GHT 8. Akhir Kisah Darren

"Mommy...!" lirih Darren yang langsung mendekat ke arah Renata sangat dekat.

Tangan Renata hendak menyentuh wajah putranya itu, namun mata Renata terbuka lebar karena tangannya tak bisa menyentuh kulit wajah Darren, tangannya bahkan tembus begitu saja dan terasa sangat dingin ketika tangan itu menembus wajah Darren.

Semua maid yang melihat apa yang dilakukan Renata jadi bingung, mereka saling pandang tapi mereka juga tidak bicara. Karena mereka yakin niat ke empat remaja yang datang ini baik.

"Darren... kamu sudah...!" air mata Renata mengalir sangat deras. Bak keran air yang sudah jeb0l.

Renata terus berusaha untuk bangkit, dia ingin memeluk Darren tapi tubuhnya terlalu lemah untuk melakukan itu.

Darren menunduk sedih, kemudian dengan air mata yang juga menetes dia pun mulai bicara.

"Mommy, maafkan Darren. Darren yang tidak mendengarkan nasehat mommy. Darren keluar malam itu, dan mengemudikan mobil baru itu. Ternyata aku memang belum mahir mom, mobilnya hilang kendali, aku jatuh ke jurang!" cerita Darren membuat Camelia dan Ester tak kuat menahan air mata mereka.

Renata memejamkan matanya dan memegang dadanya yang terasa sangat sesak.

Renata berpikir jika putra satu-satunya yang sangat dia sayangi sudah tidak ada lagi di dunia ini, maka untuk apa dia hidup.

"Darren, mommy mau ikut Darren... !"

Sebelum Renata selesai dengan perkataan nya, Darren dengan cepat menggelengkan kepalanya.

"Mommy jangan seperti itu, Darren akan selalu ada di hati mommy. Darren akan selalu ada di sisi mommy. Mommy tidak boleh menyia-nyiakan hidup mommy!" ucap Darren penuh harap.

"Mommy bekerja keras untuk Darren, jika Darren meninggalkan mommy, lalu untuk apa semua kerja keras mommy nak!" lirih Renata.

Darren tersenyum.

"Mommy, di luar sana banyak anak penurut tidak seperti Darren yang selalu membangk4ng pada mommy. Mommy bisa merawat mereka...!" Darren menjeda kalimatnya.

Dia begitu menyesal, dia bahkan belum sempat membalas semua kebaikan mommy nya.

Keduanya diam dan menangis, tak lama dokter datang. Akbar juga sepertinya sudah sangat kelelahan.

Mbak Kunti menghampiri Darren, karena melihat kondisi Akbar yang sudah mulai kehabisan tenaga.

"Katakan apa yang ingin kamu katakan pada mommy mu, cepat!" ucap mbak Kunti.

"Mommy, Darren sayang mommy. Maafkan Darren yang tidak menurut pada mommy. Mommy harus hidup dengan baik, Percayalah Darren akan selalu ada di sisi mommy!" ucap Darren.

Brukk

Akbar pingsan, Camelia langsung membantunya untuk bangun dari lantai.

Dokter yang menangani Renata juga langsung menghampiri Akbar dan Camelia.

"Saya akan periksa!" kata dokter itu.

Camelia dengan cepat menggelengkan kepalanya.

"Tidak perlu dokter, dan jangan sentuh dia...!"

"Tapi dia pingsan... Agkh..!" pekik dokter itu merasa sangat panas setelah dia memegang lengan Akbar.

"Saya sudah bilang jangan sentuh kan! dia akan baik-baik saja!" seru Camelia sedikit kesal karena dokter itu tidak mendengarkan ucapannya.

Tangan dokter itu langsung merah seperti terbakar. Dokter itu terus mengibas-ngibaskan tangannya karena merasa pedih dan panas.

Renata perlahan menutup matanya, karena pengaruh obat. Dia juga sudah di pasang selang infus di tangan nya. Dokter itu juga langsung mengobati luka di tangannya sambil melihat penuh dengan heran ke arah Akbar dan Camelia.

Darren perlahan mendekati ibunya, meski dia tidak bisa menyentuhnya dia mencoba untuk mengecup kening sang ibu.

"Darren minta maaf mom, Darren sayang mommy!" ucapnya dan bersiap untuk naik ke alam atas karena apa yang ingin dia sampaikan pada ibunya sudah dia sampaikan.

Tapi selang beberapa waktu Darren masih berada di sana. Membuat mbak Kunti bertanya pada Ester dan Camelia.

"Kenapa dia belum bisa naik ke alam atas?" tanya mbak Kunti.

"Jasadnya belum di kuburkan dengan layak!" jawab Akbar yang sudah mulai sadarkan diri.

Mereka pun menunggu disana dalam beberapa waktu hingga Renata sadar.

"Darren masih di sini kan?" tanya Renata pada Camelia.

Camelia yang memang bisa berkomunikasi dengan makhluk halus tanpa harus bersuara pun mengangguk. Karena Darren ingin ibunya selalu menganggap dirinya selalu bersama dengan ibunya.

"Iya, tapi nyonya, anda harus segera mencari jasad Darren di telaga, dan segera mengebumikan nya dengan layak. Darren kedinginan!" ucap Camelia membuat Renata lagi-lagi harus meneteskan air matanya.

Tapi Renata langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat.

"Iya terima kasih, kalian sudah membantu...!"

"Dan adik kandung anda yang ada diluar serta sekertaris anda yang pingsan di dekat pintu itu, anda jangan percaya lagi pada mereka. Mereka orang jahat! celetuk Ester yang menunjuk ke arah Heni yang masih pingsan di dekat pintu dan tidak ada yang menolongnya.

Setelah polisi datang menangkap Roni dan Heni, Hari dan yang lain pamit undur diri. Hari dan yang lain juga berpesan untuk tidak menceritakan semua ini pada orang lain, para maid juga telah di sug3sti oleh Hari agar merasa semua ini hanya mimpi. Setelah itu mereka berempat pun kembali.

Keesokan harinya, Darren yang selalu bersama Mbak Kunti pun naik ke alam atas, pertanda jasadnya sudah di temukan dan sudah di makam kan dengan layak.

Malam harinya di rumah Akbar, ketiga temannya yang lain menjenguknya. Karena setelah Akbar kembali, dia jadi sakit. Dan tidak masuk kuliah karena sangat pusing dan lemah.

"Mana Abi sama umi kamu?" tanya Hari yang langsung duduk di sebelah Akbar yang tengah duduk bersandar di sandaran tempat tidur nya dengan selimut sebatas pinggang nya.

"Sedang pengajian, mana buah tangannya?" tanya Akbar pada Camelia dan Ester.

Melihat Ester dan Camelia hanya menunjukkan tangan mereka yang kosong. Akbar pun berdecak kesal.

"Ck... kalau menjenguk orang sakit itu harusnya kalian bawa buah tangan!" protesnya.

"Akhir bulan Akbar, uang jajan tipis!" celetuk Ester.

"Gimana kondisi lu, udah mendingan?" tanya Camelia.

Akbar hanya mengangguk pelan.

"Iya, udah mending. Tapi Abi sama umi larang buat terima kasus dulu!" jawab Akbar.

"Pantesan kakak Kunti nangkring di pohon nangka, rupanya rumah lu di pager?" tanya Ester.

Akbar terkekeh sambil mengangguk.

"Gimana kabar mommy nya Darren?" tanya Akbar pada Hari.

"Darren sudah naik ke alam atas, ibunya juga sudah semakin membaik. Aku dengar jasad Darren sudah di makamkan dan dua orang jahat itu sudah di penjara!" jawab Hari yang membuat ketiga temannya menghela nafas lega.

Sementara itu di atas pohon nangka di depan rumah ustadz Omar, mbak Kunti sedang menenangkan seorang gadis kecil yang sedang menangis. Tentu saja gadis kecil itu bukan manusia, kalau tidak mana mungkin dia bisa ikutan nangkring di atas pohon.

'Ada seorang anak yang meninggal jatuh dari jembatan, orang tuanya gak tahu dia meninggal, Anak ini nangis terus bikin kupingku sakit, Camelia tolong dong!' seru mbak Kunti menyampaikan pesan lewat suara batin pada Camelia.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

🎎 Lestari Handayani 🌹

🎎 Lestari Handayani 🌹

semangat

2023-05-27

1

TK

TK

mengko wae, lagi hiatus 🙊😷😷

2022-09-23

1

TK

TK

ini curhat Thor 🤔😂😂😂✌️

2022-09-23

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!