Anna dan Dimas tengah duduk di sebuah cafe sederhana, jari kentik Anna dengan telaten mengoleskan salep yang Dimas pun tidak tahu salep apa itu, tapi menurut penuturan Anna salep itu bisa mengaburkan bekas luka dan mengurangi rasa sakit.
"Makasih Ann" ucap Dimas tulus setelah Anna selesai mengokeskan salep itu pada wajah Dimas.
"Iya, kaya sama orang lain aja kamu Dim masih aja sungkan" jawab Anna sembari tersenyum, mereka kemudian berbincang hangat, pembawaan Anna yang ceria serta ditambah wajah yang menenangkan jiwa, apalagi Anna tidak pernah kehabisan topik pembicaraan membuat Dimas lupa waktu.
"Hati hati di jalan ya Ann" ucap Dimas saat angkutan berhenti di depan halte dekat rumahnya, Anna menangguk sembari memberi senyum termanisnya, dia sangat bahagia sudah bisa dekat dengan Dimas, apalagi kini seakan sudah tidak ada benteng tinggi yang menjadi penyekat kedekatannya dengan Dimas.
...****************...
"But if you never try, you'll never know"
Penggalan lirik lagu yang selama beberapa hari ini terngiang ngiang di kepala Dimas, selama di skors Dimas tetap berpura pura berangkat ke sekolah, walau sempat menimbulkan kecurigaan dari mamanya karena Dimas selalu berangkat siang namun dengan sedikit berkilah membuat sang mama akhirnya percaya jika semua baik baik saja.
"Dimas" suara seorang perempuan menyadarkan dirinya dari lamunan dengan perempuan yang baru saja memanggilnya, dia adalah Anna.
"Ayo naik" ajaknya dari dalam angkutan umum melihat Dimas yang sedari tadi hanya diam mematung sembari berdiri di depan halte.
Dimas naik dan langsung duduk di spot favoritnya.
"Kemana aja si Dimas?, dari hari rabu loh aku gak pernah lihat kamu, di sekolah juga kamu gak ada sama teman teman kamu juga" rentetan perntanyaan yang langsung terlontar dari bibir mungilnya untuk Dimas, seharusnya Dimas dan sahabatnya hanya di skors sampai hari jumat namun dengan alasan harpitnas (Hari kejepit Nasional) mereka akhirnya bersepakat untuk masuk hari senin saja.
"Gue di skors 3 hari".
"Ih Dimas, makanya jangan berantem" dengan suara manja dan wajah berbinar Anna berbicara, seketika dunia Dimas teralihkan karena melihat senyum manis di wajah Anna.
"Iya Anna cantik" goda Dimas yang sukses membuat pipi Anna merona, Dimas kini sudah tahu trik jika Anna terlalu banyak bicara.
Dimas sendiri bingung kenapa Anna menjadi orang yang sangat berbeda ketika bersama dirinya, karena setahu Dimas jika di sekolah Anna adalah orang yang sangat acuh bahkan tidak pernah menggubris lawan jenis yang selalu berusaha mendekatinya, namun ketika berhubungan dengan Dimas membuat Anna menjadi gadis manja yang sangat banyak berbicara.
"Dimas gak ikut upacara?" tanya Anna ketika mereka baru saja turun dari angkutan umum.
"Udah tau nanya"
"Ih Dimas ngeselin" Anna berbicara dengan wajah yang di buat buat, justru menambah tingkat kegemasan laki laki yang melihatnya.
"Haha" Dimas terkekeh melihat tingkah Anna "Udah masuk sana, nanti telat lo" dengan lembut Dimas mendorong tubuh Anna untuk berjalan masuk ke dalam sekolah.
Dimas berlalu menuju ke tempat tongkrongan yang biasa dia dan sahatbatnya gunakan untuk menunggu jam upacara selesai, Dimas melangkah sembari masih membayangkan wajah Anna, senyum manis mengiringi setiap langkah Dimas menuju ke tempat favoritnya saat bolos upacara.
"Welcome to the junggle men" teriak Ardi ketika Dimas mulai menyulut rokoknya, beberapa hari terakhir Dimas mulai ketagihan merokok, awalnya hanya coba coba namun lama kelamaan mulai ketagihan.
"Lo kalau ngerokok biar di kira keren lo salah men" ucap Noval entah sudah berapa kali ketika melihat Dimas merokok.
"Jangan dengerin dia men, nikmati aja" sela Ardi.
Noval yakin perubahan Dimas sedikit banyak karena pengaruh Ardi, Dimas yang pada awalnya tidak pernah menyentuh rokok, bahkan bau asap rokok pun dia tidak suka, namun tiba tiba Dimas mencoba merokok.
Mereka pun melanjutkan obrolan di warung kecil itu, obrolan yang lebih di penuhi dengan nasihat Noval untuk Dimas, dan pembelaan Ardi untuk Dimas.
Setelah bell tanda upacara selesai, mereka bertiga kemudian bergegas masuk ke dalam sekolah untuk melanjutkan proses belajar, tidak ada yang berbeda hari ini, kegiatan pun berlangsung seperti biasa, hari hari di mana Ardi yang selalu tebar pesona sana sini, Amar yang sibuk setiap senin pagi karena harus menutup ulah ketiga sahabatnya yang tidak ikut upacara, dan Noval dengan wajah datarnya tidak peduli dengan kegiatan orang lain di sekitarnya.
