Anna langsung berlari masuk ke dalam rumah sakit tanpa berbicara apapun pada Dimas bahkan menoleh pun tidak, tapi Dimas bisa memahami apa yang dirasakan oleh Anna saat ini.
Dimas mengikuti Anna, dia hanya ingin tahu ruangan tempat ayah Anna di rawat, lalu akan kembali lagi nanti jika Anna sudah lebih tenang, setelah tahu ruangan tempat ayah Anna di rawat, akhirnya Dimas memutuskan untuk pulang terlebih dulu kerumah, dia ingin mengganti baju terlebih dahulu.
"Loh dek kok jam segini pulang?" sambut mama Dimas ketika membuka pintu dan mendapati ternyata Dimas lah yang baru saja menekan bell rumah.
"Ayah teman Dimas masuk rumah sakit"
Dimas melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.
"Terus?" tanya mama Dimas meminta penjelasan lebih.
"Huh" Dimas membuang nafas berat, dia tahu bagaimana tabiat mamanya, mamanya tidak akan berhenti bertanya sebelum mendapatkan alasan yang jelas dan dapat di terima logika, akhirnya Dimas menceritakan apa yang terjadi pada Anna, perihal pertemuannya dengan Anna di kantin, lalu Dimas memutuskan mengantar Anna karena tidak tega membiarkan Anna pergi kerumah sakit sendiri.
Senyuman seketika timbul di wajah mama Dimas setelah mendengar penuturan sang anak, dia merasa apa yang dikatakan Dimas sudah jujur dan apa adanya, maka dia tidak memiliki alasan untuk memarahi Dimas.
"Kamu mau ke rumah sakit lagi?"
"Iya, Dimas pulang mau ganti baju"
"Baiklah"
Dimas melangkah menuju kamarnya yang berada di lantai dua, sedangkan mama Dimas langsung menuju dapur, dia akan menyiapkan sesuatu untuk di bawa Dimas nanti.
"Hallo" sapa Dimas setelah mengangkat panggilan telfon dari Ardi.
"Dimana?"
"Di rumah"
"Ngapain lo malah balik"
Dimas kemudian menceritakan apa yang baru saja terjadi.
"Yaudah kirim alamat rumah lo, nanti kita bertiga ke rumah lo pulang sekolah"
"Ngapain?" tanya Dimas.
"Ngapelin nyokap lo" Cibir Ardi "Ya jengukin bokapnya Anna lah"
"Bokapnya Anna di rumah sakit, ngapain lo malah kerumah gue?" tanya Dimas dengan bodohnya.
"Beg* lo, tinggal kirim aja alamat rumah lo"
Tutt.... panggilan di putus secara sepihak oleh Ardi, Dimas tidak di beri kesempatan untuk menyanggah ucapan Ardi.
Dimas memutuskan untuk merebahkan diri terlebih dahulu, ketika melihat jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul 11.00 siang, dia merasa cukup lelah hari ini.
"Lumayan merem dulu lah" monolog Dimas, dia yakin ketiga sahabatnya baru akan tiba paling cepat 2 jam lagi.
Tok.. tok.. tok..
"Adek"
Teriakan sang mama mengembalikan kesadaran Dimas dari alam mimpi, tidak ada alarm terbaik selain suara seorang ibu, Dimas mengucek matanya untuk mengembalikan kesadaran sepenuhnya.
"Iya ma" jawab Dimas setelah kesadarannya sudah pulih.
"Di depan ada temen kamu tiga orang"
"Mama bikin minum dulu, Dimas mau cuci muka dulu" jawab Dimas sembari berjalan menuju ke kamar mandi.
"Gile pangeran kodok jam segini baru bangun tidur" celetuk Amar yang membuat Noval dan Ardi melihat ke arah Dimas, Dimas langsung duduk di sebelah Ardi tanpa menanggapi ucapan Amar.
"Lo punya kakak cakep gitu gak lo kenalin ke gue si" Ardi merapatkan duduknya lebih dekat ke arah Dimas.
Dimas menautkan alisnya, berusaha mencerna kata kata Ardi.
"Itu nyokap gue kambing!" sungut Dimas setelah tahu kemana arah pembicaraan Ardi.
"Serius!" Ardi membuka mulutnya lebar lebar mendengar jawaban Dimas, sedangkan Amar dan Noval terbahak melihat ekspresi terkejut Ardi.
