Saat Fara mandi, Richard merasa sangat kesal dan marah. Karena terlalu kesal dan kecewa, membuatnya merasa sangat lapar. Maka dia lalu memesan dua porsi makanan terlezat yang ada dihotel itu dan satu bungkus makanan dipinggir jalan.
Tidak lama kemudian, seorang pelayan hotel masuk dengan nampan diatasnya. Richard mengambil makanan itu dan menyuruh pelayan pergi.
Richard mengangguk dan tersenyum sinis. Dia mengambil dua porsi makanan lezat itu kedekat nya.
Saat itu Fara keluar dari kamar mandi karena mencium bau makanan yang lezat. Dia keluar dengan handuk terlilit dikepalanya. Gaun tidurnya yang seksi, tidak dia pedulikan lagi karena dia merasa sangat lapar.
Fara duduk didepan Vincent. Menatap Vincent yang makan dengan lahapnya membuat air liurnya hampir menetes. Dia merasa semakin lapar. Tangannya bergerak akan menggeser mangkok satunya lagi yang ada di hadapan Vincent.
Vincent menatapnya dan menahan mangkok itu dengan mulut yang penuh dengan makanan yang baru saja dia suap.
"Itu milikmu," kata Vincent menunjuk pada satu nasi bungkus.
Fara kaget dan menatap Vincent.
"Kok kamu pesan dua mangkok. Lalu satu untuk siapa?" tanya Fara terkejut.
"Keduanya untuk," kata Vincent lalu menyodorkan nasi bungkus pada Fara.
Vincent masih terus makan dan satu mangkok miliknya telah habis. Dia menatap Fara dengan rasa puas.
Sambil cemberut Fara mengambil nasi bungkus dihadapanya. Dia juga merasa lapar setelah prosesi pernikahan yang panjang.
"Hum, tidak kusangka makanan ini terasa sangat lezat, setelah lama tidak memakannya," Vincent mencium aroma yang keluar dari mangkoknya dan membuat Fara ileran.
Fara menatap mangkok itu dan dia juga ingin mencicipinya biarpun satu sendok.
"Berikan satu untukku," kata Fara.
Vincent menatapnya tanpa ekspresi.
"Kau sudah makan satu mangkok. Maka satunya lagi harusnya untukku bukan?" tanya Fara sedikit kesal karena dia disuruh makan nasi bungkus yang sudah setiap hari dia makan.
"Kenapa di hotel semewah ini kau memesan nasi bungkus untukku? Kau sangat keterlaluan!" umpat Fara marah.
"Itu yang pantas kau dapatkan. Gadis nakal!" kata Vincent lalu makan dan tidak peduli pada Fara yang terus saja menatapnya saat dia makan makanan yang lezat itu.
Fara kesal saat Vincent memanggilnya gadis nakal.
"Heh, Pria tidak tahu berterima kasih. Aku tidak suka kau memanggilku dengan sebutan itu!" Kata Fara dan terpaksa membuka nasi bungkus itu dan memakannya. Dia memang sudah sangat lapar.
"Apa!?" Vincent menatapnya dengan mata tajam.
"Ya, tentu saja pria kaya raya sepertimu ditinggalkan kekasihmu. Ternyata seperti ini kelakuanmu! Kau makan enak dan orang lain makan nasi bungkus," kata Fara kesal dan menatap balik mata Vincent.
Mereka bertatapan dan membuat Vincent kesal.
"Ohh, jadi kau masih kesal karena nasi bungkus ini? Kau tahu, gadis sepertimu, hanya layak makan makanan seperti itu!"
Vincent menunduk lalu menghabiskan makanannya dan tidak peduli pada Fara yang semakin bertambah kesal.
Setelah makananya habis, seorang pelayan datang untuk mengambil mangkok. Pelayan itu nampak terkejut saat melihat Fara makan nasi bungkus.
Vincent segera memberi penjelasan agar terhindar dari masalah.
"Ohh, tadi saya pesan nasi bungkus untuk istri saya. Dia alergi makanan yang mahal. Dan ingin tetap hidup sederhana dengan makan nasi bungkus dihotel yang mewah ini," kata Vincent tersenyum manis pada pelayan itu.
Tentu saja Fara semakin kesal dengan ocehannya dan menghentikan suapannya. Dia lalu menyerahkan setengah nasi bungkus itu ke nampan pelayan. Dan berdiri dengan dada naik turun. Menunggu pelayan itu pergi dan akan memaki Vincent.
Pelayan itu tersenyum pada Fara.
"Kepribadian nona sungguh mengagumkan, saya permisi," kata pelayan memuji Fara lalu pamit.
Vincent segera mengunci pintu dari dalam dan menyalakan televisi. Dia akan tidur setelah duduk sebentar.
"Apa maksudmu? Kau bilang aku hidup sederhana jadi kau memesan nasi bungkus? Apa aku bilang aku mau makan nasi bungkus? Kenapa tidak memesan makanan yang lezat yang ada di hotel ini? Hah?"
"Untuk apa? Kita akan bercerai besok. Dan aku tidak mau tagihan ku membengkak karena makanan yang kau makan,"
"Apa orang kaya se pelit dirimu?"
"Apa? Kau bilang aku pelit? Kau tahu jika satu Minggu sekali aku membagi makanan yang lezat disebuah yayasan panti asuhan? Dan itu kau bilang pelit,"
"Jika begitu, kenapa kau perhitungan hanya untuk satu mangkok makanan di hotel ini?"
"Aku tidak mau pemborosan. Kau tahu harga satu mangkok makanan tadi? Itu seperti seratus bungkus nasi yang kau makan tadi? Itu pemborosan kan?"
"Untuk istrimu makan kau bilang pemborosan?"
"Istri? Hahahaha, istri yang sudah tidur dengan kekasihnya dan tidak suci lagi? Itu maksudmu? Kau tahu, aku muak setiap kali mendengar kau tidur dengan kekasihmu. Kau tahu, maka tutup mulutmu. Dan jangan berdebat denganku. Gadis nakal!" Vincent lalu mematikan tubuhnya karena tidak berselera setelah berdebat terus dengan Fara.
Kemarahan Fara sampai dipuncak ya. Dia berjalan kearah Vincent dan menyerangnya. Dia akan mencekik leher suaminya karena rasa kesal yang tidak tertahankan.
"Eekkk, ekkk, lepaskan!" Vincent kesulitan bernafas lalu berusaha melepaskan tangan Fara dari lehernya.
Vincent mendorong Fara, dan Fara terbentur lemari di pelipisnya. Ada sedikit darah mengalir dan saat Fara tahu dia menangis ketakutan. Dia histeris melihat darah dari pelipisnya.
Vincent juga kaget dan tidak menduga jika dia mendorong Fara terlalu kuat.
Vincent menatap Fara dengan menggigit bibir bawahnya. Fara bangun lalu melihat ke kaca.
"Hua hua...." Fara menangis melihat pelipisnya mengeluarkan darah.
Karena khawatir dengan cepat, Vincent memanggil dokter yang ada di hotel itu.
"Pakai baju ini! Dokter akan datang. Jangan pakai baju transparan seperti itu? Atau kau juga akan menggoda dokter dengan baju itu?" Vincent masih saja merendahkannya meskipun niatnya baik.
Fara tidak berbicara dan segera memakai gaun yang lebih tertutup dari Vincent.
Tidak lama dokter datang dan Vincent membukakan pintunya.
"Silahkan masuk dokter," Kata Vincent. Dokter masuk dan kaget melihat istri Tuan Muda Vincent terluka di pelipisnya.
Dokter lalu menyuruh Fara menghadap kearahnya.
"Kenapa nona bisa terluka?" tanya Dokter sambil mengobati luka Fara.
"Ohh, itu karena istriku tidak hati-hati saat berjalan. Dia memang seperti itu. Selalu ceroboh. Aku sudah memperingatkan berkali-kali untuk hati-hati. Tapi tetap saja, dia tidak mau menurut. Istriku, lain kali kau harus pelan saat berjalan. Setelah mandi, jika kakimu basah, kau keringkan dulu, karena lantai ini sangat licin," kata Vincent mendekat dan menatap tajam pada Fara mengintimidasi.
Fara mengangguk meskipun yang dikatakan Vincent tidak benar.
"Ohh, ya. Sudah selesai. Semoga lekas sembuh," kata Dokter.
"Terimakasih dokter," Kata Vincent. Dokter lalu pamit. Vincent menutup pintu lagi dan menguncinya.
Saat berbalik. Fara sudah berdiri dibelakangnya. Vincent terkejut melihat ekspresi marah diwajah Fara.
"Ya, bagus sekali aktingmu. Jangan-jangan kekasihmu juga tidak meninggalkanmu. Tapi kau sedang berakting bahkan di hari pernikahan mu,"
"Apa kau bilang?" Vincent selalu kesal setiap kali Fara menyebut kekasihnya yang sudah mengkhianati dirinya.
Dan hampir saja tanganya terangkat dan akan menamparnya.
"Ya, lakukan lagi. Setelah kau mendorongku. Lalu mengobatiku. Dan sekarang akan menamparku, lalu memanggil dokter dan mengobatiku lagi. Dan kau akan berakting, aku tidak hati-hati lalu membenturkan wajahku ke tembok! Hanya orang konyol yang akan melakukan itu!"
"Diam! Aku bilang diam!" Teriak Vincent dan membuat Fara kaget. Kali ini Vincent benar-benar marah dan sangat marah.
Fara menjadi terdiam juga takut. Dia takut, jika Vincent akan melemparkannya dari jendela dalam kemarahannya. Lalu dia akan berakting jika istrinya bunuh diri dimalam pertamanya.
"Ohh tidak," Fara ketakutan dan langsung berlari keranjang dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
Vincent yang sedang marah, menjadi luluh dan bingung dengan sikap Fara yang aneh.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments