Bab 16 Sentuhan sayang

Vincent lalu pergi ke kamarnya dan melihat dilayar monitor cctv uang dia pasang dirumahnya. Dia memasang cctv didepan rumah untuk keamanan.

Dia lalu duduk dan menggeser mousenya. Memutar waktu mundur kebeberapa jam yang lalu. Matanya tak berkedip melihat layar.

Hingga sebuah mobil datang membuatnya terkejut. Dia berfikir, kekasih gelap Fara yang datang. Setelah diamati dengan seksama membuatnya tersenyum kecut. Karena itu adalah mobilnya sendiri yang memasuki halaman.

Tidak ada siapapun yang datang, selain dirinya. Maka dia lalu berdiri dan keluar dari kamarnya.

Sekarang berdiri didepan pintu kamar Fara. Masih terdengar Fara menangis. Vincent lalu mengetuk perlahan.

Tok tok tok!

"Fara, buka pintunya, aku masuk," tidak ada sahutan. Fara tidak mempedulikan suara Vincent yang berdiri dipintu ya.

"Fara, buka pintunya, aku minta maaf," untuk pertama kalinya keluar kalimat itu dari bibir Vincent. Kalimat permintaan maaf, karena biasanya meskipun dia bersalah, dia tidak mau mengakui kesalahannya karena egonya sebagai pria.

Tidak lama terdengar pintu berderit. Fara berdiri dengan mata sembab seperti panda membuka pintu untuk Vincent.

Vincent berjalan masuk dan menatap Fara. Berdiri saling berhadapan lalu memegang bahunya.

"Maafkan aku. Aku sudah menuduhmu," kata Vincent menatap lebih hangat pada istrinya itu.

Fara diam saja. Tuduhan Vincent sangat menyakitkan hingga membuatnya tidak bisa berbicara sepatah katapun.

"Aku minta maaf. Sudah. Jangan menangis lagi,"

Fara diam saja dan duduk memunggunginya.

Tiba-tiba Vincent mendekapnya dari belakang. Membuat Fara kaget dan terpana. Tidak menyangka Vincent akan memeluknya.

"Maafkan aku...." ungkap Vincent lagi sambil menyandarkan kepalanya dipunggung Fara. Fara hanya diam dan tidak bereaksi apapun.

Dalam hatinya merasa ada kehangatan saat dipeluk seperti itu oleh suaminya. Namun sebuah perasaan lain juga mengusik kehangatan itu. Sekarang memang terasa hangat. Besok atau lusa, pertengkaran akan kembali terjadi, dan kata maaf juga akan kembali meluluhkan dirinya dan membuatnya tak berdaya.

Vincent membalikkan tubuh Fara hingga mereka duduk berhadapan.

"Maafkan aku," kali ini Vincent mendekap Fara dan memeluknya dari depan. Dan terasa lebih hangat didalam hatinya. Ada ketenangan dan perlindungan dari pelukan itu.

Fara akhirnya berhenti menangis namun masih enggan berbicara.

"Tidurlah," kata Vincent kemudian setelah beberapa saat memeluk Fara.

Fara hanya mengangguk tanpa berbicara sepatah katapun. Vincent lalu keluar, dan saat akan masuk kekamarnya, tiba-tiba mati lampu.

Mungkin karena hujan sangat deras, ada yang kongslet listrik dirumahnya. Hanya dirumahnya yang mati, rumah orang lain tetap menyala.

"Aaaaaaaa" Fara menjerit ketakutan. Sejak dulu dia memang takut gelap. Dia selalu tidur dengan lampu menyala bahkan hingga saat ini.

Vincent yang akan mengambil hp dan senter mengurungkan niatnya dan berlari kekamar Fara.

"Ada apa?"

"Jangan kemana-mana, aku takut," kata Fara berlindung didalam selimut.

Vincent kepinggir ranjang dan merabanya. Lalu menarik selimut itu.

"Sudah, jangan takut, aku disini," kata Vincent duduk dipinggir ranjang.

"Aku takut ketinggian dan takut gelap, aku mohon, jangan tinggalkan aku sendirian. Tetaplah disini," kata Fara memegang lengan suaminya dengan erat.

"Ya," Vincent lalu duduk disampingnya.

Sementara Fara bersandar pada bantal sambil memegang selimutnya.

Satu jam kemudian, udara terasa sangat panas dikamar itu karena mati lampu.

"Kau mau kemana?" tanya Fara saat Vincent akan bangun.

"Panas, aku akan membuka jendelanya," kata Vincent lalu bangun.

"Ya, panas sekali," kata Fara dan ikut berdiri berjalan dibelakang Vincent sambil terus memegang lengannya dengan erat.

Vincent menoleh pada Fara, lalu menggelengkan kepalanya melihat wajahnya yang ketakutan.

"Ayo tidur lagi. Aku akan menemanimu," kata Vincent setelah membuka tirai dan jendelanya.

Fara lalu merebahkan dirinya ditempat tidur.

"Kau jangan kemana-mana," pinta Fara saat matanya mulai mengantuk.

"Aku disini," jawab Vincent yang juga mulai mengantuk.

Mereka lalu terlelap dan tidur dalam satu ranjang dan satu kamar.

Pagi-pagi saat membuka mata, lampu sudah menyala dan mereka berdua saling berpandangan dan kaget melihat tangan mereka saling berpelukan dan tidur dikamar yang sama.

Fara dan Vincent saling bertatapan dan terpana. Lalu saling menarik tangannya dan melepaskan pelukannya.

"Lampunya sudah menyala, aku akan kekamar,"

"Ya, sudah pagi, aku akan memasak untuk sarapan," kata Fara tersipu malu.

Vincent keluar kamar dan mandi. Begitu juga Fara, dia juga mandi lalu duduk didepan kaca. Entah kenapa ada rasa hangat didalam hatinya setiap teringat peristiwa semalam.

Fara lalu tersenyum sendiri dan merias dirinya dengan cepat. Dia kedapur dan melihat orang mondar-mandir diluar rumah. Diapun ingin melihat siapa disana.

Saat dia mengintip ke jendela, ternyata itu adalah Vincent yang sedang menyapu halaman dan memotong tanaman. Dia nampak berbeda kali ini. Fara terus memandanginya dan tersenyum sendiri.

Fara lalu kembali kedapur dan bersemangat untuk masak. Karena bersemangat, maka semua masakan menjadi cepat selesai.

Dia lalu menghidangkan kemeja makan dan memanggil Vincent diluar rumah.

"Vincent, berhentilah dulu, mari kita sarapan," ajak Fara yang sudah berdiri didepannya.

"Pesan go food?" Vincent bertanya pada Fara. Dan menebak jika istrinya sudah memesan makanan dari restoran.

"Tidak. Aku memasak untuk kita sarapan,"

"Benarkah, ya sudah, ayo kita sarapan."

Vincent duduk lebih dulu. Fara lalu duduk disampingnya. Vincent menoleh kearah Fara dan tersenyum senang.

"Duduklah didepanku saat kita sedang makan," kata Vincent pada Fara dengan nada lebih romantis.

"Kenapa?" Fara bertanya karena tidak mengerti bedanya duduk disampingnya dan didepannya.

"Supaya lebih nyaman," itu saja yang dijawab Vincent. Fara lalu pindah duduk didepannya.

Dan benar saja, setelah duduk didepannya, mereka merasa lebih dekat dan bisa saling mencuri pandang satu sama lain.

"Kau memasak semua ini?" tanya Vincent menatap tepat dibola mata Fara yang duduk didepannya.

"Iya," jawab Fara tersenyum.

Vincent sedang menikmati wajah dan senyuman itu. Karena ingin lebih dekat, maka Vincent memintanya duduk didepannya. Bisa memandanginya saat sedang makan. Itulah alasannya.

"Terimakasih, kau memasak untuk kita sarapan,"

"Ya, aku akan memasak setiap hari, dan tidak perlu memesan makanan dari luar," kata Fara tanpa dia sadari keluar begitu saja dari mulutnya.

Saat dia sadar apa yang baru saja dia ucapkan. Dia kaget. Apa yang aku katakan barusan? Aku berjanji akan memasak setiap hari untuknya?

"Terimakasih...." Vincent sangat senang dengan perubahan suasana ini. Dan ada yang memasak untuknya, itu membuatnya lebih senang.

Masakan dirumah, menurutnya lebih sehat daripada beli diluar, itu yang Vincent pikirkan.

Mereka kerap kepergok saling mencuri pandang saat makan hingga makananya habis.

"Aku akan membantumu mencuci piringnya," kata Vincent tiba-tiba mengagetkan Fara.

"Apa? Oh, tidak perlu. Biar kulakukan sendiri. Kau mengurus taman saja agar lebih indah," kata Fara tersipu malu.

"Ohh, iya, baiklah, aku akan mengurus taman saja, hehe," Vincent juga tersipu malu lalu berjalan ke halaman lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!