"Njir, serius lo?" Ardi mengguncang tubuh Dimas"Aduh gue panggil kakak lagi tadi" Ardi salah tingkah.
"Mana tadi nyokap lo juga di gombalin sama si Ardi" provokasi Amar yang langsung membuat Dimas menatap tajam Ardi.
"Hehehe" Ardi tersenyum bodoh melihat wajah Dimas.
Dimas langsung menjengguti kepala Ardi melihat senyum mesyum Ardi, Noval hanya tertawa melihat itu, sedangkan Amar terus mengompori Dimas untuk lebih keras menyiksa Ardi, kegiatan itu terhenti ketika mama Dimas datang.
Mama Dimas datang sembari membawa nampan berisi empat gelas minuman dingin dan beberapa cemilan, Ardi pun meminta maaf dan sedikit memuji perihal mama Dimas yang terlihat masih muda makanya dia kira sebagai kakak Dimas, mendengar itu mama Dimas hanya tersenyum.
"Ma Dimas mau pergi ke rumah sakit dulu" pamit Dimas menghampiri mamanya yang tengah duduk santai di ruang keluarga.
"Ini buah buat ayah temen kamu" menyerahkan satu paper bag "Ini kotak makan buat temen kamu, pasti dia belum makan" mama Dimas menyerahkan satu paper bag lagi untuk Dimas bawa.
Dimas menerima dua paper bag itu, dia kemudian pergi ke garasi untuk mengeluarkan mobil.
"Pamit dulu tante" Noval, Amar dan Ardi bergantian mencium tangan mama Dimas.
"Nanti pulang kesini lagi ya, makam malam di sini saja"
"Wah jadi betah nanti tante" celetuk Ardi sembari tersenyum lebar.
"Sok sokan lo" cibir Dimas dari dalam mobil.
Melihat interaksi Dimas dan ketiga sahabatnya membuat mama Dimas tersenyum penuh arti, dia merasa bahagia melihat Dimas punya teman dekat, karena dulu waktu Dimas SMP tidak pernah sekalipun ada temannya yang main ke rumah, bahkan Dimas selalu murung ketika pulang sekolah.
"Hati hati di jalan dek" ucap mama Dimas melepas kepergian Dimas dan ketiga sahabatnya.
Dimas dan ketiga sahabatnya berjalan di lorong rumah sakit untuk menuju ruang perawatan ayah Anna, sebelumnya Dimas sudah mengetahui dimana ruangan tempat ayah Anna di rawat, maka dari itu mereka tidak perlu repot untuk bertanya terlebih dahulu.
Langkah Dimas seketika berhenti tepat beberapa meter dari ruangan ayah Anna di rawat, tiga orang yang berjalan di sebelah Dimas ikut berhenti, tatapan mereka sama sama menuju ke depan ruang tempat ayah Anna di rawat, terlihat dua orang yang tengah duduk di depan kursi yang ada di situ, seorang perempuan yang mereka kenal tengah menyandarkan kepalanya di bahu seorang laki laki yang masih memakai seragam SMA, seragam yang sama dengan yang di pakai oleh Noval, Ardi dan Amar.
"Aldo tuh" ucap Ardi sembari menunjuk ke arah dua orang yang tengah duduk dengan intim.
Dimas hanya melirik tanpa mau bertanya lebih lanjut.
"Dia anak kelas X5 sekelas sama Anna, dulu dia yang menang jadi siswa tampan" jelas Ardi yang membuat Dimas mencebikan mulutnya "Padahal lebih tampan gue kan" Ardi membusungkan dada sembari tersenyum tengil.
Mereka melanjutkan langkahnya mendekati kedua orang itu.
"Ehem" Ardi berdehem cukup keras.
Anna langsung mengangkat kepalanya melihat siapa yang datang.
"Dimas" pekik Anna karena terkejut melihat Dimas dan para sahabatnya berdiri di situ.
Dimas hanya tersenyum tipis melihat Anna yang salah tingkah, dia mengepalkan tangannya dan berusaha mengatur nafas, entah mengapa ada rasa nyeri di dalam hatinya melihat Anna yang dekat dengan laki laki lain.
"Harusnya gue gak percaya ada cewe yang tulus sama gue" ucap Dimas dalam hatinya sembari menatap nanar Anna dan Aldo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments