Bab 9 Istri atau pembantu

Vincent membawa Fara kerumah pribadinya. Saat memasuki pelataran rumah itu, Fara terkejut karena rumah yang akan mereka tempati nampak jauh berbeda dengan rumah besar milik keluarganya.

Rumah ini sederhana hanya berlantai dua dan ukuranya juga tidak terlalu besar. Namun halaman rumahnya sangat besar dan luas. Sepanjang mata melihat, semuanya ditumbuhi rumput hijau yang terawat rapi.

Dipinggir rumah itu ada beberapa tanaman hias. Dan disamping kanan ada lapangan basket dengan ukuran tidak terlalu lebar.

"Kita akan tinggal disini," kata Vincent membuka pintu. Rumah itu sepi, artinya tidak ada siapapun disana. Hanya mereka berdua saja yang akan tinggal.

"Tidak ada siapapun. Dimana para pelayanmu?" tanya Fara yang tahu jika Vincent adalah anak orang kaya dan punya banyak pelayan dirumahnya.

"Dirumah mama. Disini, kau yang akan mengurus semuanya. Dari memasak, mencuci, menyapu, dan membersihkan rumah dan halamannya,"

"Apa!?" Fara terkejut dan matanya mengitari seluruh halaman rumah yang sangat luas. Dia sudah membayangkan betapa pegalnya badanya jika harus menyapu halaman seluas itu.

"Kenapa? Itu tugas seorang istri yang sudah menikah. Kau pikir, kau akan duduk manis seperti ratu disini? Dan banyak pelayan melayani mu? Jangan mimpi!" kata Vincent dengan sadisnya. Vincent begitu kecewa teringat tragedi malam pertama yang mengecewakannya.

"Tapi, kau kan orang kaya. Kau bisa membayar seorang pembantu untuk membantuku. Aku juga harus bekerja dikantor. Lalu bagaimana aku bisa mengerjakan tugas rumah dan tugas kantor?" tanya Fara pada Vincent.

"Siapa yang bilang kau boleh bekerja dikantor?" Vincent menatap Fara dengan meliriknya sinis.

"Apa? Kenapa tidak boleh? Siapa yang bisa melarangku?"

"Ohh, tentu. Siapa yang bisa melarangmu? Tapi kau lupa sesuatu. Kau adalah istriku. Aku melarangmu bekerja. Kau akan dirumah menjadi ibu rumah tangga. Mengurus semua keperluan suamimu dan tidak perlu bekerja lagi mulai sekarang," kata Vincent sambil mengambil air mineral di kulkas dengan santainya.

Rumah ini adalah hadiah dari kedua orang tuanya. Dan Vincent kadang menghabiskan weekend disini seharian sekedar bersih-bersih dan olahraga.

Fara meradang dan menendang kursi makan didepannya.

"Heh! Kau pikir ini pernikahan sungguhan? Jika ini hanya sebuah permainan. Kenapa kau melarangmu bekerja?"

"Permainan? Pernikahan kita terdaftar secara hukum dan sah dalam agama. Kenapa kau bilang permainan. Yang benar adalah penipuan. Kau ingat apa yang terjadi dimalam pertama? Siapa yang menipu dan siapa yang ditipu?"

"Baiklah! Ayo kita akhiri ini. Aku tidak sudi menjadi istrimu dan hanya menjadi ibu rumah tangga! Lagian untuk apa aku melakukan semua itu? Cinta? Suami? Kita hanya dua orang musuh dalam satu rumah,"

"Apa kau bilang?" Vincent mendekati Fara dan mereka berdiri berhadapan. Saling bertatapan dan mata mereka berdua melotot. Tangan mereka saling bergerak untuk menyerang. Mereka memegang leher lawannya dan akan mencekik.

Ekkk, Fara benar-benar tidak tahan dengan ocehan Vincent dan benar-benar mencekiknya. Dan karena tidak bisa, maka dia mencakar dadanya. Hingga berdarah.

"Aoooooo..." Vincent berteriak dan melepaskan leher Fara.

