Beberapa hari berlalu,hari ini leon rencananya akan mengajak kirey ke rumah mama ike dan papa ian. Selain untuk menjenguk mertuanya, ini salah satu cara agar dia dekat dengan kirey.
Tapi sesampainya meraka di rumah mertuanya, kirey malah pamit keluar rumah, katanya ingin main sebentar di rumah nadira.
Setelah kirey keluar rumah, leon yang tak tau harus berbuat apa, mendekati mama mertuanya yang dia lihat sedang asik membaca buku.
"Ma, coba ceritakan tentang ki" ucap leon.
"Hehe apa yang ingin kamu tau?" tanya mama tersenyum jenaka.
"Semuanya."
"Ini akan panjang apa tidak masalah" tanya mama.
"Ceritakan saja sebelum dia pulang, sekalian boleh leon lihat album foto-fotonya ?" tanya leon antusias.
Mama kemudian masuk kamar, lalu keluar lagi membawa sebuah buku tebal, kemudian membuka lembar pertama sambil mulai berbicara.
"Ini waktu kirey berumur 2 tahun, saat anak seumurannya minta di belikan mainan dia mintanya dibelikan tv" ucap mama sambil menunjuk foto gadis kecil di depan tv tabung berukuran kecil.
"Mama masih ingat jelas, kakeknya menolak keras waktu mama berkata ingin membeli tv, karena pada masa itu tv masih barang yang susah di cari."
"Tapi ketika kirey yang datang sambil menangis, merengek meminta di belikan, sorenya, kakeknya langsung pergi membeli."
"Dia dari kecil memang lebih dekat dengan kakek dan neneknya, ayah dan ibu dari mama ike"
"Sewaktu kirey kecil, mama dan papa sibuk keluar kota berbisnis jadi hanya bisa pergi dengan membawa tris saja."
"Saking sayangnya kakek kepadanya, kirey selalu di manjakan. Apapun yang dia minta selalu di turuti, maklum kirey anak pertama sekaligus cucu pertama."
"saking dekatnya sampai-sampai kalau kirey bertengkar dengan teman sebayanya, mau dia benar, atau salah. Dia tetap benar, kakeknya akan selalu membela dia."
"Bahkan tak jarang kakeknya sampai harus bertengkar dengan orang tua anak lain hanya untuk membela dia."
"Hal itu terus berlangsung sampai kirey kelas 2 sekolah dasar, karena ayahnya mama, alias kakeknya kirey meninggal dunia."
"Nenek menjadi terpuruk, dan akhirnya mama yang ambil alih membesarkan kirey" jeda mama sambil matanya menerawang ke depan memikirkan masa lalu.
"Lalu ini waktu dia wisuda mengaji" tunjuk mama pada lembar berikutnya foto anak kecil dengan toga.
"Waktu itu dia masih sd kelas 4 tapi baru mau khatam iqra, terlambat sekali bukan ?" tanya mama menatap leon meminta jawaban.
"Tidak juga, tiap-tiap anak memiliki perbedaan dalam belajar" jawab leon.
"Itu tidak berlaku bagi kirey, dia bukan anak yang bodoh. Bukannya mama memuji anak mama, tapi kirey memang pintar."
"Baik itu dalam hal pelajaran fisik maupun otak, ia terbilang cukup mumpuni. Sejak sekolah dasar sampai tamat sekolah menengah akhir, kirey selalu masuk tiga besar."
"Apalagi soal mengingat dia jagonya, coba kamu ungkit tentang kesalahanmu 3 tahun lalu pasti dia masih mengingatnya hehe" canda mama sambil memukul lengan leon.
Leon tertawa sambil menggelengkan kepala "sepertinya semua perempuan kalau soal itu bisa mengingat ma" balas leon menyetujui.
"Jadi dia terlambat wisuda iqra, karena dia sangat malas ketika di suruh pergi mengaji."
"Walaupun di pukul dengan rotan, di taburi kakinya dengan gula, agar kakinya di dikerumuni semut."
"Tidak di kasih uang jajan, dan masih banyak hukuman lain yang mama berikan agar dia rajin. Tapi anaknya tetap malas" ucap mama menggebu-gebu.
"Mama beda dengan kakeknya, didikan mama keras agar anak-anak mama menjadi orang yang berguna."
"Tapi karena nenek dan papanya masih membela, makanya dia menjadi gadis yang keras kepala."
"Lalu ini di ambil waktu dia di lantik jadi ketua osis, waktu dia smp kelas dua" ucap mama sambil membalik halaman berikutnya.
"Lalu yang ini waktu jadi juara 2 lomba matematika antar daerah, yang ini waktu menang lomba kimia."
"Dan yang ini waktu menang lomba bahasa Inggris" tunjuk mama pada beberapa lembar berisi foto kirey remaja dengan prestasinya.
"Pantas saja, leon liat banyak mendali di dalam kamarnya." ucap leon membenarkan.
"Mama ingin berkata jujur. Soal pelajaran kirey memang pintar, tapi tidak dengan memasak ! apa selama beberapa hari ini dia pernah di dapur?" tanya mama ike.
"Tidak, clara membiarkannya beristirahat. Memangnya mengapa ?" tanya leon balik.
"Jangan menempatkannya di dapur, kalau kalian tidak ingin keracunan makanan, kirey tidak bisa memasak tapi kalau hanya sekedar menggoreng ikan dan membuat sayur capcay dia bisa."
"Karena sejak kecil di manjakan, dan karena waktu masih ada neneknya, dia tidak pernah di biarkan masuk dapur, makanya dia menjadi tidak tau memasak."
"Bahkan ketika neneknya meninggal, mama juga tidak pernah mencoba mengajari atau menyuruh dia memasak."
"Kami bersalah karena terlalu memanjakannya, jadi maafkan soal dia yang tidak bisa memasak" ucap mama.
"Tidak masalah nanti biarkan clara yang mengajarinya pelan-pelan" jawab leon tersenyum, ia memikirkan ide jail.
Jika kirey belajar dengan clara, apa jadinya ? clara akan di buat kewalahan, lalu bukannya memasak mereka berdua akan berperang.
Memikirkannya saja sudah seru, leon menjadi tidak sabar menantikan kejadiannya.
"Lalu ini waktu dia kecelakaan, satu rumah sakit di buat panik dengan tangisan papa ian."
"Memangnya kenapa papa menangis?" tanya leon penasaran.
"Kirey belajar naik motor dengan tris, lalu sebelum berangkat papa sudah melarang agar tidak usah belajar."
"kalau ingin kemana-mana suru saja tris yang antar, tapi dasar kirey yang keras kepala tetap ngotot."
"Lalu setelah beberapa jam belajar, kirey memutuskan untuk membawa motor sendiri, adiknya tris setuju-setuju saja." "tris turun dari motor, membiarkan kakaknya sendiri tapi belum lewat seperempat jalan, motornya sudah oleng." "untunglah motornya tidak menabrak pohon, atau benda tajam lain, hanya masuk ke dalam got pembuangan."
"Lukanya tidak seberapa, kamu liat inikan" tanya mama ike sambil menunjuk foto kirey yang sedang di perban kakinya di jawab anggukan leon.
"Tapi papanya sangat histeris, karena selama ini kirey tidak pernah mengalami luka atau cedera apapun, jadi papa sampai menangis."
"Itu bukan menangis, hanya kelilipan debu" sergah papa dari dalam kamar.
"Mengaku sajalah abang" tawa mama pecah.
"Ada apa ini" ucap papa yang muncul keluar dari kamar
"Leon minta diceritakan tentang anak kita, yasudah aku ceritain soal kamu menangis ituloh" ledek mama ike.
"Sudah di bilangin kelilipan debu" kata papa ian mendekati mama ike seraya mencium puncak kepala mama.
"Ih papa apasih, malu sama menantu" kata mama malu menutup muka dengan buku album.
"Ini papa lagi kasih contoh sama menantu kita, agar nanti bisa sayang sama kirey, sama kaya papa sayang sama mama." papa ian tertawa meledek.
Mama yang malu, berdiri berjalan menuju dapur meninggalkan leon dengan papa berdua.
"Sekali lagi papa minta maaf secara pribadi soal kejadian kemarin" ucap papa kemudian.
"Tidak apa-apa pa, yang lalu biarkan berlalu lagi pula leon juga salah, leon minta maaf sudah sempat menampar kirey, leon terbawa emosi" ucap leon sesal.
"Seperti yang mamamu katakan, kami membesarkan kirey dengan penuh kasih sayang yang berlimpah."
"Jadi kami mohon agar kamu menjaga dan dapat memberi lebih kepada dia, papa juga berharap kejadian seperti kemarin tidak terjadi lagi."
"Papa kenal kirey, walaupun dia keras kepala tapi dia anak yang penurut. Tuntun dia pelan-pelan, papa yakin suatu saat dia pasti akan menerima semuanya."
"Papa" teriak kirey berlari sambil merentangkan memeluk papa ian.
"Kalian sedang gosipin aku ya ?" tanya kirey menatap leon dan papanya curiga.
Leon dan papa ian saling memandang kemudian sama-sama tertawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments