Setelah mengajak si hantu pria bersamanya, Camelia menghampiri dua orang temannya yang masih asik makan di warung bakso.
Ester yang memang melihat sosok itu di belakang Camelia langsung meletakkan sendok yang dia pegang di atas mangkuk.
"Mel, lu kebiasaan. Gue lagi makan tahu!" seru Ester yang langsung kehilangan selera makannya.
Masalahnya dari dekat makhluk itu terlihat sangat tidak enak di pandang. Wajah pucat, mata hitam dan hawa yang di sekeliling hantu itu bisa sangat di rasakan oleh Ester yang memang memiliki kemampuan itu.
"Ssstt... yuk buruan. Kita mau ke Bandung gaess!" seru Camelia dengan senang.
Ester sampai melotot karena tak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Ke Bandung, ngapain? udah malem Mel, ntar pintu asrama di kunci sama Bu Dora!" ucap Ester yang memang tinggal di asrama sekolahnya.
"Kita tuh harus anterin mas hantu ini ke rumahnya di Bandung. Yuk, keburu malem!" ucap Camelia yang langsung kembali mengajak mas hantu ke arah mobil yang sudah di hidupkan mesinnya oleh Akbar.
"Ini juga udah malem Mel!" sahut Ester yang mengikuti langkah Camelia.
Hari yang paling terakhir selesai makan langsung membayar. Saat Hari membayar, mang Udin yang sejak tadi penasaran dengan perkataan Camelia pun bertanya pada Hari.
"Mas Hari, tadi itu neng cantiknya ngomong sama siapa ya?" tanya mang Udin penasaran.
Karena tadi dia sempat melihat Camelia bicara, tapi Akbar sama sekali tidak melihat atau menengok ke arah Camelia. Tapi anehnya gadis cantik itu malah tersenyum dan terus bicara.
"Loh, kan sama Akbar itu!" jawab Hari yang tak mau membuat mang Udin curiga.
"Tapi tadi mas Akbar nya disana...!"
Hari langsung menepuk bahu mang Udin pelan. Membuat mang Udin langsung terdiam dan mendengarkan dengan seksama apa yang akan di katakan oleh Hari. Hari memang punya kemampuan untuk itu, semacam hipnotis yang bisa membuat orang lain percaya dengan apa yang akan dia katakan seratus persen.
"Camelia bicara dengan Akbar, sudah ya mang. Kami permisi!" ucap Hari sopan.
Mang Udin langsung anggukan kepalanya dan setelah mobil Akbar pergi meninggalkan area warung, mang Udin baru tersadar ketika seorang pembeli memesan bakso.
"Mang, bakso satu!" ucap pembeli yang baru datang.
Mang Udin langsung terkesiap.
"Eh iya, sebentar!" jawab mang Udin.
Mang Udin lalu melihat ke arah mobil Akbar yang menjauh. Tapi dia bersikap biasa-biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa.
Sementara itu di dalam mobil, Hari sengaja tidak memakai kameranya. Karena si hantu nyasar duduk di sebelahnya.
Camelia yang duduk di kursi penumpang bagian depan menoleh ke belakang bertanya pada hantu pria itu.
"Mas hantu namanya siapa?" tanya Camelia.
Hantu itu terlihat sedih. Dia masih tidak menyangka kalau dirinya sudah jadi hantu sekarang.
"Nama saya Nurdin mbak, saya tadinya mau kerja di Jakarta. Eh malah..!" Nurdin menjeda kalimatnya.
Camelia yang ikut sedih langsung memberi semangat Nurdin.
"Sudahlah mas, jangan sedih lagi. Sebelum manusia dilahirkan, maut, jodoh dan rejekinya sudah di atur oleh sanga maha pencipta. Mas Nurdin gak boleh sedih ya!" ucap Camelia.
"Terus kalau gitu, kenapa dia jadi hantu Mel?" tanya Ester yang memang berbeda keyakinan dengan ketiga temannya yang lain.
"Mungkin karena ada urusan yang belum selesai!" jawab Akbar yang menyela sambil tetap fokus menyetir di depan.
Hari hanya mengangguk saja, sebenarnya dia agak tidak nyaman. Karena menurutnya lebih enak bisa melihatnya daripada hanya bisa mendengar temannya saling tanya dan bercakap-cakap dengan si hantu yang namanya Nurdin itu. Tapi apa daya, dia juga tidak akan nyaman duduk bersebelahan selama beberapa jam dengan Nurdin.
Camelia menunduk sedih, dia juga tidak tahu urusan apa yang belum selesai dari Nurdin. Mungkin jawabannya akan dia temukan di Bandung nanti, makanya dia meminta ketiga temannya menolong Nurdin.
Beberapa jam kemudian, hampir jam 4 dini hari mereka pun tiba di alamat yang di sebutkan oleh Nurdin.
Saat tiba disana terlihat bendera kuning di depan gang. Mata Nurdin sudah berkaca-kaca. Camelia makin sedih melihat Nurdin yang terlihat sedih. Mereka berempat dan juga Nurdin lalu turun dari mobil Akbar. Terlihat dua orang pria paruh baya masih terjaga sambil bercakap-cakap.
"Assalamualaikum!" sapa Akbar membuat kedua pria paruh baya itu berdiri dan menghampiri Akbar.
"Waalaikumsalam, siapa ya?" tanya seorang pria paruh baya yang matanya sembab.
"Bapak!" ucap Nurdin yang matanya sudah mengeluarkan air mata.
Ester dan Camelia saling peluk lengan, mereka berdua sedih melihat Nurdin menangis saat bertemu bapaknya.
"Saya Hari, ini teman-teman saya. Kami teman mas Nurdin!" jawab Hari yang langsung membuat bapak dari Nurdin memeluk Hari.
Hari jadi sedih, Nurdin langsung terisak.
"Nurdin sudah gak ada nak, padahal dia baru akan mengejar mimpinya di Jakarta!" lirih bapak Nurdin.
Mereka di persilahkan duduk, lalu bapak Nurdin bilang sebenarnya Nurdin itu salah naik bus, dia salah jurusan. Seandainya dia tidak salah mungkin saja dia tidak akan tertimpa kemalangan dan kecelakaan.
"Semua ini salah bapak nak, bapak yang salah nak. Bapak terlalu senang sampai lupa salah sebut nama bis nya!" sesal bapak Nurdin sambil terisak.
'Oh, jadi ini yang membuat Nurdin tidak tenang!' batin Hari.
Setelah mendengar penjelasan bapaknya, Nurdin pun berhenti menangis.
"Saya ikhlas pak!" jawab Nurdin yang hanya bisa di dengar oleh Ester, Camelia dan Akbar.
Akbar lalu memegang lengan Hari.
"Mas Nurdin bilang dia sudah ikhlas! dia tidak menyalahkan bapaknya. Bapaknya jangan sedih lagi!" ucap Akbar pada Hari.
Dan Hari pun langsung mengatakan apa yang diucapkan oleh Akbar. Bapak Nurdin kembali terisak, dengan kemampuan nya Akbar lalu mendekati bapak Nurdin, dia mengangkat tangan bapak Nurdin dan meletakkan di depan matanya, dengan sebuah doa, Akbar kembali meletakkan tangan bapak Nurdin.
"Nurdin!" teriak bapak Nurdin yang setelah membuka matanya dia bisa melihat Nurdin.
Bapak Nurdin maju dan ingin memeluk anaknya tapi tidak bisa.
"Nurdin...!" lirih bapak Nurdin.
"Bapak, Nurdin ikhlas. Bapak jangan salahkan diri bapak lagi ya. Bapak harus jaga kesehatan dan jaga ibu. Nurdin pamit ya pak!" ucap Nurdin kemudian dengan doa lagi Akbar membuat bapak Nurdin tidak bisa melihat Nurdin lagi.
Akbar terhuyung, Camelia yang berada di belakangnya menahan Akbar. Karena menggunakan kemampuan itu akan sangat menguras tenaga.
Setelah mengatakan semua itu pada bapaknya Nurdin pun mulai naik ke alam atas.
"Terimakasih banyak, kalian berempat sudah membantu ku untuk tenang. Terimakasih!" ucap Nurdin sebelum hilang sepenuhnya.
Camelia hanya tersenyum, mereka akhirnya meyelesaikan satu masalah yang dihadapi para hantu lagi.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
M⃠Ꮶ͢ᮉ᳟Asti 𝆯⃟ ଓεᵉᶜ✿🌱🐛⒋ⷨ͢⚤
😔😔😭😭😭
2022-09-17
4
TK
😭😭😭
2022-09-16
2
TK
Sang
2022-09-16
2