"Waktu cepat berlalu yah, Ros ..."
Mendengar kalimat Biyan yang baru saja terlontar, membuat Eros yang semula sedang bersandar rileks di kursi pantai seraya mengarahkan fokus kearah ponsel miliknya sontak menoleh.
Biyan yang duduk di kursi satunya lagi yang berada tepat di sebelah Eros dan hanya berjarak satu meja kecil diantara dua kursi pantai tersebut terlihat sedang melayangkan pandangannya jauh ke depan, ke arah bibir pantai dengan kecipak ombaknya yang kecil, di mana dua sosok remaja terlihat asik ber-selfie ria berlatarkan sunset yang indah.
"Coba lihat di sana ..." ujar Biyan lagi, dengan bibir yang berukir senyum.
Eros kembali mengikuti arah telunjuk Biyan yang mengarah lurus ke depan, lagi-lagi ke arah yang sama.
"Bella maksudmu ...?" tanya Eros, singkat.
"Hhhmm ..."
"Banyak-banyaklah bersyukur karena di dalam hidupmu, kamu telah memiliki seorang malaikat yang cantik ..."
"Of course, she is everything of my life ..."
Saat berucap demikian teramat jelas terlihat betapa besar kebanggaan Biyan lewat sepasang matanya yang tak berkedip mengawasi Bella, yang terlihat sangat ceria di kejauhan.
Eros menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan pendapat Biyan, sebelum akhirnya kembali berucap hati-hati, jangan sampai membuat Biyan tersinggung mendengarnya.
"Bella ... sangat mirip Rania ..."
Kali ini Biyan tidak langsung menanggapi ucapan Eros, melainkan terdiam lama.
"Yan ..."
"Hhmm ..."
"Kenapa tidak mencobanya sekali lagi ...?" tanya Eros setelah keduanya terperangkap hening untuk beberapa saat lamanya.
"Sulit ..."
"Kau ... atau dia ...?"
"Dua-duanya."
"Kasihan Bella. Padahal dia selalu ingin kalian bisa bersama lagi."
Biyan tersenyum kecut mendengarnya, namun ia memilih bungkam dan tidak menanggapi ucapan Eros. Toh meskipun tanpa mengatakan apa-apa, Biyan yakin bahwa Eros pasti tahu persis seperti apa kemelut keluarga yang ia hadapi sejak dulu ... bahkan sampai detik ini.
Eros memang berkata benar, bahwa Bella selalu ingin Biyan dan Rania kembali bersama, dalam sebuah keluarga yang utuh seperti sedia kala.
Utuh ...?
Miris rasanya saat Biyan kembali mengulang satu kata tersebut didalam hati, karena pada kenyataannya sebuah keluarga yang utuh pun tidak menjamin bahwa yang berada didalamnya dan yang menjalaninya akan serta-merta bahagia.
Kendati pun demikian, saat itu Biyan sudah berusaha sekuat tenaga untuk bertahan, sebelum akhirnya harus ikut menyerah, menanggalkan segala idealisme juga ego-nya sebagai lelaki, manakala Rania pun tidak ingin lagi berjuang.
Biyan sadar yang terjadi diantara mereka bukan semata-mata kesalahan Rania, melainkan juga tak lepas dari ketidakberdayaannya sebagai seorang kepala keluarga.
Harus diakui bahwa kehidupan Biyan waktu itu masih terbilang cukup sulit, karena bisnis yang sedang Biyan rintis pun masih terseok-seok.
Eros bahkan sempat berkali-kali menjadi dewa penolong bagi Biyan, sebagai satu dari beberapa orang teman yang bersedia memberikan support penuh untuk Biyan dari segi finansial pada awalnya.
Jadi rasanya wajar saja jika saat itu, Rania atau wanita manapun tidak sanggup jatuh bangun dan menjalani hidup bersusah-payah dengan dirinya.
"Untuk hal ini, aku merasa sangat pesimis ..." Biyan berucap lirih, sadar bahwa keinginan Bella terasa begitu sulit dipenuhi olehnya ... juga Rania.
"Sangat disayangkan jika kalian tidak bisa lagi bersama, di saat kondisi ekonomi yang dulunya menjadi satu-satunya pemicu keretakan rumah tangga kalian, saat ini justru telah berada dalam kondisi terbaik. Aku lihat beberapa bisnis yang kamu rintis berkembang sangat pesat, begitu pun dengan Rania ..."
Dalam diam Biyan membenarkan apa yang diucapkan Eros panjang-lebar. Tentang bisnisnya yang semakin hari semakin berjaya, sementara sang mantan istri sepertinya juga mulai sukses dalam bisnis jual-beli perhiasan yang dia tekuni selama beberapa tahun terakhir, usai mereka bercerai.
Lagi-lagi Biyan harus mengakui bahwa Eros kembali berkata benar.
Dulu, kesulitan ekonomi-lah yang memicu seluruh pertengkaran diantara mereka, namun sekarang situasinya justru telah jauh berbeda.
Pada kenyataannya Biyan dan Rania telah sah bercerai, dan itu artinya, dalam hal ini selain dari urusan tentang Bella, yang merupakan buah cinta mereka di masa lalu, maka segala hubungan diantara mereka benar-benar telah usai dan terputus.
"Paaa ... Papaaaa ..."
Suara teriakan kecil Bella telah memecah keheningan yang bertahta, membuat Biyan dan Eros sama-sama menoleh kearah Bella yang berlari kecil kearah mereka, sementara Ayu yang mengayunkan langkahnya dengan tenang, nampak tertinggal jauh di belakang.
"Kenapa, Bell ...? Kok teriak-teriak sih ...?" tanya Biyan seraya bangkit dari kursi yang ia duduki.
"Pa, Bella pengen berenang di pantai, tapi Ayu gak mau nemenin ..."
Alis Biyan bertaut menerima pengaduan manja Bella. Belum sempat Biyan membuka mulut, Ayu yang telah berhasil menyusul Bella telah lebih dahulu menyanggahnya buru-buru dari balik punggung Bella.
"Bell, kan Ayu udah kasih tau alasannya, kenapa sampe Ayu gak bisa berenang nemenin kamu ... lagian hari udah mau gelap juga ..."
"Tapi Bella mau berenang, Yu, bentar doang kok ..."
"Trus gimana dong? Kan Ayu beneran gak bisa, Bell ..." tukas Ayu dengan wajah bersungguh-sungguh.
"Ayu kenapa gak bisa? Sakit?" Biyan menengahi pembicaraan tersebut, sepasang mata elangnya kini mengawasi Ayu dengan intens, sementara Eros hanya mengawasi pembicaraan tersebut tanpa kata.
Ayu sontak menggeleng. "B-bukan seperti itu, Om ... Ayu ... Ayu gak sakit, Ayu cuma ... cuma ..."
Mengambang.
"Cuma apa?" tanya Biyan semakin penasaran, terlebih saat menyaksikan Ayu yang gelagapan seolah enggan berkata jujur, membuat Biyan menjadi semakin khawatir jika Ayu kenapa-napa.
"Ayu gak sakit kok, Pa, hanya lagi datang bulan aja, makanya gak bisa berenang nemenin Bella ..."
Bukan jawaban dari Ayu yang didapatkan Biyan, melainkan jawaban spontan dari mulut ceriwis Bella putrinya.
Mendengar kejujuran Bella yang berucap tanpa sungkan, membuat seluruh wajah Ayu bersemu merah karena malu.
Sepasang mata Ayu sontak melotot sempurna ke arah Bella yang malah cuek aja menanggapi pelototan Ayu, lengkap dengan ekspresi wajah yang cengengesan.
"Papa aja deh yang temenin, Bella ..." pinta Bella sambil menoleh ke arah Biyan yang langsung menggeleng.
"Udah mau malem ini, masa iya masih mau berenang di pantai, Bell? Masih mendingan berenang di kolam renang yang ada di villa sekalian ..."
"Gak mau. Bella maunya sore ini berenang di pantai, Pa ..."
"Tapi ..."
"Ya udah, Yan, biar aku aja yang temenin Bella." Eros berdiri dari duduknya.
Setelah sekian lama hanya berdiam diri dan menyimak, pada akhirnya Eros tak tahan lagi untuk menengahi pembicaraan tersebut, terlebih saat menyadari Biyan yang rada keberatan meluluskan keinginan Bella, sedangkan Bella terlihat ngotot seperti biasanya.
"Yakin nih ...?" usut Biyan ke arah Eros, sementara Bella yang mendengar tawaran Eros langsung berbinar-binar.
"Iya, lagian kasian juga kalo gak di turutin, nanti ngambek ..." angguk Eros, kemudian matanya beralih kearah Bella yang terlihat super hepi. "Bell, janji bentar aja yah berenangnya, karena udah mau malem nih ..."
"Siyaaap, Om, kalo begitu tunggu apalagi? Ayo kita berenang sekarang, buruaaaann ...!"
Tanpa rasa canggung sedikit pun, Bella langsung menarik pergelangan tangan Eros kearah pantai, sementara Eros hanya bisa pasrah mengikuti langkah Bella yang penuh semangat.
"Jangan lama-lama, Ros ...!"
Bahkan suara teriakan Biyan hanya dibalas Eros dengan acungan jempol ke udara ...
...
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Aurizra Rabani
masalah ekonomi memang sering memicu pertengkaran ujung"nya perceraian tanpa berpikir dampak dari semuanya bahwa anak lah yg jd korban. disini peran seorang istri di perlukan kesabaran agar rumah tangga tk berantakan.
2022-10-12
1
Eka ELissa
ooo....brarti riana matre tho...pisaj ma briyan cumn krna ekonom dgn orang ke3 mungkin yg lbih tajir dri brian....enthlh hnya emk yg tau...
bela psti bhgia bgt tu brenang di tmenin cogan..😁😁
2022-10-12
2
Nanik Puspita
happy banget si Bella berenang ditemani orang yang dicintainya 🤣🤣🤣🤣
2022-10-12
1