Plakk.......
Suara tamparan yang cukup keras menarik perhatian beberapa orang yang berada di dalam kelas, dengan wajah merah padam Eva berdiri sembari berkacak pinggang di depan Ardi.
"Bajing*n lo Ardi, cowo brengs*k" maki Eva sembari berusaha mengatur nafasnya yang tersenggal senggal akibat dari emosi dalam hatinya.
Ardi terdiam berusaha mencerna keadaan, dia terkejut dengan apa yang baru saja terjadi, sedangkan Noval dan Dimas hanya tersenyum penuh arti, bukan hal baru Ardi di labrak atau di caci maki oleh siswi sekolahnya, dan sebagai sahabat yang baik Noval dan Dimas tentu saja memanas manasi suasana.
"Wah parah lo men, anak orang lo bikin nangis" Dimas.
"Kemarin baru gue ngomong masalah bagaimana cara menghargai wanita " Noval berdecih.
Ardi pun hanya bisa mengutuki kedua sahabatnya itu, belum selesai masalah dengan Eva, tiba tiba suara menggelegar memanggil nama Ardi dari luar kelas.
"Ardiii!!!!" kini suara laki laki memanggilnya dengan penuh emosi.
"Huh..." Noval dan Dimas membuang nafas kasar.
"Masalah lagi masalah lagi" pikir mereka sembari menatap satu sama lain.
"Ngapain lo jalan sama cewe gue jing!" laki laki itu berbicara dengan nada tinggi sembari mencengkram kerah baju Ardi.
"Cewe lo aja yang mau sama gue, kenapa lo salahin gue" Tanpa ada rasa bersalah Ardi justru memasang senyum meremehkan.
"Brengs*k lo" tangan yang sudah terkepal siap memukul Ardi langsung terhenti ketika sebuah tendangan yang cukup keras mendarat sempurna di dadanya.
"Lo bikin masalah sama dia berarti bikin masalah sama gue" hardik Noval sembari melotot tajam ke arahnya.
Laki laki itu langsung pergi meninggalkan kelas setelah mendapat ancaman dari Noval.
"Cemen" cibir Dimas dan Noval dengan suara keras dan tawa meledek.
"Kalau yang ini lo beresin sendiri men" bisik Dimas di telinga Ardi, Dimas dan Noval kemudian keluar dari kelas hendak menuju kantin, kalau sudah berurusan dengan selir selir Ardi mereka tidak ingin ikut campur.
Saat di tengah perjalanan menuju kantin, suara tawa Dimas tiba tiba terhenti ketika pandangan matanya menangkap sosok wanita yang sangat dia kenal sedang berjalan berlawanan arah dengannya, namun raut wajahnya terlihat sedang sedih tidak seperi biasanya.
"Gebetan lo noh" bisik Noval.
"Gue yang gebetan dia"
"Pede banget bangs*at"
Dimas pada awalnya berusaha acuh akan keberadaan Anna, namun hatinya tidak bisa berbohong, dia juga penasaran apa yang terjadi, biasanya Anna langsung heboh menyapanya ketika bertemu, dengan dorongan dari Noval akhirnya Dimas memberanikan diri menegur Anna.
"Kenapa Ann, lecek banget muka lo?"
"Aku mau pulang, papa masuk Rumah Sakit" ucap Anna lirih dan segera melanjutkan langkahnya.
"Ye si beg* malah bengong" cibir Noval "Lo samperin dia, lo antar bila perlu".
"Gue gendong ke rumah sakit" hardik Dimas.
"Tol*l emang!" Maki Noval "Lo tinggal ke rumah Amar ambil motor" sungut Noval sembari menendang ****** sahabatnya "Udah sana lama lo" usirnya.
Dimas pun segera memutar langkahnya, dia berjalan sedikit lebih cepat untuk menyusul Anna.
"Lo ke rumah sakit pakai apa?" tanya Dimas ketika langkahnya sudah sejajar dengan Anna.
"Pakai angkutan umum" lirih Anna.
"Lo urus surat ijin keluar aja, abis itu tunggu depan gerbang gue antar lo" tanpa menunggu jawaban dari Anna, Dimas langsung berlalu untuk mencari keberadaan Amar, tujuannya untuk meminjam motor dan helm.
"Gue pinjam motor lo sama helm dua men"
"Terserah" Amar yang tengah sibuk di ruang osis hanya menjawab singkat.
"Tas gue lo amanin, gue cabut dulu" Dimas langsung bergegas menuju pintu rahasia di sebelah sekolahnya, kemudian keluar dari situ untuk menuju rumah Amar.
"Pake helm Ann" Dimas langsung memakaikan helm di kepala Anna, dia baru saja tiba di depan gerbang sekolah menggunakan motor Amar.
Dimas melajukan motornya menuju rumah sakit tempat ayah Anna di rawat dengan kecepatan tinggi atas permintaan Anna, sepanjang jalan tidak ada obrolan antar keduanya, Anna yang tengah memikirkan kondisi sang ayah hanya diam, sedangkan Dimas tidak tahu harus memulai dari mana untuk menghibur Anna, mungkin jika dalam keadaan normal Anna akan sangat banyak bicara, apalagi momen ini adalah salah satu momen yang Anna impikan bersama Dimas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments