Visual Cast :
Biyan Erlangga (Brant Dougherty)
Eros Rahadian (Boran Kozum)
Bella Erlangga (Dasha Taraan)
Ayushita Melani (Nancy "Momoland")
...
Eros merasa sedikit terhuyung, manakala tubuhnya telah di dorong kasar oleh pria yang sama, yang telah memisahkan tubuh Bella yang semula menempel ketat dalam pelukannya.
"Dasar om-om me sum, berani-beraninya tangan kotor kamu mau nyentuh pacar aku ... Mau mati ya?! Ha-ah?!"
Belum juga sepenuhnya sadar dengan apa yang sedang terjadi, manakala kerah kemeja yang dikenakan Eros telah dicekal kuat oleh sebuah tangan lelaki.
Tidak perlu menunggu waktu lama bagi Eros untuk berkelit membebaskan dirinya, dengan cara balik menghempaskan cekalan tersebut, dan di detik berikutnya keadaan telah berbalik seratus delapan puluh derajat ... kini gantian Eros yang mendorong kasar tubuh tak dikenal itu.
"Aduhh ...!"
Lelaki itu terhuyung kebelakang, hingga menabrak tiang beton yang lumayan kokoh, hingga dia mengaduh keras.
"Aaaww, punggung aku ... Sshh ..."
Beruntung posisi mereka saat ini telah berada di sudut club yang agak temaram, sehingga insiden tersebut tidak sampai mengundang perhatian orang-orang, yang semuanya seolah terfokus di panggung mini, dimana sebuah band ibukota ternama sedang menyuguhkan penampilan mereka yang ciamik.
Seujung kuku pun Eros tidak peduli dengan wajah meringis itu, karena sepasang mata elangnya nanar menatap Bella yang kelihatannya masih nge-lag dengan semua hal yang terjadi secara tiba-tiba di depan hidungnya.
"Steve ...?" bibir Bella nampak mengeja sebuah nama, begitu ia mengenali siapa gerangan sosok lelaki yang baru saja merusak moment berharganya bersama Eros.
Lelaki yang masih saja meringis kesakitan itu rupanya bernama Steve, teman se-kelas Bella yang merupakan salah satu dari sekian banyak circle pertemanan gadis itu di lingkungan kampus.
Sejenak Eros menguliti sosok Steve dari atas sampai ke bawah, bawah sampai ke atas.
Sekalipun suasana club malam ini begitu temaram seperti biasanya, namun Eros bisa menilainya. Bahwa dari wajah dan postur tubuh yang bak seorang remaja pada umumnya, sangat terlihat bahwa usia Steve pastilah masih sangat muda, mungkin seumuran Bella.
Untuk sejenak tangan Eros terlihat bergerak merapikan kerah kemejanya yang kusut akibat cengkeraman Steve barusan.
Eros tidak mengenal Steve, Eros juga tidak pernah melihat lelaki muda itu sebelumnya. Hanya menduga-duga siapa gerangan, namun tetap saja menolak percaya jika dia benar-benar kekasih Bella.
Masih dengan wajahnya yang kesakitan, Steve bergegas bangkit mendekati Bella. Kedua tangannya langsung bertengger pada bahu Bella di kiri dan di kanan, seolah ingin memastikan bahwa keadaan gadis itu baik-baik saja.
"Bell, astagaaa ... Syukur aku datang tepat waktu. Lagian siapa sih lelaki itu ...? Berani-beraninya ngedeketin Bella, sampe mepet-mepet gitu ..."
"Heh, Bocah, aku yang seharusnya nanya, siapa kamu? Malam udah selarut ini, beraninya kamu bawa Bella ketempat seperti ini ...? Kamu tuh benar-benar mau cari mati yah ...?!" ujar Eros menyela ucapan Steve dengan intonasi suaranya yang dingin menusuk.
Kemudian tanpa menunggu waktu lama dengan gerakan yang gesit dan bertenaga Eros kembali menarik tubuh Bella hingga terlepas dari kekuasaan lelaki muda yang tak dikenalnya itu, membawa Bella kembali ke sisi tubuhnya.
Steve menatap Eros dengan tatapan kaget, namun tatapan tajam Eros balik menusuk tepat di manik mata, mau tak mau membuat nyali Steve langsung menciut.
'Jangan bilang bahwa om-om ganteng ini tuh Biyan Erlangga, yang gak lain adalah Papanya Bella. Tapi kalo emang demikian ... maka matilah kamu, Steve ...!'
Steve menjadi parno sendiri, saat tersadar kalau selama ini dia memang sering mendengar bahwa Papanya Bella termasuk dalam kategori sugar daddy, alias masih sangat tampan di usianya yang matang ... apalagi dengan statusnya yang seorang hot duda.
'Lagian kenapa aku bego banget sih, pake acara salah alamat segala ...?'
'Ya ampun, nasib ... nasib ...'
'Tapi kalo benar pria ini Papanya Bella, trus kenapa adegan barusan ... Kayak ... Kayak orang yang mau ...'
'Akkkkhh Steveeee, seharusnya sejak awal kamu tuh gak usah ikut campur ...!'
Buru-buru Steve menghalau berbagai pemikiran aneh yang nyantol diotaknya, kemudian menggantinya dengan sejumlah penyesalan yang mencuat silih berganti, sehingga membuat otak Steve rasanya semakin kacau.
Pada akhirnya Steve hanya bisa berdiri salah tingkah bak dihadapkan pada pilihan yang maha sulit dari buah simalakama.
Rasanya Steve ingin kabur saat itu juga, kalau perlu hingga ke lubang semut, namun sisi hatinya yang lain juga menolak jika dirinya harus menjadi lelaki pengecut karena berniat melarikan diri usai membuat ulah.
"Maaf, Om, dia Steve ... salah satu sahabat Bella di kampus ..." Bella berucap lirih.
"Sudah aku duga ..." sungut Eros masih minim ekspresi.
"Maafin Steve yah, Om, Steve kayak gitu karena belum gak kenal Om Eros aja ..." Bella menatap Eros penuh permohonan juga sesal yang nyata, sementara Steve nyaris mendapat serangan jantung mendengar ucapan permohonan Bella.
'Om Eros? Bella baru aja menyebut pria itu dengan panggilan Om Eros ...?'
Benak Steve menjadi semakin kacau, mengetahui kenyataan tersebut.
'Oh my ... Itu artinya pria itu emang bukan Biyan Erlangga, Papanya Bella. Tapi ... Oh em ji ... Kalo lelaki ini adalah Eros, maka gak salah lagi ... dia pasti Eros Rahadian. Sahabat Papanya Bella, yang juga merupakan pengusaha sukses sekaligus pemilik club tempat dirinya, Bella, dan beberapa teman lainnya hang out malam ini ...!'
Menyadari hal itu rasanya Steve ingin menangis.
'Mati aku! Kenapa pula nasib aku apes begini sih ...?'
Lagi-lagi Steve membathin masygul, terpekur tanpa daya ... pasrah!
Steve seolah sadar betul, bahwa kali ini dirinya benar-benar sedang berada dalam masalah besar.
"Lagian Steve juga ngomong apa, sih? Emangnya sejak kapan Bella jadi pacar Steve ...?"
Kali ini tatapan Bella beralih ke arah Steve.
Bella telah berucap dengan kalimat protes yang kental, lengkap dengan wajahnya yang dipenuhi aura kekesalan.
Gadis berusia sembilan belas tahun itu bahkan sudah berdiri berkacak pinggang, menatap Steve yang sukses menggagalkan moment epic yang telah sekian lama diimpikan Bella siang dan malam.
'Dasar Steve bego! Lagian untuk apa sih Steve pake acara muncul dan mengacaukan semuanya?'
'Mana pake acara ngaku-ngaku pacar Bella segala ...'
'Dia gak tau apa, untuk bikin Om Eros nyaris khilaf kayak tadi itu adalah pekerjaan yang teramat sangat sulit ...?!'
'Mana sejak tadi udah sengaja susah payah sok-sok akting kayak orang mabok, endingnya malah begini ...'
Bella ngedumel panjang-pendek dalam hati, menyadari bayangan indah pertautan manis antara bibirnya dan bibir Eros yang sexy nyaris menjadi kenyataan, kalau saja Steve tidak datang seperti perompak dan merusaknya.
Steve terlihat beringsut perlahan, sedikit demi sedikit tubuhnya mendekat kearah Bella, seolah mencari perlindungan. Kali ini ia tidak bisa lagi menyembunyikan kegugupannya menerima tatapan tajam Eros yang terus terhunus kearahnya meskipun tanpa bicara.
"Maaf deh Bell, aku pikir tadi itu ada om-om iseng yang lagi godain Bella ..." Steve berbisik dibelakang telinga Bella.
Bella melotot kesal mendengar kalimat Steve yang terucap sambil cengengesan itu.
"Habisnya, kalian udah kelihatan kayak sepasang insan yang mau ..."
"Mau apa?!" pungkas Eros sewot, langsung memotong kalimat bisik-bisik Steve dengan suaranya yang keras, seolah ingin mengalahkan irama musik RnB yang menghentak. "Berani bicara yang aneh-aneh lagi, aku hajar beneran mulut kamu yah."
"Maaf deh Om ... Maaf ... Iya deh ... Kayaknya emang aku yang salah lihat ..."
Steve menghiba dengan sepenuh hati, mulai tidak yakin dengan penglihatannya sendiri.
'Iya, bener, pasti aku yang salah lihat, aku juga yang salah alamat ...!!'
'Gak mungkin juga-lah kalo Om Eros berniat mau nyium Bella ...?!'
'Gak ... Gak mungkin. Bagi Bella pria itu bahkan udah gak ada bedanya dengan Papanya sendiri. Udah jelas, pasti mataku nih yang bermasalah ...!'
Tak terhitung lagi sudah seberapa banyak Steve membathin penuh penyesalan.
"Om Eros, maafin aku yah. Aku yang salah karena terlanjur menuduh Om Eros yang enggak-enggak. Sekali lagi maafin aku yah, Om ..." dengan sigap Eros menghaturkan permintaan maafnya yang penuh ketulusan juga penyesalan yang mendalam.
"Ya udah, balik sana." jawab Eros singkat kearah Steve.
"T-tapi Om ..."
"Kan aku udah maafin kamu." pungkas Eros lagi.
"B-baik, Om ... T-tapi Bella ..."
"Gak usah mikirin Bella, karena aku sendiri yang akan nganterin Bella pulang ke rumah ..."
...
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
aurel chantika
cakep semua
2022-11-24
1
Isnia Tun
Biyan cakep amat 😍😍
2022-10-06
1
Isnia Tun
Yang matang lebih menggoda🤭🤭
2022-10-06
1