Dia menatap dadanya. Lalu menatap Fara. Fara masih melotot dan tidak peduli dengan yang baru saja dia lakukan.

Tiba-tiba, telepon berdering. Kedua orang tua Vincent dan ibu Fara akan datang kerumah mereka untuk makan malam.

"Tapi Bu, kenapa harus sekarang?" tanya Fara cemas.

"Tidak ada tapi-tapian. Kami akan datang malam ini untuk makan malam dirumah kalian," kata ibu Fara.

Mama Vincent juga menelpon Vincent dan memberi tahu jika mereka akan datang. Vincent dan Fara saling berpandangan.

Vincent mengangkat bahunya. Fara menjadi panik.

"Duduklah. Biar aku obati lukamu," kata Fara dengan tanpa emosi. Bagaimana pun kedua orang tua mereka tidak boleh melihat luka didada Vincent.

Jika sampai mereka tahu, maka Fara akan malu karena bertengkar dengan suaminya diawal pernikahanya.

"Ohh, kau takut, mereka melihat betapa kejamnya dirimu?"

"Apa?" Fara lalu mengoleskan obat dengan kasar hingga membuat Vincent meringis kesakitan.

Fara diam saja dan saat ini bukan waktunya bertengkar dan menanggapi ocehan Vincent. Atau dia akan dimarahi oleh ibunya.

"Sudah selesai. Nanti pakailah baju tertutup agar mereka tidak melihat lukamu," kata Fara lalu menaruh kotak obat ke tempatnya semula.

"Bersihkan rumah ini sebelum mereka datang. Atau mereka akan menyebutmu gadis yang malas dan jorok," kata Vincent lalu berbaring disofa.

Fara tidak menanggapi ocehan Vincent lalu segera pergi mengambil sapu didapur. Dengan cepat membersihkan rumah dan mengelap meja.

Vincent hanya melihatnya kekanan dan kekiri yang mondar mandir seperti setrikaan dan membuatnya malah asyik dengan pemandangan itu.

"Jika sudah selesai. Cepatlah memasak. Sekarang sudah jam berapa. Kita bahkan belum makan siang," kata Vincent pada Fara.

Fara membawa pisau dan sayuran kearah Vincent.

Mengarahkan pisau itu padanya.

"Apa yang akan kau lakukan?" Vincent ketakutan menatap Fara dengan pisau ditanganya.

"Jika kau berani berkata lagi dan mengangguku, maka aku tidak akan segan membunuhmu, kau tahu wanita yang depresi bisa melakukan segalanya. Bahkan tidak takut jika harus dipenjara seumur hidup," kata Fara mengancam Vincent dan menatapnya tajam.

"Depresi? Apa kau depresi? hahahaha, wanita sepertimu, mana bisa depresi?"

"Diam!" Fara mendekati Vincent.

Vincent bangun dan berjalan mundur ke belakang.

"Berhenti, atau apa yang akan kau lakukan?" Vincent ketakutan.

"Duduk disana!" Fara menyuruh Vincent duduk dimeja makan dan memberikan semua sayuran padanya.

"Bersihkan ini! Kau tahu aku lelah sudah membersihkan rumahmu! Dan kau hanya duduk diam begitu? Kau sudah bosan hidup?" Kata Fara dengan nafas terengah-engah.

Vincent akhirnya duduk dan Fara ada disampingnya dengan pisau ditanganya.

"Gunakan pisau ini. Aku akan menyiapkan bumbunya," kata Fara lalu meninggalkan Vincent dimeja makan.

Vincent menatap punggung Fara terheran.

"Kenapa dia? Apa yang terjadi dengannya? Dia menakutkan seperti hantu perempuan saja," kata Vincent melihat sekeliling rumah dan menjadi merinding.

Rumah ini memang sudah lama kosong dan jarang ditiduri. Melihat tingkah Fara tadi, Vincent berfikir jika hantu rumah ini mungkin tidak suka dengan Fara lalu merasukinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!