Tepat jam dua dini hari manakala Ayu terjaga karena bunyi ponsel yang tak kunjung usai.
"Siapa sih malam-malam begini pake acara nelpon segala ..."
Meskipun tubuhnya terasa sangat mager karena kantuk yang masih bergelayut, namun pada akhirnya Ayu tetap memaksakan diri untuk bangkit, guna meraih benda pipih diatas meja belajarnya yang tak henti berdering, sambil kucek-kucek mata yang terasa sepat.
"Om Biyan ...?" desis Bella keheranan begitu mendapati nama 'Papanya Bella' tertera jelas di layar ponselnya.
Dalam temaramnya lampu tidur, Ayu melirik kembali jarum jam yang ada di salah satu dinding kamar kost miliknya, seolah ingin memastikan bahwa benar saat ini sudah hampir jam satu dinihari, dan Papanya Bella yang keren itu sedang menelponnya.
Memang sih ini bukan kali pertama bagi Ayu menerima telpon Biyan di jam yang tak biasa, dan hanya ada satu alasan yang bisa membuat pria gagah itu menelpon Ayu, apalagi kalau bukan menanyakan Bella, putri cantiknya yang pemberontak.
Ayu yakin seribu persen bahwa malam ini Bella pasti kembali berulah, dengan cara diam-diam kabur dari rumah seperti biasa, dan seperti biasa juga ... ulah sahabatnya itu telah terendus Papanya yang lumayan overprotectif!
Meskipun ragu dan sedikit gugup akhirnya Ayu pun menggeser icon hijau, tanda menerima panggilan tersebut.
"H-hallo, Om ..." tergeragap.
"Hallo, Ayu ...?"
Ayu bahkan sampai harus memejamkan kedua kelopak matanya demi bisa meresapi kerinduan hatinya yang terbayar lunas, hanya karena mendengar suara berat yang khas milik seorang Biyan Erlangga.
Sudah sejak awal saat pertama kali Ayu mengenal Biyan, entah kenapa sejak saat itu juga pikiran Ayu tak pernah berhenti memikirkan pria itu.
Sungguh aneh, dan lebih anehnya lagi karena Ayu tidak pernah merasakan hal yang begitu menakjubkan seperti itu terhadap pria manapun.
Yes, coz' for the very first time, Biyan Erlangga adalah satu-satunya pria yang mampu membuat Ayu mabuk kepayang.
Berpikir, bermimpi dan selalu merindu.
Kendatipun perasaan Ayu sangat meluap-luap, namun sejauh ini sekuat tenaga Ayu tetap menyembunyikan warna perasaannya dihadapan Bella, terlebih di hadapan Biyan, yang notabene merupakan Papanya Bella.
Emang sih rasanya nyesek banget, karena cinta Ayu bukan hanya merupakan cinta yang terpendam, melainkan juga cinta yang bertepuk sebelah tangan.
Yah, bertepuk sebelah tangan, karena sudah jelas hanya Ayu saja yang merasakan bagaimana perasaannya jungkir-balik tak karuan, sementara perlakuan Biyan kepada Ayu hanya seala kadarnya, seperlunya, selayaknya seorang ayah yang memperlakukan sahabat karib putrinya dengan baik.
Itu saja, tidak lebih sama sekali!
"Hallo, Ayu ...?" suara khas Biyan di seberang sana kembali terdengar, sanggup membawa pulang kesadaran Ayu yang sempat melanglang buana tak tentu arah.
Sangat terasa bahwa Biyan sedikit bingung dengan kediaman Ayu selama beberapa jenak.
"I-iya, Om ..." jawab Ayu dengan kalimat yang lagi-lagi tergeragap.
Dalam hati Ayu merutuki dirinya sendiri, yang entah kenapa selalu saja gugup, salah tingkah, baper parah, dag dig dug brutal ... acap kali berinteraksi dengan Biyan, baik secara langsung maupun hanya sebatas pembicaraan via telpon seperti sekarang.
"Ay ..."
'Waduuhh ... Gak ... Gak bisa lagi nih, omegaaatt ...'
Ayu langsung meleleh, begitu telinganya kembali menerima panggilan 'Ay', khas seorang Biyan Erlangga.
'Lagi-lagi dipanggil 'Ay' sama Om Biyan, demi apa sih? Tuh kan langsung halu, berasa pengen cepat-cepat jadi emak tiri-nya Bella ...'
'Ya ampuunn ... Ini parah ini ... Akhhhh ...'
Otak Ayu langsung angkat koper, ngajak travelling kemana-mana saking bapernya.
"Ay ...?"
Lagi-lagi. Duhh ...
"Egh, i-iya ... iya, Om?"
"Ay, apa Bella nginep di tempat Ayu ...?"
"I-iya Om, i-ini ada kok Bella-nya, tapi ... Udah tidur Om ..."
Seperti yang sudah-sudah, Ayu terpaksa berbohong.
Hening sejenak, tak ada sahutan dari seberang sana, membuat Ayu jadi deg-degan.
'Jangan bilang Om Biyan curiga kalo Ayu lagi bo'ong tentang keberadaan Bella ...'
'Duhh ... Gimana nih ... Mana Om Biyan-nya masih diem aja ...'
'Ya ampun, Bellaaaaa ...! Ada di mana, Bell ...? Bisa gak sih berhenti bikin rusuh ...?'
Bathin Ayu menjerit ketakutan. Takut jika lawan bicaranya curiga jika dirinya memang sedang berbohong tentang keberadaan Bella, yang sesungguhnya malam ini tidak berada di kostnya.
Untuk yang kesekian kalinya, meskipun sesungguhnya Ayu tidak pernah ada secuil pun niatan buat berbohong, namun pada akhirnya sudah tak terhitung lagi ada berapa banyak kebohongan Ayu demi melindungi Bella.
'Bell ... Bell ... kapan sih Bella bisa berhenti berulah ...?'
'Ayu capek bo'ongin Om Biyan terus, Bell ...'
Bathin Ayu kembali mendengungkan perasaan bersalah yang menggerogoti jiwanya, namun di sisi lain Ayu juga tidak bisa berbuat apa-apa selain berbohong.
Bella memang rada pemberontak, namun sosok Bella dimata Ayu adalah sosok sahabat yang baik, bahkan teramat sangat baik.
Ayu bahkan banyak berhutang budi ke Bella, terlebih dengan status Ayu sebagai anak rantau yang setiap bulannya hanya berharap transferan orang tua di awal bulan.
Ayu sendiri berangkat dari keluarga yang perekonomiannya sederhana, tak jarang persoalan transferan uang bulanan yang sering telat membuat mau tak mau Ayu kerap minta tolong ke Bella, yang dengan senang hati akan segera meminjamkan uang bahkan tidak pernah mengharapkan akan di kembalikan meskipun Ayu tetap bersikeras menggantinya, tak mau memanfaatkan kebaikan hati Bella yang selalu ada di saat dirinya susah.
"Ya udah, kalo memang Bella lagi sama Ayu, Om lega ..."
Hembusan napas Biyan terdengar jelas di telinga Ayu, yang oleh karena hembusan napas itu juga, Ayu jadi ikut-ikutan menghembuskan napasnya lega, lega karena akhirnya bisa membuat Biyan kembali mempercayai kebohongannya yang tak terhitung lagi entah untuk yang kesekian.
"I-iya, Om. Besok pagi Ayu janji deh, kalo Bella bangun Ayu bakal suruh Bella cepat pulang ..."
"Gak ... Gak usah, Ay. Nanti bilangin aja ke Bella kalau besok pagi Om jemput Bella di kost Ayu ..."
Glek.
Ayu menelan ludahnya gugup mendengar kalimat Biyan.
'Mati deh. Kalo sampe Om Biyan gak nemu anaknya di sini ... Habislah sudah ...'
Pening kepala Ayu membayangkannya, namun anehnya mulutnya masih bisa menanggapi kalimat Biyan yang telah membuatnya skak mat.
"I-iya, Om, nanti Ayu sampaikan ..."
"Makasih yah, Ay ..."
"Iya, Om ..."
"Ya udah, kalo gitu Om tutup telponnya yah, Ay ..."
"Iya, Om ..."
"Selamat malam, Ayu, have a nice dream ..."
Klik.
Ayu masih bengong di tempatnya, padahal panggilan Biyan telah terputus.
Ucapan selamat tidur dari Biyan seolah masih terngiang-ngiang di telinga Ayu, mengalahkan sound Kak Jill penjual gorden viral di tiktok yang sepuluh gelombang kanan sepuluh gelombang kiri.
"Bell, kok bisa sih Bell punya Papa yang se-manis Om Biyan ...? Gemesin ... Ganteng ... Bodynya bagus lagi ...! Beda banget deh sama Papanya Ayu yang kumisan, mana perutnya buncit juga ..."
Ayu ngomong sendiri, sambil menatap ponsel yang layarnya sudah kembali ke pengaturan default, di mana ada foto si Oyen, kucing kampung kesayangan Ayu yang sudah almarhum.
Mendadak pikiran Ayu kembali tertuju pada Bella.
Sibuk mengkhayalkan Biyan membuat Ayu sejenak lupa bahwa dirinya dan Bella sedang berada dalam masalah besar, kalau sampai Biyan tidak menemukan Bella di kost Ayu besok pagi.
"Bella ... Bella ada di mana sih, Bell ...?"
Ayu ngedumel sambil menekan nomor ponsel milik Bella, dan wajah Ayu berubah pias saat menyadari bahwa yang menjawab panggilannya adalah suara operator seluler, yang memberi informasi bahwa nomor yang dituju sedang tidak aktif atau berada diluar service area.
"Duuuhh, mana hape-nya pake acara gak aktif lagi, kemana sih Bella ...?!"
Ayu panik.
Saking paniknya Ayu sudah jalan mondar-mandir kayak setrikaan di dalam kamar kostnya yang sempit, tapi tiba-tiba ...
Tok ... tok ... tok ...
Bunyi pintu kamar kost yang di ketuk dari luar terdengar jelas, sanggup menghentikan gerak langkah Ayu.
"Siapa juga yang nekad ngetuk pintu malam-malam begini?" Ayu bergumam lirih.
Jam di dinding menunjukkan pukul satu lewat sepuluh menit dinihari, dan Ayu memutuskan untuk mengintip terlebih dahulu siapa gerangan yang berada di depan pintu kamarnya lewat celah tirai gorden jendela.
Ayu tidak mau langsung asal membuka pintu, karena takut jika yang mengetuk justru orang yang berniat jahat.
"Bella ...?!"
Mengetahui siapa gerangan tamu tak di undang yang berdiri di depan pintu kamar, Ayu pun bergegas memutar anak kunci.
"Surpriseeee ...!"
Senyum Bella terkembang tanpa dosa, begitu wajah kusut Ayu muncul dihadapannya.
"Gila banget, Bell ...!! Kemana aja sih ...?! Ayu hampir mati ketakutan karena barusan Om Biyan nelpon tau ...!!"
Bukannya mengkerut mendapati omelan Ayu, yang ada Bella malah terkikik geli.
"Iya deh, iya ... Maapin Bella yah, Ayu, sahabat Bella yang paling baik seduniaaaaa ..."
Bella menghambur memeluk Ayu, membuat Ayu hanya bisa menggelengkan kepalanya pasrah.
Seperti biasa ...
Dengan sikap manis Bella yang selalu seperti ini, bagaimana mungkin Ayu bisa marah ...?
Bella memang sangat manis ...
Se-manis Papanya ...
Ehhemm ...
...
Bersambung ...
...
Hai ... hai ... semua reader kesayangan author, yuk Like, Comment, Vote, & Favoritekan novel ini yah ... 😘
Semoga kalian sukaaaa ... 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Ayu Setuthi
asyiikk
2023-05-08
3
Isnia Tun
Best friend sehati suka nya sama om-om😁😁🤭
2022-10-06
1
Eka ELissa
duo sohib yg syuka ma om"....😁😁😁
2022-09-19
2