Sekarang Kirey takut mendengar suara getar ponsel. Jika terdengar panggilan masuk, ia akan kaget dan sama sekali tak berminat membuka atau sekedar menatap ponselnya.
Ami bahkan menelponnya tiga kali seharian ini, hanya untuk memastikan bahwa ia baik-baik saja atau tidak. Setelah nadira menceritakan tentang kejadian semalam.
Mungkin mereka berfikir jika Kirey akan terganggu dengan kenyataan, dan membatalkan pernikahan yang tidak lama lagi akan segera berlangsung.
Nadira bahkan masih betah menetap di rumahnya berusaha untuk menenangkan, makan bersama dan menceritakan hal-hal lucu. Melakukan semua hal yang bisa dilakukan seorang sahabat. Ia juga berperan ekstra menjadi admin ponselnya menjawab dan membalas pesan dari Sean.
Yah, Sean tidak lagi menelpon tapi masih mengirim pesan.
Ting
"Kalau dia masih menganggu kamu, bilang biar aku hajar." Nadira mengernyit, membaca pesan masuk dari Telix yang sepertinya ikutan gempar.
Ingin Kirey menjawab, tapi tak ada kata yang terucap. Ia sibuk memikirkan segala yang telah terjadi.
Tengah malam setelah nadira tertidur, kirey memberanikan diri membuka ponsel. Hal yang langsung di sesalinya begitu membaca pesan-pesan dari Sean, air matanya langsung tumpah. Dengan tangan yang masih gemetar efek membaca pesan-pesan dari Sean, tiba-tiba kalimat mama minggu lalu terlintas di kepala, "Ini yg terbaik buat kamu."
Tapi besok harinya. Permasalahan tamba rumit dengan adanya kembali telfon masuk dari Sean.
Kirey memandang Nadira meminta persetujuan. Nadira menggeleng sambil menatapnya iba. Tapi Kirey tak peduli.
"Hallo." sapa Sean.
Kirey jelas tak mampu menjawab.
.
.
.
Sean Pov
Masalah pernikahan ini jelas membingungkannya. Tapi apakah ia benar-benar menyerah? Tidak! kepalanya di penuhi dengan impiannya bersama Kirey.
Melayangkan kilas balik adegan di kedai kopi, saat pertama kali melihat gadisnya. Ia sempat kaget mengetahui bahwa itu gadis yang sama dengan pacar dari sepupunya Troy.
Tapi tuhan pasti sedang berbaik hati padanya, karena adanya kesempatan meraka di pertemukan di satu atap yang sama.
Terima kasih untuk ulah Troy. Lalu saat jiwa liar mendominasi ia yang membuat gadis tersebut berhasil jatuh cinta.Di susul hal-hal bebas lainnya yang mereka lakukan. Mata indah nan cantik itu berhasil menyentuh sisi tergelapnya.
"Kamu harus bantu mama menyekolahkan adikmu dulu." Kalimat penolakan halus yang mama lontarkan ketika Sean ingin membahas kelanjutan hubungannya dengan Kirey.
"Tapi ma.." Sean tidak jadi melanjutkan kalimatnya. Baginya percuma berargumen. Ia kenal betul watak Mamanya, yang jika sudah memutuskan sesuatu maka tetap pada keputusannya.
"Kalau begitu tidak ada lagi yang perlu di bicarakan." Ucap Mama sambil lalu pergi, memang tujuan utama Mama tidak ingin melihatnya bahagia begitu pikir Sean.
Bagaimana tidak. Semenjak perceraian orang tuanya, ketika dia baru berumur 10 tahun dan ketika Mamanya memilih menikah lagi. Sekarang dia mempunyai seorang adik laki-laki, anak dari suami mamanya yang baru.
Tapi seolah tak cukup dengan itu. Karena hak asuh anak jatuh ke tangan mamanya, Sean dibesarkan dengan kekurangan kasih sayang.
Mama bahkan tak pernah bertanya apakah dia sudah makan atau belum, yang mamanya lakukan hanya menyuruhnya bekerja dan bekerja.
Hal itu membuat Sean berfikir untuk menyelamatkan kirey, agar tak menjangkau rasa sakit yang ia rasa.
Sebab Sean tau, dia takkan memaafkan diri sendiri jika Kirey harus terlibat dalam problem broken homenya.
Sean mulai berfikir untuk mematikan ponselnya, hingga seminggu berlalu. ia ingat jika ini adalah hari tenggat waktu yang diberikan Kirey agar dia segera memberi kepastian.
Namum dengan berat hati dan bodohnya, dia masih tetap pada pendiriannya agar tak mengaktifkan handphonenya.
Sean jelas putus asa. Setelah berbicara dengan mamanya kemarin, dia berfikir agar melupakan kirey. Namun perkiraan Sean salah besar. Pasalnya dua minggu tak mendengar suara Kirey, dia mulai merasa luluh lantah bahkan akhir-akhir ini wajahnya terlihat lebih tua dibandingkan usia sebenarnya.
Entahlah, dari sekian banyak gadis yang di dekatinya. Sean tak pernah menggunakan perasaan apalagi sampai melanggar batas, namun Kirey berbeda.
Seperti terhipnotis, karena Kirey memiliki hal yang tidak dimiliki gadis lain.
Malamnya. Sean memberikan diri menelpon. Dering ketiga telfonnya diangkat. Tanpa berfikir panjang, dia mencoba menjelaskan letak masalah dengan orang tuanya.
Lalu ketika dia mendengar gadisnya menangis sambil berteriak dengan intonasi tinggi, tapi hal yang paling di khawatirkan adalah ucapan gadisnya tentang pria lain yang telah melamar.
Mematahkan harapan terakhir Sean.
Dan entah kebodohan apa, dia malah mengusulkan agar Kirey menikah dengan pria tersebut lalu memutuskan telfon secara sepihak.
"Maaf, mengecewakan kamu." Sesal Sean kemudian setelah telfon terputus.
Hingga paginya. Ia masih merenungkan keputusannya, apakah menyerah adalah keputusan terbaik atau terus lanjut.
"Mereka belum menikah." Pikir Sean saat itu. Jadi dia memutuskan untuk kembali mengirim pesan teks berisikan alasan-alasan yang menurutnya tidak berguna, karena dia tau Kirey pasti kecewa dan akan semakin terluka.
.
.
.
Kirey Pov
Dia memperhatikan keseluruhan penampilannya di depan cermin, Cantik' pikirnya. Ia mengenakan gaun panjang berwarna gold, dengan banyak payet, serta hiasan cantik hasil tangan MUA ternama.
Dari subuh pagi. Ia telah bangun dan bersiap karena hari ini adalah hari pernikahannya. Kirey bangun dengan mata sembab, sebab banyak menangis semalam setelah berbincang dengan Sean.
Kepalanya terasa pusing, perutnya lapar, tapi pikirannya seolah tak berada di tempat.
"Kamu yakin untuk lanjut?" Tanya nadira yang sedang sibuk membenarkan lipstiknya, "Jika sudah menikah tidak ada yang bisa berubah." Hari ini Nadira menggunakan dress biru, dengan lengan terbuka.
Sementara ami belum menampakan batang hidungnya.
"Aku takut dengan kelanjutan pernikahan kamu bagaimana." Nadira memandangnya khawatir. "Setelah ini kamu akan menjadi istri Leon dan bukannya Sean. Kamu harus bisa merubah cara pandang dan pola pikir kamu untuk kebaikan semuanya."
Kirey mengangguk, "Iya, aku sudah berusaha meyakinkan diri sendiri setelah semua yang terjadi. Benar kata kamu, kata mama, mungkin ini yang terbaik."
Setelah banyak percakapannya dengan Sean, yang seolah-olah enggan dan seperti tak bersungguh-sungguh. Kirey akhirnya memutuskan dia akan menikah dan menerima Leon.
Sah
Terdengar suara serempak dari luar yang menandakan Kirey telah resmi menjadi istri dari Leon.
Saat tangannya dituntun Nadira keluar kamar menuju tempat di dilangsungkannya akad. Kirey mulai merasa gugup. Langkahnya di lanjutkan menuju meja penghulu. Sekilas, ia menatap Leon, lria yg telah menjadi suaminya. Lalu kembali menundukkan kepala.
Leon memandangnya tersenyum.
Kirey duduk di samping Leon, dan setelah menandatangani buku nikah berlanjut sungkeman dengan para orang tua.
"Jaga putri papa baik-baik. Kalau kamu tidak bisa menjaganya lagi pulangkan dia kembali kepada papa." Papa berbisik pada Leon.
Kirey yang mendengarnya tak kuasa menahan tangis, tak jauh berbeda dengan mama yang menangis heboh sambil mencium pipi Kirey kiri-kanan.
Jam menunjukan pukul sebelas. Setelah akad, acara dilanjutkan dengan resepsi. Acara pernikahan yang sangat megah, dekorasi panggung yang senada dengan gaun pengantin.
Tamu undangan yang datang silih berganti memberi ucapan selamat pada kedua mempelai, kedua keluarga terlihat bahagia. Hingga sesi foto, sesi makan-makan.
Ayah Tama. Yah, sekarang Kirey memanggil beliau ayah. Ayah Tama sedang membagikan saweran untuk anak-anak sekaligus menutup acara.
Hari ini di pastikan menjadi hari terberat dalam hidup kirey.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments