Bab 15 Tentang rasa

Vincent menyetir mobilnya sambil melamun karena terus memikirkan pertengkaran demi pertengkaran dengan Fara.

Perkataan Fara yang mengatakan jika dia membencinya. Dan membenci pernikahanya, entah kenapa sangat menyinggung dan melukai perasaannya.

Biasanya, dia tidak merasa seperti ini. Dia akan kekantor, melewati jalanan yang biasanya dia dan mantan kekasihnya menghabiskan waktu disana saat makan siang.

Sepanjang jalan itu, ada banyak restoran disamping kanan dan kirinya. Mereka sering kesana bersama untuk makan siang.

Entah kenapa tiba-tiba dia teringat pada Clara yang sudah mengkhianati dirinya. Tapi tidak benar-benar membuatnya bisa move on. Meskipun dia sudah disakiti oleh mantan kekasihnya itu.

Tiba-tiba, hujan mengguyur deras. Ada seorang gadis memakai payung berdiri dipinggir jalan, mungkin menunggu jemputan.

Semakin dekat, gadis itu semakin mirip dengan Clara. Dan benar saja, saat itu Clara menoleh dan melihat mobil Vincent mendekat kearahnya.

Vincent menghentikan mobilnya dan menyuruhnya masuk kedalam.

"Masuklah. Hujan sangat deras. Biar aku antar kau pulang," teriak Vincent dari dalam mobil karena hujan semakin deras. Petir juga menggelegar dan membuat Clara ketakutan.

Dia yang sedang menunggu taksi online pun akhirnya memutuskan masuk dan mengcancel pesanannya.

"Suamimu tidak menjemputmu?" pertanyaan Vincent membuat Clara terkejut. Suaminya sedang keluar kota selama satu Minggu untuk urusan pekerjaan.

"Tidak. Dia sedang keluar kota," jawab Clara sambil membersihkan air dimulainya.

Vincent mengambilkan Tissue untuknya. Tangan mereka tanpa sengaja bersentuhan. Vincent merasakan getaran didalam hatinya. Apa artinya, dia belum bisa move on dari kisah cintanya?

Clara mengambil tisu dan mengelap mukanya.

"Pakai ini, biar kau tidak kedinginan," kata Vincent melepaskan jasnya dan memberikanya untuk Clara yang kedinginan meskipun sudah membawa payung, tetap saja air hujan membasahi bajunya.

"Terimakasih," kata Clara lalu melihat kearah spion. Tiba-tiba mereka menatap spion yang sama dan saling bertatapan.

Vincent kaget dan berusaha menahan diri.

"Dimana kau tinggal?" tanya Vincent memalingkan wajahnya.

"Di jalan mawar," jawab Clara.

"Ohh, sudah dekat," jawab Vincent lalu membelokkan mobilnya ke jalan mawar.

Mereka sampai dirumah Clara yang besar. Suaminya juga bukan orang miskin. Terlihat dari rumahnya yang besar dan mewah.

"Turunlah," kata Vincent pada Clara setelah membukakan pintu untuknya.

Clara lalu turun dan mengajak Vincent masuk kedalam.

"Mampirlah, biar ku buatkan minuman hangat," ajak Clara.

"Ya," entah kenapa Vincent tidak menikah Clara kali ini. Mungkinkah karena hatinya sedang terguncang? Karena bertengkar terus dengan Fara? Dan ucapan Fara yang membencinya dan bahkan sempat ingin bunuh diri? Tapi untuk apa dia tersinggung? Dia juga tidak pernah mencintai Fara bukan?

Saat sampai diruang tamu, tiba-tiba Vincent menghentikan langkahnya saat didalam hatinya terus bergejolak memikirkan banyak hal.

"Maafkan aku. Aku harus pulang," kata Vincent dan tersenyum pada Clara. Terlihat wajah Clara sedikit kecewa saat Vincent tidak jadi bertandang kerumahnya.

"Hati-hati dijalan, dan terimakasih tumpangannya," kata Clara.

"Ya," jawab Vincent singkat.

"Oh ya, jas nya," kata Clara memberikan jas itu pada Vincent.

"Ohh ya, aku pergi," Vincent pamit.

Clara mengangguk dan tersenyum melihatnya pergi.

Vincent tidak jadi kekantor. Entah kenapa dia tiba-tiba mengkhawatirkan Fara. Dia khawatir Fara akan bunuh diri dirumahnya. Karena baru saja mereka bertengkar.

Vincent menyetir mobilnya dengan kencang. Tidak lama kemudian sampai dirumah dan segera masuk kedalam.

Saat masuk, dia kaget melihat Fara sedang mengelap semua barang di dalam lemari kaca. Dan melihat kedapur, semua yang tadi mereka ributkan sudah dia cuci.

Melihat ke meja makan, ada aroma masakan yang masih hangat.

"Kau pulang? Bukankah kau bilang mau kekantor?" Tanya Fara kaget. Dan entah kenapa setelah dia ketakutan hujan deras dan dirumah sendirian, merasa senang melihat Vincent kembali.

"Ohh ya, hujan sangat deras. Aku mengkhawatirkan dirimu," kata Vincent tanpa dia sadari.

Mendengar itu, membuat Fara terkejut. Dan pertama kalinya dia merasa hatinya menghangat. Dekat dengan Vincent terasa berbeda kali ini.

"Kebetulan aku memasak sesuatu. Kamu mau mencobanya. Entah kenapa aku berfikir kau akan pulang, dan ternyata kau benar-benar pulang cepat," kata Fara mengajak Vincent ke meja makan.

"Bajumu basah. Biar ku ambilkan baju ganti," kata Fara dan segera ke kamar Vincent.

Vincent menatap Fara dan membuatnya terpana. Apakah dia tidak salah lihat? Istrinya yang tadi bilang sangat membencinya, tiba-tiba bersikap baik dan perhatian?

Vincent melamun dan Fara datang dengan baju kering.

"Gantilah bajumu dulu. Setelah itu baru makan," kata Fara tanpa nada tinggi dan emosi seperti biasanya.

"Terimakasih," Vincent mengambil baju itu dan masih heran dengan perubahan sikap Fara.

Tidak lama dia kembali dan Fara sudah mengambilkan makan untuknya.

"Cobalah," kata Fara.

Vincent lalu makan sambil terus menatap Fara yang duduk didepannya. Membatin dalam hati akan sikapnya yang lain dari biasanya.

"Bagaimana? Apakah tidak enak?"

"Ehm, sangat enak, aku suka," tanpa terasa keluar pujian dari bibir Vincent tanpa dia sadari.

Fara membersihkan meja dan langsung mencuci semuanya. Setelah mencuci, akan pergi kekamarnya.

Vincent memanggil nya dan saat Fara menoleh, suaminya sudah berdiri dibelakangnya.

"Ada apa denganmu?" tanya Vincent tiba-tiba, seperti curiga atau tidak percaya.

"Maksudmu?"

"Apakah saat aku pergi, ada tamu. Kau memasak untuknya? Dan sisanya kau berikan padaku? Kau bertemu seseorang?" Vincent bertanya dan seperti sedang menginterogasi istrinya.

"Apa yang akan kau katakan? Tamu siapa?"

"Ohh, tidak usah berpura-pura begitu. Aku tahu kau mencintai kekasih gelapmu itu. Apakah dia datang kemari saat hujan-hujan. Kau memasak untuknya bukan? Aku tidak percaya kau memasak untukku?" Vincent berkata sambil memegang bahu Fara dengan mata penuh kecemburuan.

"Apa? Kau sedang menuduhku? Memasukkan pria lain dirumahmu?" Nada suara Fara mulai tinggi dan parau.

"Ya, aku tidak dirumah. Kau bisa memasukkan siapa saja saat aku tidak ada. Buktinya kau bisa menemuinya diluar rumah bukan?"

Plak!

Fara langsung menampar muka Vincent dan membuat Vincent kaget dengan reaksinya.

"Kali ini kau keterlaluan!" Fara langsung berlari ke atas dan masuk ke kamarnya. Mengunci pintu dari dalam dan menangis sepuasnya.

Vincent memegang pipinya yang baru saja ditampar oleh Fara. Matanya menatap keatas. Dan baru sadar jika dia sudah kebablasan karena merasa cemburu.

Cemburu?

Apa aku sedang cemburu?

Vincent mendengar suara hatinya yang terus mengatakan jika dia sedang cemburu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!