HAMIL

Pagi ini Bima berangkat ke kantor dengan tergesa-gesa. Tanpa kopi atau pun sarapan bersama. Ia berangkat tanpa berpamitan kepada kedua istrinya. Meskipun ini bukan hal yang biasa dilakukan Bima, nyatanya tak membuat Anggita gundah. Berbeda dengan Rania yang menduga terjadi sesuatu di kantor. Ia tak mau bertanya untuk saat ini, biarkan Bima yang menceritakan sendiri.

Rania sedang memasak rendang, saat Anggita tiba-tiba berlari ke kamar mandi. Terdengar Anggita sedang muntah di kamar mandi. Rania mematikan kompor dan kemudian menengoknya.

"Nggi, kamu nggak apa-apa?," tanya Rania.

"Masuk angin kayaknya, Mbak. Perutku mual banget," jawab Anggita lesu. Ia pun membersihkan dirinya dan duduk di ruang makan. Bau rendang itu mengusik hidungnya. "Mbak Nia masak rendang ya?," tanya Anggita mendekati kompor.

"Iya. Tiba-tiba kangen rendangnya mamaku. Beliau orang Manado tapi pinter banget bikin rendang," jawab Rania dengan senyum manisnya.

"Duh, Mbak Nia. Masih lama matengnya ya?," tanya Anggita tak sabar. Rania tertawa kecil.

"Masih 3 jam lagi," jawab Rania. Anggita menghela napas lesu. Padahal perutnya ingin sekali segera makan rendang itu dibanding roti bakar di hadapannya itu. Ia pun punya ide. Ia mengambil sepiring nasi hangat dan mengambik sesendok kuah rendang itu. Rania mengernyitkan dahinya. Ia tak mengerti apa yang dilakukan Anggita.

"Buat nahan ngilernya dulu," celetuk Anggita. Ia pun duduk di meja makan dan makan nasi bumbu rendang itu dengan lahap. Rania merasa ada yang aneh dengan Anggita. Ia pun duduk di depan Anggita.

"Nggi, kamu nggak apa-apa?," tanya Rania menyelidik. Anggita menggeleng cepat. "Kamu sudah haid bulan ini?," tanyanya lagi. Anggita terdiam. Ia menelan nasi yang telah dikunyahnya. Ia tertegun begitu mengingat bahwa ia sudah tak mendapatkan haid bulan ini. Lalu, ia menggeleng dengan melihat Rania.

"Sudah tes?," tanya Rania lagi. Lagi-lagi Anggita menggeleng. Rania menarik tangan Anggita dan mengajak ke kamarnya. Anggita menurut saja. Begitu masuk kamar Rania, Anggita benar-benar terpesona dengan luas dan rapinya kamar Rania. Tidak hanya rapi tetapi teratur dan wangi. Lemari Rania terbuat dari jati mahal. Ah, andai ini kamarnya, khayal Anggita.

"Coba tes sekarang!," kata Rania tegas. Ia menyerahkan sebuah testpack ke tangan Anggita. Anggita memandang Rania bingung. Rania justru mendorongnya pelan ke kamar mandi. "Sudah. Lakuin aja. Nggak apa-apa," ujar Rania. Anggita masuk ke kamar mandi Rania. Kamar Rania dilengkapi kamar mandi dalam dengan air panas. Ia semakin iri dengan apa yang dimiliki Rania.

Sepuluh menit berlalu. Anggita keluar membawa testpack yang telah ia gunakan dan memperlihatkannya pada Rania. Rania melihatnya.

Degg...

Jantungnya terasa berhenti. Dua garis ungu terlihat di sana. Dua garis yang menandakan bahwa Anggita hamil. Iya! Hamil. Anggita hamil anak Bima. Yang artinya itu adalah anak tirinya. Ia mencoba tersenyum pada Anggita dan memeluknya. Separuh hatinya turut bahagia sebagai sesama perempuan. Separuh hatinya sebagai istri Bima, ia tak ingin ini terjadi. Tetapi apalah dayanya kalau sudah Allah menghendaki. Dan itu kini sudah terjadi.

"Selamat ya? Jangan lupa kasih tahu Bima," kata Rania kepada Anggita. Anggita mengangguk senyum. Ia pun kembali ke meja makan dan meneruskan makannya. Sedangkan Rania tepekur sendiri, tak tahu harus bagaimana menyikapi ini semua.

🍁🍁🍁

"WHAAAAATTT? HAMIL?".

Suara pekikan Angel lumayan keras sampai orang di dalam cafe itu menoleh ke arah Angel dan Anggita. Anggita sampai harus menempelkan jari telunjuknya ke bibir agar Angel mengurangi volume suaranya. Angel menatap sahabatnya itu dengan dalam-dalam. Ia sungguh tak percaya sahabatnya itu hamil dan itu anak Bima.

"Jangan berisik! Ini bukan kamar lo!," seru Anggita.

"Sorry, gue syok aja lo bilang lo hamil," jawab Angel membetulkan posisi duduknya. "Tapi itu beneran?," tanyanya kemudian dengan penasaran.

"Gue juga belum tahu. Gue belum periksa ke dokter. Baru testpack doang," jawab Anggita sambil mengaduk-aduk kopinya.

"Kok bisa sih?," tanya Angel lagi. Ia benar-benar penasaran. Anggita menghela napas panjang.

"Ya bisalah. Lo kira gue wanita apaan nggak bisa hamil! Lagian kenapa sih? Gue kan hamil ada suaminya. Sah pula!," sergah Anggita jengah. Angel menggelengkan kepalanya seolah tak habis pikir dengan sahabatnya itu.

"Ya gue tahu lo punya suami dan lo juga wanita. Wajar sih lo hamil. Tapi lo yakin lo mau hamil sekarang? You know what I mean lah. Kan lo masi punya impian," kata Angel mengingatkan. Anggita terdiam. Iya! Dia pernah bermimpi jadi model terkenal supaya tak perlu bersusah payah cari uang. Apalagi yang diimpikan seorang gadis yatim piatu seperti dia? Tapi impian itu sekarang sudah hampir ia lupakan. Sejak bertemu Bima, impiannya adalah hidup bersama Bima. Lagipula, Bima juga sudah sangat mencukupi hidupnya, bahkan lebih dari Rania.

"Gue udah lupain soal jadi model. Sekarang tujuan gue cuma hidup sama Bima. Yah, bisa dibilang saat ini gue bergantung sama Bima. Lagian, hidup bersama Bima nggak seburuk yang lo pikir, Ngel! Dia sayang banget sama gue. Bahkan, dia bisa ngasi gue lebih dari apa yang dikasi ke Rania," jawab Anggita yakin. Angel tersenyum mendengar perkataan sahabatnya itu. Yah, dia juga turut berbahagia mendengar sahabatnya bahagia dengan kehidupannya yang sekarang.

"Good job, Nggi. Apalagi sekarang lo hamil, Bima uda pasti perhatian banget sama lo," Angel menimpali dengan senang hati.

"Tapi kadang gue kasihan sama Rania. Kapan hari ditampar dan ditalak satu sama Bima padahal sebenarnya dia cuma minta haknya. Kadang gue juga takut Bima kayak gitu ke gue suatu saat," kata Anggita. Angel tampak berpikir.

"Kalo gitu lo jangan 100 persen juga dong ke Bima! Lo musti pinter-pinter atur dia. Kalo perlu lo minta nafkah lebih, buat simpenan. Kalo emang suatu saat Bima ninggalin elo, elo udah siap dengan segalanya. At least, lo nggak rugi-rugi amat!," saran Angel. Anggita mengangguk. Ia memang sempat memikirkan hal itu dan sudah ia lakukan pelan-pelan. Ia menghela napas panjang. Dalam hatinya ia kasihan pada Rania, tetapi ia juga sedang ingin bertahan hidup dan mempertahankan hubungannya dengan Bima. Sebagai sesama perempuan, rasanya sedih harus mengambil bagian dari perempuan lain. Tapi, apalah dayanya ia sekarang yang memang membutuhkan Bima. Ia mengakui jatuh cinta pada Bima. Untuk itulah ia mempertahankan kehamilannya. Mempertahankan posisinya, at least untuk saat ini.

🍁🍁🍁

"Yang, ada yang mau aku omongin," bisik Anggita pada Bima saat mereka selesai makan malam. Bima mengangguk. Rania hanya menguping dari dapur saat membereskan beberapa peralatan makan.

"Iya, apa, Yang?," tanya Bima lembut. Anggita mengeluarkan sebuah kotak kado kecil panjang dan menyodorkannya kepada Bima. Bima menerimanya dengan heran. Ia tak merasa ini ulang tahunnya atau hari spesial lainnya. Ia membukanya perlahan. Anggita hanya tersenyum menatap Bima yang penasaran dengan isi kotak tersebut. Di dalam kotak itu ada gulungan, yang ternyata foto hasil USG dan hasil testpack Anggita. Bima terkejut melihatnya. Ia masih tak percaya dan menatap Anggita penuh tanya. Anggita mengangguk senyum. Tiba-tiba Bima memeluknya.

"Makasih, Sayang," ucapnya penuh haru. Rania hanya bisa melihat pemandangan itu dari dapur dengan hati teriris. Beruntungnya dia, batinnya. Ia ingat bagaimana saat hamil, Bima tak ada di sisinya karena harus bekerja, merintis karirnya. Ia melakukan semuanya sendiri sampai melahirkan pun ia tak ditemani Bima. Namun, perihnya hati itu disimpannya dalam hati saja.

"Nia, aku punya anak lagi," seru Bima bahagia. Ia mendekati Rania dan memeluknya. Melihat binar bahagia di mata Bima, Rania tak sanggup untuk mengungkapkan perihnya.

"Selamat ya, Bim?," ucap Rania kelu. Bima melepas pelukannya. Ia menatap Rania dan mengecup kening dan bibir wanita itu. Bima membisikkan kata terima kasih dan 'I love you' padanya. Dan ia tak sanggup menjawabnya. Bima kembali pada Anggita dan memeluk perempuan itu. Ia menggendong perempuan itu dengan bahagianya dan membawanya ke kamar. Itu semua disaksikan Rania dengan perasaan yang perih. Dalam hati ia berdo'a, semoga ini bukan pertanda bahwa posisinya di hati Bima akan digantikan Anggita. Dan ia takkan ada di hati Bima lagi.

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

Maulina Kasih

Maulina Kasih

luar biasa sakitny............

2021-08-12

0

𝑅𝒾𝓈𝓃𝒶𝓏𝒾𝒹𝒶𝓃𝑒𝒶𝓇𝒻𝒶

𝑅𝒾𝓈𝓃𝒶𝓏𝒾𝒹𝒶𝓃𝑒𝒶𝓇𝒻𝒶

Subhanallah sakit banget ya.....

2021-02-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!