauh ini Rio cukup membuat dia percaya dan bahagia seperti diratukan oleh seorang raja.
Sebelum pergi Rio bersalaman dengan mama Rita sebagai aturan dan kesopanan dalam membawa anak perempuan dari orangtuanya.
"Jangan ngebut loh ya nak Rio," pesan mama Rita.
"Tenang Bu, sama Rio semuanya akan aman, Isha akan Rio lindungi selalu," jawabnya heroik.
"Gombal banget ya cowo kamu Sha," goda mama Rita sambil menepuk pundak Isha pelan.
"Ihh mama iri terus deh, ayo telfon papa, pasti papa juga kangen mama, kita pergi dulu ya ma, dadah mama,"
"Dadahhh, hati-hati ya,"
Isha dan Rio pun berangkat menuju lokasi. Kali ini lokasi makan, Rio yang tentukan. Tapi kemanapun Rio mengajaknya ke suatu tempat, Isha hanya setuju saja.
Tipikal pria seperti Rio adalah pria yang sederhana. Namun dia tidak bisa membawa perempuannya ke tempat yang biasa saja. Jadi harus istimewa. Padahal Isha pun tidak keberatan jikalau dia diajak makan di angkringan.
So, karena memang Isha lahir dari keluarga sederhana. Kadang Isha juga berpendapat bahwa jangan terlalu memanjakan dia apalagi membawa Isha ke tempat-tempat mahal seperti mall, hotel atau resort.
Rio memang terlahir dan hidup dengan orang tua yang kaya raya. Dia anak tunggal dan satu-satunya pewaris bisnis sang ayah. Jadi tidak heran kalau hidup Rio terjamin tanpa keadaan sulit atau tertekan.
Isha melihat layar hpnya tak sengaja menyala di atas meja saat dia sudah duduk berhadapan dengan Rio di sebuah restoran bintang 5. Baru saja seorang pelayan kembali ke dalam setelah mencatat menu yang sudah di pesan Rio dan Isha sebelumnya.
Ternyata dia baru sadar, hari ini adalah tanggal 7 Desember. Tanggal cantik dimana pertama kalinya Isha dan Kafa berpacaran. Alias tanggal jadian mereka.
Sulit memang untuk move on karena banyak kenangan yang sulit untuk di hapus dari memori. Namun getarannya sudah tidak ada. Getaran naik turun itu sudah berubah menjadi garis lurus yang mati.
Isha menghela napas panjang masih memperhatikan layar hpnya dengan background foto bunga mawar putih.
"Kenapa Sha? Kamu lelah ya? tarik napasnya panjang gitu?" tanya Rio yang memperhatikan raut Isha sejak tadi sambil mengelus punggung tangan Isha yang berada di atas meja.
"Gak papa, aku baik-baik aja kok,"
"Aku tahu, aku gak percaya kalau perempuan jawab gak papa, kamu lelah kan? maaf ya aku udah ajak kamu ke sini, padahal harusnya kamu istirahat," ucap Rio bersimpati. Dia mengucapkan dengan perasaan yang begitu tulus.
"Jangan begitu, kamu kan gak tau isi hati aku, bukan berarti aku begini artinya aku begini juga, denger ya... aku ini bahagia setelah kamu datang ke kehidupan aku, kamu udah memperlakukan aku dengan baik, kamu tanya begitu karena takut aku kenapa-kenapa kan? makasih ya udah mau memperhatikan aku,"
"Aku jadi seneng dengernya," ucap Rio merasa tersanjung.
"Tapi kamu beneran gak lagi mikirin yang lain kan?"
"Engga Rio, tenang aja,"
Isha harus segera menyelaraskan dirinya dengan Rio yang sudah mau memperlakukan dirinya dengan baik. Maka dia harus membuat timbal balik untuk Rio.
Tak mau ada cinta dan hubungan yang tidak adil lagi. Satu sama lain harus mendapat penghargaan dan apa yang masing-masing mau. Karena Isha tau rasanya berjuang sendirian dalam sebuah hubungan. Sangat menyakitkan.
"Isha, itu sudah terjadi 7 tahun yang lalu, come on! Kafa sudah pergi begitu lama, bukankah kamu sudah terbiasa dan kamu baik-baik saja tanpa dia? Cinta itu sudah hilang kan? Buktinya kamu sudah legowo dan bahagia sekarang, bukankah kamu sudah bisa menertawai tangisanmu di masa lalu yang sangat menguras tenaga itu hanya demi laki-laki brengsek seperti Kafa, ingat Kafa bukan yang tepat untukmu, sekarang saatnya melangkah bersama Rio, pria yang sekarang ada di samping kamu dan menerima kamu apa adanya, jadi jangan buat Rio menunggu untuk dapat kepastian," batin Isha bermonolog.
Pendekatan di masa dewasa ini tidak harus dalam waktu yang lama bukan. Jikalau dirasa keduanya sama-sama cocok dan baik. Jika keduanya sudah merasa klop dan tepat waktunya.
Lalu tunggu apalagi? Bahkan banyak cerita singkat saat pacaran? namun berakhir dengan pernikahan yang langgeng. Tidak perlu menunggu lama lagi. Jika memang Rio adalah pelabuhan terakhirnya dan sudah jalannya. Dua bulan ke depan pun mereka bisa saja menikah.
Rio diam-diam tersenyum memperhatikan Isha yang begitu manis jika sedang terdiam. Isha masih malu-malu untuk banyak berbicara dengan Rio semenjak mereka sudah jadian.
Tak lama makanan pun datang. Si pelayan menata piring-piring tersebut dengan rapih dan juga dua gelas minuman ke meja.
"Ini pesanannya sudah lengkap ya, silahkan dinikmati,"
Isha dan Rio pun mengucapkan terima kasih kepada pelayan tersebut. Isha sudah tidak sabar lagi ingin melahap semua makanan rekomendasi dari Rio yang katanya enak itu.
Pertama kali dia mencoba lobster saus Padang yang dicampur dengan seafood lainnya.
"Hummm enak," seru Isha bersemangat menikmati makanannya.
"Pelan-pelan dong makannya, jadi belepotan kan," Rio mengambil selembar tisu lalu dia mengelap bibir Isha yang belepotan karena sausnya.
Rio berusaha romantis. Tapi apa? Isha tidak merasakan apa-apa. Tidak merasakan debaran sedikitpun. Dia menganggap seolah biasa saja.
"Hehehe maaf, aku terlalu bersemangat makan, soalnya laper,"
Rio cuma bisa menggeleng dengan tingkah lugu Isha sambil tersenyum manis.
Author : Nur Isthifaiyatunnisa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments