GHT 9. Icha

Camelia yang mendengar suara batin mbak Kunti hanya bisa membalas dengan suara batin juga.

'Kakak Kunti, ntar dulu ya. Akbar masih belum sehat. Nanti kita bertiga ke sana abis jenguk Akbar!' jawab Camelia pada panggilan mbak Kunti.

Melihat Camelia terdiam sambil sesekali menghela nafas panjang, Akbar tahu kalau dia sedang berkomunikasi dengan makhluk tak kasat mata.

"Kakak Kunti bawa pasien baru?" tanya Akbar yang membuat kedua teman yang lain juga menoleh ke arah Camelia.

Camelia kemudian menggelengkan kepalanya, dia sangat tahu sifat dari Akbar, dia tidak akan mungkin diam saja kalau ada yang memerlukan bantuannya. Seperti kasus terakhir, sebenarnya sangat berbahaya bagi Akbar ketika dia akan membantu seseorang yang kondisinya sedang dalam keadaan lemah, sebab seluruh tenaganya akan terkuras habis karena juga membantu orang itu untuk menahan tekanan dari penyatuan dua dimensi yang memang benar-benar berbeda.

Alam manusia dan alam makhluk halus sangatlah berbeda, bagi manusia yang tidak kuat menahan tekanan dari dimensi lain itu maka manusia itu akan sangat tertekan, perasaan yang begitu menyesakkan dada dan bagi yang tidak mampu menahannya bisa saja orang itu akan pingsan dan tidak sadarkan diri. Setelah dia sadar pun bagi beberapa orang yang kurang beruntung bahkan tidak akan mendapatkan akal sehat mereka kembali. Mereka bahkan akan menjadi pribadi yang lain, menjadi seseorang yang lain.

Oleh karena itu, jika memang merasa dirinya tidak kuat, atau bahasa yang paling mudah di cerna mungkin bagi siapa yang fisik dan jiwanya tidak sehat, tidak kuat sebaiknya memang menjauh dari hal-hal semacam itu. Kalau mau percaya, percaya sekalian. Tapi kalau mang hanya setengah-setengah lebih baik tidak terlibat sama sekali. Karena hanya akan ada kerugian semata.

"Mel, lu tuh gak bakat bohong!" lanjut perkataan Akbar pada Camelia.

"Akbar, kita bertiga yang akan mengatasi kasus kali ini. Sesuai pesan ustadz Omar, memang sebaiknya kamu istirahat dulu. Jika kami butuh petunjuk dan bantuan mu, kamu akan menghubungimu!" seru Hari yang memang selalu bisa menjadi penengah yang baik untuk ketiganya.

"Baiklah, kalian hati-hati ya. Pantang pulang sebelum itu hantu tenang ya!" seru Akbar menyemangati ketiga temannya.

Begitu keluar dari area rumah ustadz Omar. Mbak Kunti langsung turun dari pohon nangka membawa seorang anak kecil dengan pakaian setelan kaos dan juga celana pendek.

Ester yang terkejut melihat anak yang usianya kira-kira 7 tahun itu langsung menghampiri anak itu

"Pakaian nya masih lengkap, baru meninggal ya?" tanya Ester.

Anak kecil perempuan itu hanya diam menunduk.

Camelia yang bisa merasakan kesedihan anak itu pun memegang lengan Hari dan sedikit memeluknya.

"Kenapa?" tanya Hari sambil berbisik pelan pada Camelia.

"Baru meninggal tadi sore, ibunya tukang bakso keliling. Ayahnya tukang ojek online, waktu ikut ibunya dagang ada pembeli di dekat jembatan, ibunya sibuk melayani pembeli. Anak itu duduk di dekat jembatan, tapi seseorang berlari dan menjatuhkan boneka yang dia pegang. Saat mau mengambil boneka itu, dia terpeleset dan terjatuh...hiks!" Camelia menceritakan apa yang dia lihat dari ingatan hantu anak kecil perempuan itu.

Sambil menangis Camelia memeluk lengan Hari. Hatinya merasa sangat sedih.

"Sekarang ayah dan ibunya sedang mencarinya. Tapi dia sudah terseret arus cukup jauh! setelah melewati sebuah bendungan, aku tidak bisa melihat apa-apa lagi. Hanya kegelapan. Mungkin saat itu dia sudah tidak berny4wa lagi!" jelas Camelia sambil menahan isak tangisnya.

Hari langsung menepuk punggung tangan Camelia yang sedang memeluk lengannya dengan kuat. Ester yang masih mengajak anak itu bicara pun menyerah. Karena bagaimanapun caranya bertanya namanya, anak itu hanya diam dan menunduk sambil memegang ujung pakaian mbak Kunti.

Ester mendengus kesal.

"Hei nak, yang kamu pegang bajunya ini kuntilan4k loh. Kamu malah gak takut. Kok sama aku yang cantik begini kamu takut?" tanya Ester dengan wajah cemberut.

Camelia sedang tidak ingin meladeni candaan Ester karena dia sedih setelah mendapatkan bayangan apa yang terjadi pada anak itu.

"Dimana rumah anak ini?" tanya Hari pada Camelia.

"Tidak terlihat jelas, tapi di sebuah perkampungan di dekat jembatan xxx!" jawab Camelia.

"Ayo kita antar dia ke orang tuanya!" ajak Hari yang langsung di balas anggukan kepala oleh Camelia.

Tapi sebelum mengajak hantu anak kecil itu, Hari terlebih dahulu menghampiri nya dan berjongkok di depan hantu anak kecil itu.

"Dek, namanya siapa? kita bawa ke ayah dan ibu adek, tapi adek harus bilang dulu nama adek siapa?" tanya Hari.

"Icha!" jawabnya singkat.

"Mbak Kunti ajak dia ke jembatan xxx ya!" seru Camelia dan mbak Kunti pun mengangguk paham.

Hari, Camelia dan juga Ester menaiki sebuah taksi online. Karena Hari memang jarang membawa mobil. Begitu pula dengan Camelia, meski punya mobil gadis itu batang sekali menggunakan nya.

Setelah beberapa lama kemudian, mereka pun sampai di jembatan yang di maksud oleh Camelia. Benar saja, disana sudah ramai orang.

"Yang mana orang tuanya?" tanya Hari pada Camelia karena di sana banyak sekali wanita dan pria yang berkerumun.

Camelia melihat ke arah kanan jembatan, dia melihat mbak Kunti dan anak itu berdiri di dekat seorang wanita yang memakai pakaian yang sudah basah oleh keringat terus menangis dan berdoa. Sementara di bawah jembatan para pria dan juga beberapa petugas hansip menyisir daerah sungai.

"Itu ibunya!" jawab Camelia menunjukkan ke arah wanita itu.

Hari langsung mengajak dia temannya menghampiri ibu itu dan juga mbak Kunti dan hantu anak kecil itu.

"Bu, ibu orang tuanya Icha?" tanya Hari dan wanita itu langsung menoleh ke arah Hari.

"Iya!" ibu itu mengangguk dengan cepat.

"Aden tahu dimana Icha, dimana den?" tanya ibu itu dengan cepat. Wajahnya terlihat sangat panik.

"Ibu tenang dulu ya, Icha sudah meninggal Bu. Dia tenggelam di dekat bendungan...!"

Brukk

Ibu Icha pun pingsan mendengar anaknya sudah meninggal. Ibu-ibu yang lain yang ada di sana langsung berteriak memanggil nama pak Toni, yang merupakan suami dari ibu itu dan ayah dari Icha.

"Bu, sadar Bu. Sabar kita pasti akan menemukan Icha Bu" ucap Toni berusaha membangunkan istrinya meski dirinya sendiri juga panik.

Hari lalu memegang bahu pak Toni.

"Pak bisa saya bicara sebentar!" ucap Hari mengajak Tini sedikit menjauh.

Hari kemudian menceritakan dimana terakhir kali Camelia melihat jasad Icha berada. Dia juga menjelaskan kalau anaknya yang sedang mereka cari itu sudah meninggal. Toni langsung bersimpuh di tanah memeluk istrinya yang tak sadarkan diri.

"Icha, maafkan bapak Icha yang tidak bisa menjagamu. Icha...!" teriak Toni histeris.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Raisa Ayu

Raisa Ayu

kiww

2024-12-10

0

TK

TK

jarang Thor

2022-09-23

2

TK

TK

namanya

2022-09-23

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!