Mimpi menjadi nyata

*Happy Reading Guys*

"Mba! bangun mba!" Bila menggoncangkan tubuh Isha. Dia ketakutan setelah dia terbangun dan melihat Isha dalam keadaan menangis tersedu saat mata Isha masih terpejam.

"Mba Isha kenapa? mba bangun mba!" Bila berusaha membangunkan Isha yang terus menangis.

"Uwa!" Bila berlari keluar kamar karena tidak berhasil membangunkan Isha. Dia meminta tolong pada mama Rita untuk membangunkan Isha.

"Uwa! mba Isha ketindihan!" ucapnya dengan sedikit khawatir.

"Apaan Bil? ini masih jam 3 ngapain bangunin uwa?" protes mama Rita yang masih mengantuk.

"Mba Isha nangis, tapi dia gak bisa bangun, kayanya mba ketindihan,"

Mama Rita yang mendengar itu terkejut lalu bangkit dari atas tempat tidurnya. Dia berlari menuju kamar Isha dan syok melihat anaknya yang menangis makin histeris.

"Sayang kenapa? ayo nak bangun!" Mama Rita menggoncangkan tubuh Isha berkali-kali lalu memeluknya sampai akhirnya Isha pun membuka matanya.

"Mama.....," Isha menangis dipelukannya.

"Mimpi apa sayang?" tanya mama Rita khawatir sambil membelai lembut kepala Isha.

"Isha mimpi serem ma," ucapnya diiringi tangisan yang tersedu-sedu.

"Bila! ambilkan minum buat mba Isha," suruh mama Rita.

"Iya uwa," Bila segera keluar dari kamar setelah mendengar perintah mama Rita.

"Udah sayang, jangan nangis ya, makanya kalo mau tidur baca doa dulu,"

Mama Rita membaringkan Isha lagi. Menumpuk bantal lebih tinggi agar Isha bisa bersenderan di headboard. Bila pun kembali dengan membawa segelas air putih.

"Ini wa,"

"Nih nak diminum dulu, udah kamu tenangin diri kamu dulu ya, sekarang juga udah jam 3 pagi, lebih baik kamu ambil wudhu, terus solat malam, doa minta ke Allah biar kamu baik-baik aja sampe seterusnya," pesan mama Rita sembari mengelus rambut Isha.

Isha hanya mengangguk kecil. Kemudian mama Rita melenggang pergi dari kamar.

Bila terduduk di samping Isha dengan raut bingung. Sebab sebelum Isha terbangun tadi. Dia mendengar bahwa Isha menyebut-nyebut nama Kafa hingga berkali-kali. Bahkan dia mendengar juga Isha mengatakan bahwa dia benci pada Kafa.

"Mba Isha gak papa kan?" tanya Bila khawatir sebab dia merasa bersalah karena menunjukan foto Kafa pada Isha.

"Gak papa Bil," Isha melenguh dan berdiri dari tempat tidurnya.

"Mau kemana mba?"

"Mba mau sholat malam, kamu mau ikut?"

"Boleh deh,"

Akhirnya mereka berdua sholat malam bersama. Isha berusaha menenangkan hatinya dengan sholat dan berdoa.

***

Isha pagi ini dapat pesan dari Nina. Nina minta kepada Isha untuk menemaninya ambil baju bridesmaid yang kebetulan hari ini sudah jadi. Waktunya tinggal 3 Minggu lagi menjelang hari pernikahannya.

Ya namanya sahabat mau nikah, Isha harus siap direpotkan. Jadi Isha mengantar Nina ke sana menggunakan mobilnya. Begitu juga Bila yang masih menginap di rumahnya harus ikut mengekor setiap kali Isha pergi.

Tempat jahitnya ada di kota. Karena Nina memang sengaja memilih tempat jahit yang hasilnya bagus. Dan tempat itu memang yang paling terbaik.

"Aku gak tahu ini si Bila, anak-anak jaman sekarang ya pubernya cepet, aku sampe gak ngenalin loh," ledek Nina pada Bila yang duduk di kursi belakang.

"Yehhh mba Nina aja tuh yang pertumbuhannya lelet, masih segitu-segitu aja, gak gede-gede," ledek Bila membalasnya. Tapi Nina hanya tertawa mendengarnya.

"Iya Nin maklum, dia kan makan apa aja, semua makanan dia makan, makanya badannya aduhai begitu," Isha dan Nina terkekeh bersama.

"Sekarang SMA kelas berapa kamu Bil?" tanya Nina.

"Kelas 11,"

"Ohhh kelas 11, udah punya pacar dong Bil?"

"Udah dong, lihat nih pacar Bila ganteng kan?" Bila memamerkan foto kemesraannya dengan si pacar pada Nina. Dimana Bila sedang rangkul-rangkulan dengan pacarnya.

"Emang ya pacaran anak jaman dulu sama anak jaman sekarang beda," singgung Nina lagi dengan menggelengkan kepala.

"Yaelah mba Nina, kita kan cuma beda 10 tahun doang, emangnya mba Nina pacarannya gak begini?" protes Bila.

"Yahhh Bila belum tahu ya, mba Nina ini dulu gak pacaran, sama sekali engga, langsung nikah,"

"Berarti calon suami mba Nina sekarang itu pacar pertama gitu ya?" tanya Bila polos.

"Iya dong,"

"Kok bisa sih pacaran pas udah tua?"

"Ih dikatain tua lagi, gak papa yang penting cinta sejati, kalo pacaran ujung-ujungnya putus kan sedih juga,"

"Udah ah jangan bahas-bahas itu, gak penting!" sambar Isha dengan nada kesal. Dia masih fokus menyetir dan menatap jalan. Nina dan Bila pun sama-sama terdiam.

Setelah sampai di tempat jahit tersebut. Ketiganya turun dari mobil. Nina dan Bila lebih dulu masuk ke dalam. Kondisi hati Isha masih belum baik semenjak mimpi semalam itu. Dia duduk di kursi panjang yang tersedia di depan halaman toko.

Namun Isha sangat-sangat terkejut saat matanya menangkap sosok Kafa yang berjalan keluar dari mobil. Isha segera masuk ke dalam toko dan bersembunyi di sana.

Matanya sedikit mengintip di balik tirai jendela.

"Kenapa mimpi aku jadi nyata sih? gak cukup kah datengnya di mimpi aja?!" dengus Isha kesal. Matanya terus mengintip di sana.

Kafa terus berjalan masuk dan ternyata dia masuk ke toko yang sama. Dengan cepat Isha berpindah ke tempat persembunyian yang lain.

"Isha kamu ngapain di situ?" panggil Nina.

"Engga ngapa-ngapain kok," Isha menggeleng dengan wajah bodoh.

"Nih cobain dulu gaunnya, sana masuk ke ruang ganti," suruh Nina sekaligus menyerahkan gaun bridesmaid itu.

"I-iya, makasih Nin," Isha segera berlari ke ruang ganti sekaligus menjadi tempat persembunyiannya.

Isha menutup tirainya rapat-rapat dan masih mengintip mengawasi.

"Huhhhhhhhh," dia menghembuskan napas panjang.

"Kok bisa ada dia di sini? ini cuman kebetulan kan?" gerutu Isha yang mulai berkeringat dingin. Dia bingung dan terus mondar-mandir di dalam sana.

"Ah aku pakai gaunnya dulu aja, aku harap Kafa gak ke sini," Isha melepas bajunya dan menggantinya dengan gaun indah yang akan dia pakai di acara pernikahan Nina.

Srakkkkkk! tirai terbuka.

Isha terkejut dan melotot ketika tirai itu terbuka lebar. Kafa menemukannya. Isha yang reflek menutupi dadanya dengan kedua tangannya meskipun Isha selesai mengenakan gaun tersebut.

Kafa yang terdiam dengan wajah bengong, bingung dan aneh sambil memandang Isha dari atas kepala sampai kaki.

"Pergi kamu! kamu gak lihat aku lagi ganti baju?!" bentak Isha yang masih berusaha menutupi dadanya sebab gaun itu belum sepenuhnya dia kancingkan.

"Seharusnya aku yang nanya sama kamu, kenapa kamu masuk di ruang ganti cowo? Apa kamu udah pikun?" sulut Kafa.

Isha mulai merasa bodoh. Apa benar dia masuk ke ruang yang salah? Tapi Isha tetap bersikeras mempertahankan dirinya di dalam.

"Minggir! aku mau ganti baju," usir Kafa dengan ketus.

"Gak! aku mau pakai bajuku lagi, mending kamu keluar dulu,"

"Buat apa aku keluar? harusnya kamu yang keluar,"

"Kaf! ka-kamu! kamu tega!" Hampir saja Isha menyebutkan nama itu di depan pemiliknya. Isha merasa bodoh dan malu. Kenapa ini harus terjadi. Dan kenapa harus bertemu Kafa dengan keadaan yang konyol.

"Kalau gitu gimana kalau kita ganti baju bareng?" Kafa tiba-tiba berjalan mendekat dengan perlahan ke arahnya sembari menunjukan senyum smirk pada Isha hingga wanita itu pun tidak bisa berkutik dan gugup.

"Plis jangan lakuin apapun, kamu bisa kan keluar dari tempat ini dulu?" ucap Isha dengan nada memohon.

"Kalau aku gak mau gimana?" tanya Kafa dengan santai.

"Bajingan!" olok Isha. Urat-urat wajahnya memperlihatkan bahwa Isha tengah marah.

"Sekarang lepas gaun kamu, bukannya kita dulu juga pernah mau lakuin ini?" Kafa menatapnya dengan hasrat.

Plakkk! satu tamparan melesat ke pipi Kafa dengan sangat keras.

Author : Nur Isthifaiyatunnisa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!