Pagi pun tiba, Dimas bangun dengan perasaan yang berbeda dari sebelumnya, entah dia menyesali semua perkataannya semalam, atau dia memang benar benar mau merubah dirinya untuk menjadi lebih pantas bersanding dengan Anna.
"Tumben udah bangun dek" tegur mama Dimas melihat Dimas sedang mengenakan sepatu olahraga.
"Mau olahraga dulu ma" jawab Dimas sembari berdiri dan langsung berlari keluar dari rumah.
Mulai hari ini Dimas berjanji akan merubah penampilannya dulu, dia bertekat sebelum kenaikan kelas 4 bulan lagi dia sudah menjadi Dimas yang berbeda, Dimas yang akan membuat semua orang melihatnya dengan tatapan kagum dan mendamba, Dimas yang tidak akan di pandang sebelah mata.
Keringat bercucuran dari kening Dimas, entah sudah berapa kilometer Dimas lari, namun tak sedikitpun rasa lelah melanda, tekad yang teramat kuat membuat tenaganya seakan berlipat ganda.
Huh... Huh... Huh...
Nafas Dimas tak beraturan, di bukanya tutup botol air mineral kemudian dia teguk isinya hingga tandas untuk menghilangkan dahaga.
"Habis lari apa habis mandi bang" celetuk suara seseorang dari dari belakang Dimas "Banyak banget keringetnya kaya abis mandi".
Dimas pun menoleh namun sesaat kemudian dia kembali mengarahkan pandangannya kedepan.
"Ganggu banget"
"Ish sombong sekali anda" ucapnya kemudian duduk di samping Dimas.
Dimas yang merasa risih kemudian menggeser posisi duduknya, namun perempuan itu ikut bergeser sehingga posisi duduk nereka tatap sama seperi di awal.
Dimas pun menyerah, dia memilih diam, dia mengacuhkan kehadiran seorang gadis yang kini tengah duduk di sebelahnya.
Cantik.... ucap Dimas dalam hatinya saat pandangan matanya tak sengaja menangkap sekilas sosok wanita yang tengah meminum minumannya.
"Naksir ntar lo sama gue" ucapnya tanpa menoleh sedikit pun.
Dimas langsung kembali memfokuskan arah pandangnya kedepan, di lihatnya jam yang menempel di lengan kirinya sudah menunjukkan pukul 06.00, dia kemudian langsung berdiri.
"Kemana lo?" tanya wanita itu ketika Dimas berdiri.
"Bukan urusan lo" jawab Dimas dalam hati
Dimas hanya menoleh sekilas, dia kemudian kembali berlari menuju rumahnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, wanita itu terus memanggin Dimas namun Dimas mengacuhkan bahkan mempercepat larinya agar segera sampai di rumah.
Setelah mendinginkan tubuh dan memastikan keringatnya sudah kering Dimas bergegas menuju kamar mandi, apalagi waktu sudsh menunjukkan pukul 06.15 pagi.
"Sarapan dulu dek" tegur mama Dimas ketika melihat Dimas sudah rapi namun melewati meja makan begitu saja.
"Udah mau telat ma" jawab Dimas yang langsung mengambil tangan sang mama kemudian mencium punggung tangannya, Dimas langsung membalik tubuhnya untuk keluar dari rumah.
"Kan pakai motor pasti lebih cepat"
Srek.... langkah Dimas langsung terhenti seketika.
Dimas bingung harus memberi alasan apa kepada mamanya, padahal dia sedang menjalani program diet sehingga tidak ingin menyatap makan paginya.
"Dimas pakai angkutan umum ma, Amar nanti yang mau ambil motornya" kilah Dimas yang tiba tiba mendapatkan sebuah ide.
"Ya sudah hati hati, nanti kamu makan di sekolah saja kalau begitu" akhirnya mama Dimas memilih mengalah dari pada mendebat sang anak, karena dia sudah sangat hafalnsifat Dimas yang justru akan lebih membrintak jika di debat atau di bantah.
Dimas berdiri di halte sembari melamun, dia baru saja mengutuki dirinya sendiri, andai dia tadi bisa menemukan alasan lain, dia tidak akan kerepotan pagi ini.
"Naik gak bro?" panggil supir angkutan karena melihat Dimas hanya bengong.
"Eh." Dimas terkejut dia kemudian masuk ke dalam angkutan itu.
Matanya menangkap sosok wanita yang dari semalam dia rindukan, sosok wanita yang telah membuat dia jatuh hati begitu dalam, ada sedikit rasa penyesalan di mata Dimas ketika melihat wanita yang kemarin sangat begitu ramah dan ceria ketika di dekatnya kini serasa seperti orang asing bagi dia.
Dimas menatap nanar wajah Anna, tidak ada lagi senyum manis untuknya, tidak ada wajah berbinar menyambutnya di setiap pagi, tidak ada celotehan Anna yang mampu membuatnya lebih semangat dalam menjalani hari.
Anna buru buru mebuang pandangannya ketika matanya bersitatap dengan mata Dimas, sungguh dia ingin sekali menyapa Dimas dan memberikan senyuman manis untuk memulai harinya, namun ketika ingat ucapan Dimas semalam langsung membuatnya harus menguatkan hati, dia harus bersabar hingga waktu yang Dimas janjikan tiba.
Dimas mencari kesibukan lain, dia kemudian membuka ponselnya dan memainkannya walaupun hanya sekedar membuka tutup aplikasi chat saja, Dimas juga berusaha menguatkan hati dan meredam rasa rindu yang meletup letup di dalam hatinya.
Angkutan umum berhenti di depan sekolah, Dimas turun terlebih dahulu, dia biasnya akan langsung berjalan ke arah warung kecil depan sekolah, namun entah kenapa pagi ini tubuhnya seakan tidak sinkrong dengan otaknya, tubuh Dimas hanya berdiri mematung.
"Makasih ya bang" ucap Anna setelah memberi ongkos pada pengemudi angkutan umum.
Tubuh Dimas seketika kembali merespon perintah otaknya, ya Dimas baru saja menunggu Anna bertanya kenapa Dimas tidak langsung masuk ke sekolah, namun pagi ini tidak ada suara lembut nan mendayu itu.
Dimas melihat Anna yang sedang berjalan masuk ke dalam sekolah dengan tatapan penuh penyesalah, andai saja dia tidak berbicara pada Anna semalam untuk memintanya menjauh sejenak, andai saja dia tida membuat keputusan konyol itu, pasti pagi ini dia masih mendapat senyum manis dari Anna.
"Gue pasti bisa" ucap Dimas dalam hati memberi semangat pada diri sendiri, dia kemudian berjalan menjauhi sekolah untuk menuju ke warung kecil itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments