NASEHAT SEORANG SAHABAT

Adzan subuh pagi itu membangunkan Rania dari tidurnya. Ia tertegun sebentar memandangi sajadah di hadapannya. Ia masih menggunakan mukena. Ia baru sadar setelah tahajud tadi, ia ketiduran. Ia pun membuka mukenanya lagi, hendak mengambil wudhu. Namun, suara derit pintu membuatnya terdiam. Ada wajah polos Husna dan sorot mata tajam milik Ardan. Sejenak, ia tertegun memandangi kedua anaknya.

Husna langsung menghambur memeluk Rania. Sedangkan Ardan berjalan perlahan menuju ibunya. Husna masih kecil, terlihat kepolosan di wajahnya. Berbeda dengan Ardan yang hampir beranjak remaja. Ia sudah paham dengan apa yang terjadi. Rania terduduk di atas sajadahnya dengan Husna yang masih menempel di dekapannya. Ardan memeluk keduanya.

Tiba-tiba perasaan bersalah merayapi hati Rania. Hatinya mengatakan anak-anaknya mengetahui apa yang terjadi. Ia mulai takut sekarang. Takut sekali. Takut kalau anak-anaknya menjadi trauma.

"Mama, jangan menangis. Mama nggak boleh sedih. Mama, kita pergi aja dari sini yuk, Ma! Biar Mama nggak dimarahin Papa sama Tante itu," kata Ardan. Rania memandang mata putranya itu.

"Nak, Mama nggak apa-apa. Mungkin Mama yang salah," kata Rania dengan lembut.

"Tapi Papa nggak boleh pukul Mama. Kalau Mama salah, harus dimaafkan" kata Ardan. Rania terdiam. Ia tersenyum pahit melihat Ardan seperti itu. Namun, dalam hatinya ia bangga mendengar anaknya mengatakan semua itu. Ini artinya didikannya berhasil.

"Ma, apa kita perlu pindah sekolah supaya Mama nggak minta uang lagi sama Papa?," tanya Husna lirih. Rania terdiam. Anak-anaknya begitu memikirkan dirinya. Sedangkan, ia sibuk memikirkan bagaimana mengembalikan Bima kepada mereka. Kalau sudah seperti ini, bukankah ia lebih baik fokus kepada anak-anaknya. Mungkin ia harus mulai mencari kerja untuk mendapat penghasilan. Ia pun memeluk kedua anaknya dalam diam.

 

🍁🍁🍁

 

Anggita melihat Rania yang sedang menjemur pakaian di belakang. Sesudah mengantar Bima berangkat kerja sampai depan pintu, ia ke belakang mencari Rania. Saat sarapan tadi, Rania hanya menyiapkan tetapi ia dan anak-anak tidak ikut sarapan bersama. Bahkan, Ardan enggan sekali mencium tangan papanya sebelum berangkat.

Sebenarnya, Anggita tak bermaksud membuat Bima dan Rania bertengkar apalagi soal nafkah yang memang seharusnya Bima berikan. Ada sedikit rasa bersalah dalam dirinya kepada Rania. Begitu melihat Rania yang sedang menjemur, Anggita mendekatinya.

"Mba, boleh kubantu?," tanya Anggita dengan senyum manisnya. Rania menoleh. Ia tersenyum dan menggeleng kepada Anggita.

"Nggak usah, Nggi. Udah selesai," jawab Rania. Anggita hanya ber-oh saja. Ia bingung harus memulai obrolan darimana.

"Ngopi yuk, Mbak! Aku buatin," ajak Anggita. Rania mengangguk senyum. Anggita tersenyum bahagia. Ia tahu cara mengajak ngobrol Rania adalah dengan kopi. Ia memperhatikan Rania selalu mengawali harinya dengan kopi. Dan pagi ini, Rania belum ngopi. Jadi, ia menganggap itu adalah satu kesempatan.

"Mbak, aku minta maaf soal semalam ya?," kata Anggita sambil mengaduk kopinya. Rania berdiri di sampingnya. Dapur yang lumayan luas itu jadi tempat mengobrol mereka. Rania menghela napas panjang.

"Bukan salahmu kok, Nggi," jawab Rania dengan senyum pahitnya. Anggita menyodorkan secangkir kopi hangat itu kepada Rania. Rania menyeruputnya perlahan.

"Tapi, Mbak. Nggak seharusnya Bima bersikap kayak gitu. Yang Mbak Nia minta kan haknya Mbak," kata Anggita lagi. Jujur, ia tak setuju dengan sikap Bima semalam. Ia juga khawatir jika suatu saat nanti Bima juga akan melakukan hal yang sama padanya.

"Sudah, nggak apa-apa. Cukup tahu aja," jawab Rania lirih seolah untuk dirinya sendiri.

"Mbak, kok bisa sih Mbak Nia tahan menghadapi sikap Bima yang kekanak-kanakan begitu?," tanya Anggita.

'Kamu sendiri mau menikah dengannya padahal sudah tahu dia siapa,' batin Rania. Namun, ditahannya jawaban itu sendiri. Ia kemudian tertawa kecil. "Kayaknya aku bucin," jawab Rania seadanya dan setengah bercanda. Ia tertawa kecil membuat Anggita juga tertawa. Meskipun mereka sama-sama tahu, tawa pahit menertawakan hidup yang benar-benar lucu mempermainkan mereka.

TRIIINNGG

Suara ponsel Rania menghentikan tawa mereka. Rania membukanya. Dari Gina, sahabatnya. Ia mengajaknya makan siang dekat sekolah anak-anak mereka dan membicarakan soal permintaan Rania. Ia membaca dan membalas pesan Gina dengan berbinar dan penuh harap, membuat Anggita mengernyitkan dahi penasaran. Tetapi ia juga tak berani bertanya. Ia membiarkan semuanya berlalu begitu saja.

 

🍁🍁🍁

Bima memainkan pulpen di tangan kanannya. Setumpuk laporan di hadapannya minta untuk diperiksa. Tetapi pikirannya melayang kepada peristiwa semalam. Tangannya begitu ringan memukul wanita yang menemaninya dari nol, wanita yang juga ibu dari anak-anaknya, hanya untuk mempertahankan harga dirinya. Bohong, kalau dia tak menyesalinya. Ia sungguh menyesal melakukan itu. Talak satu juga sudah ia layangkan.

Sebenarnya ia tak bermaksud seperti itu. Ia hanya tidak suka Rania melakukan itu di depan Anggita. Harga dirinya sebagai seorang suami seolah dipermainkan. Bahkan ia begitu kesal karena ternyata Rania memiliki uang lebih di belakangnya. Ia tahu mungkin nafkah yang sebelum-sebelumnya Rania tabung, sehingga ia memiliki cadangan uang saat dibutuhkan. Kenapa itu membuatnya terluka? Hanya karena Rania melakukan 'prank' kecil untuk mengingatkan kewajibannya.

TOK TOK TOK

Bima terhenyak. Ia melihat ke arah pintu. Abdul berdiri di sana dengan senyum penuh arti. Tepat sekali! Ia sedang membutuhkan nasehat sahabatnya itu. Bima beranjak dari kursinya dan duduk di sofa. Abdul masuk dan duduk di depan Bima.

"Ada yang mau lu ceritain?," tanya Abdul masih dengan senyumnya.

"Kok lu tahu?," tanya Bima bingung.

"Keliatan dari muka lu," seru Abdul tertawa kemudian. Bima tertawa kecil. Abdul memang selalu tahu apa yang ia butuhkan.

"Dul, gue nyesel banget! Gue tampar Rania semalam," ungkap Bima sendu. Senyum Abdul seketika lenyap dari wajahnya.

"Lu tampar Rania?," mata Abdul membulat sempurna. Ia sangat terkejut dengan pengakuan Bima. Bima mengangguk.

"Gue jatuhin talak satu," ungkap Bima lagi. Abdul semakin terkejut dan menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan sahabatnya itu.

"Apa kesalahan Rania sampai kamu melakukan itu?," tanya Abdul serius. Bima menceritakan apa yang terjadi semalam. Abdul mendengarkan dengan serius. Dalam hatinya tak menyangka bahwa Bima mampu melakukan itu. Orang yang dulu mati-matian memperjuangkan sahabatnya, Rania, kini bisa melakukan hal yang menurutnya bodoh. Dan yang membuatnya tidak terima adalah alasan Bima melakukan itu pada Rania. Karena Rania meminta haknya dan Bima ingin mempertahankan harga dirinya.

"Gue nggak nyangka lu bakalan ngelakuin itu sama wanita yang dulu lu perjuangkan mati-matian," komentar Abdul begitu Bima mengakhiri ceritanya. Ia menggelengkan kepalanya tanda mengerti apa yang di dalam kepala Bima.

"Gue nyesel, Dul sekarang," kata Bima. Abdul menatapnya tajam. Lalu, menghela napas panjang.

"Sebagai sahabat, gue kecewa sama sikap lu. Lain kali, lu pikirin dulu sebelum lu angkat tangan lu itu untuk nyakitin perempuan. Apalagi perempuan itu udah nemenin hidup lu dari nol. Jangan sampai hanya karena orang yang baru dateng di saat hidup lu udah enak, elu nyingkirin orang yang nemenin elu dari nol, dari lu gembel," kata Abdul tegas. Ia hanya ingin mengingatkan Bima pada masa sulit ia bersama Rania.

"Dari awal kan gue udah bilang, kalo lu nggak sanggup adil, jangan main api, jangan poligami. Itu kenapa gue nggak setuju pas elu minta dinikahin sama Anggita. Soal keadilan itu bukan hanya nafkah lahir tapi batin. Lu belain Anggita untuk ngejaga harga diri elu. Tapi lu lupa, kalo Rania cuma bermaksud mengingatkan lu akan kewajiban elu. Bro, kalo lu nggak bisa bahagiain wanita elu, at least jangan ajak dia ke neraka bareng elu," kata Abdul lagi. Bima termangu mendengar nasehat Abdul tersebut. Abdul kemudian beranjak dari kursinya dan meninggalkan Bima sendirian. Ia berharap agar Bima bisa mendengar nasehatnya kali ini.

 

🍁🍁🍁

 

"Kamu yakin, Nia?". Gina menatap sahabatnya itu dengan tak yakin. Ia bukan tidak yakin akan kemampuan dan kemauan sahabatnya itu, tetapi ia tidak yakin akan izin dari Bima. Tadi pagi, ia sedikit terkejut ketika saat membaca chat dari Rania yang meminta pekerjaan di tempat lesnya.

Rania tadi pagi memang meminta pekerjaan pada Gina, sahabatnya. Ia akan mengajar les di tempat Gina. Mungkin dengan begitu ia bisa memiliki penghasilan sendiri, dan tak perlu harus merepotkan Bima. Apalagi harus seperti semalam.

"Aku yakin, Gina," jawab Rania mantap.

"Emang ada apa sih?," tanya Gina penasaran. Tidak biasanya Rania seperti ini. Dari lulus kuliah, Rania menikah dengan Bima dan tak diizinkan bekerja. Sekarang, tiba-tiba dia minta pekerjaan pada Gina. Gina yakin sesuatu telah terjadi.

"Nggak ada apa-apa, Gina. Lagi pengen ngisi waktu aja," jawab Rania berbohong. Ia tak mau prahara semalam sampai di telinga Gina. Meskipun sahabat, tapi Rania merasa itu adalah urusan pribadinya.

"Guru di tempatku lagi penuh. Tapi kayaknya tempatnya Abdul kerja lagi butuh freelance audit deh! Mau?," tanya Gina menawarkan. Sejenak Rania berpikir. Tempat Abdul kerja artinya itu tempat Bima kerja. Ada rasa khawatir ia tidak akan bisa menjaga profesionalisme.

"Gimana, Nia? Fee-nya sih gede kata Abdul. Jadi kamu cuma kerja sekitar 2-3 jam aja sehari di kantornya Abdul," kata Gina lagi. Ia sebenarnya juga tidak ingin menawarkan pekerjaan ini, tetapi ia juga tidak memberikan solusi kepada Rania.

"Ya udah, deh! Aku terima," jawab Rania. Gina mengernyitkan dahi. "Tapi kasi aku ketemu Abdul dulu ya?," pinta Rania. Gina mengangguk. Rania pun tersenyum.

"Makasih, Gina," kata Rania memeluk Gina. Gina membalas pelukan hangat Rania. Meskipun hatinya juga khawatir dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia hanya berdo'a sahabatnya baik-baik saja.

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

Eva Noviani

Eva Noviani

semangat Rania❤️

2020-11-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!