Indonesia bagian timur adalah daerah yang kaya akan hasil alamnya, kebanyakan penduduk berpenghasilan dari alam.
Bibi Ani, adik perempuan dari papanya Kirey. Bibi ani bekerja untuk tuan tanah. Dan minggu ini giliran untuk panen cili di salah satu kebun milik tuan tanah tersebut.
Sistem kerjanya, pendapatan Bibi Ani tergantung dari banyaknya cili yg di petik. Karena ini hari minggu, banyak anak-anak yang berbondong-bondong datang membantu orang tuanya. Salah satunya Kirey.
Sudah seminggu semenjak kepulangan Sean. Kirey yang mulai merasa bosan, lalu ia iseng mengikuti kegiatan Bibi Ani. Siang itu di bawah terik panas matahari.
Kirey dan beberapa anak lainnya sedang memetik cili, tangannya sudah mulai memerah dan terasa pedas. Namun ia masih menikmati kegiatan yang ia lakukan.
Beberapa jam kemudian. Setelah hampir menghabiskan 2 lorong penuh kebun cili, terlihat karungnya hampir penuh. Kirey memutuskan untuk istirahat makan siang.
Kirey gadis berkulit putih, berada lama di bawah terik matahari membuat kulitnya kemerahan. Hal itu sering menarik perhatian orang lain.
Walaupun demikian, Kirey cukup menikmati kegiatannya. Selain karena mendapatkan uang dari hasil kerja sendiri, ini juga merupakan pengalaman penting. Ia bahkan sempat berpikir minggu depan untuk ikut lagi.
Seorang Bapak-bapak yang dari tadi keliatan terus memperhatikan kirey. Bapak itu berjalan mendekati kirey sambil menyodorkan sebungkus nasi.
Kirey yang merasa lapar, langsung menerima nasi tersebut untuk dimakan. Hal ini biasa bagi para pekerja, untuk makanannya disediakan.
"Nama kamu siapa nak?" Tanya Bapak itu, sepertinya bertanya untuk membuka obrolan. Lalu bapak itu duduk di samping Bibi Ani.
"Kirey Ang, ponakan saya Pak." Bibi Ani yang menjawab.
"Kirey, kamu kelihatan tidak terbiasa melakukan pekerjaan ini. Lihat kulit kamu sampai memerah." Bapak itu terlihat memperhatikan lagi.
"Dia anak kakak saya. Manja memang orangnya pak, tidak terbiasa melakukan pekerjaan seperti ini. Kirey ini Pak Tama. Tuan tanah perkebunan ini." Bibi Ani kembali menjawab, menjelaskan panjang.
Kirey hanya ber-oh ria, merasa tak tertarik dengan percakapan mereka.
Bibi ani adalah orang yang ramah, dan mudah tersenyum sama seperti Papa Ian. Orang-orang yg selalu membawa aura positif begitu pikir Kirey.
Berbeda dengan dirinya. Orang yang jarang tersenyum, serta terkesan acuh tak acuh. Ia mirip seperti Mama Ike.
Tapi ada yang mengganjal pikirannya sejak tadi. Kenapa bapak-bapak yang di sebut bibi ani sebagai tuan tanah itu terus memperhatikan dirinya?
"Apa jangan-jangan bapak ini suka padaku, dan ingin menjadikanku sebagai istri mudanya?" Tanya kirey dalam hati. Pikiran aneh kirey langsung sirna karna kedatangan seorang pria.
"Kenalkan ini anak saya, Leon Bagaskara." Kata pak tua tadi, memperkenalkan pria tersebut.
"Kenapa juga pak tua harus memperkenalkan pria ini." Ucap Kirey dalam hati.
"Leon!" Ucap pria itu sambil mengulurkan tangannya.
"Kirey." Jawabnya acuh tak acuh. Sekelompok orang di belakang Pak Tama dan Bibi Ani juga mulai memperhatikannya.
Kirey memperhatikan leon dari atas hingga bawah. Ia kemudian membuang muka ke sembarang arah, "Pria yang arogan." Pikirnya.
Tiba-tiba kirey merasa kepalanya menjadi berat. Ia memijat kepalanya pelan, lalu lebih memilih untuk pergi menjauhi keributan.
"Jalannya jangan jauh-jauh." Teriak Bibi Ani.
Kirey mengangguk mengerti. Kemudian, ia bergegas meninggalkan rumah peristirahatan. Menyusuri lorong-lorong penuh pohon jagung, sambil mempercepat langkahnya menuju sebuah pohon mangga yang terlihat tak begitu jauh.
Di sela jalannya. Kirey mencoba menghubungi sean. Syukurlah. Begitu dering pertama berbunyi, suara tenang Sean menjawabnya. Memanggil namanya.
Mendengar suara kekasihnya. Ia merasa sedikit lega, dan nyaman. Kirey mulai duduk di bawah pohon mangga. Ia mulai berbincang dengan sean.
Menceritakan segala hal. Tak lupa bercerita tentang kejadian barusan. Hingga tak terasa satu jam dia menelpon.
Kirey baru sadar ketika namanya dipanggil Bibi Ani dari kejauhan. Ia lalu memutuskan untuk menyudahi panggilan telfon tersebut.
Selanjutnya, Kirey berdiri lalu berjalan. Berniat melihat-lihat area perkebunan. Selain cili, ada juga kacang panjang, buncis, pepaya, labu dan masih banyak jenis sayur lainnya serta beberapa jenis buah-buahan juga.
Biasanya Kirey hanya melihat buah-buahan, atau sayuran di pasar, atau di rumah. Hasil belanjaan. Tapi melihat perkebunan milik pak tama terasa berbeda.
Karena buahnya besar, dan segar. Suara Bibi Ani sekali lagi memanggil dan meneriaki namanya. Dengan terburu-buru, ia berlari dengan cepat kembali ke rumah peristirahatan.
Begitu sampai, Kirey melihat wanita yang ia tau bernama Clara sedang berbincang dengan Leon tentang hasil panen tadi, mereka terlihat seperti sedang bertengkar.
Dari yang Kirey dengar, ada uang yang hilang. Dan sepertinya, Clara yang menyembunyikan uang tersebut. tapi setiap kali Leon bertanya, Clara justru kian berbelit.
"Kalau kamu memang tidak menyembunyikan uangnya, dan masih kasih jawaban yang tidak jelas begini. Pembayaran karyawan yang lain akan tertunda " Gertak Leon.
Clara masih diam.
Tak lama Pak Tama datang menengahi sambil menyodorkan beberapa lembar uang kepada Leon.
"Berhentilah. semua orang sudah lelah, jangan bertengkar hanya karena uang." Hardik Pak Tama menatap tajam Leon dan Clara bergantian.
Leon menjadi diam. Ia masih menatap clara tak suka. Ia menerima uang dari ayahnya, kemudahan mulai menyuruh para karyawan berbaris. Ia akan membayar hasil upah dari pekerjaan mereka.
Satu jam kemudian. Setelah menerima bayaran. Orang-orang mulai bubar satu persatu. Jam menunjukan pukul 3 sore. Ada yang sudah duluan pulang, dan ada beberapa lagi yang masih melanjutkan bekerja.
Kirey menatap uangnya senang. Namun tak lama ia mulai merasa jenuh kembali. Tak nyaman dengan Pak Tama yang masih memperhatikannya. Ia memilih pamit pulang. Pamit duluan kepada Bibi Ani.
"Boleh aku antar?" Leon menawarkan tumpangan. Pria itu sudah siap sedia di atas motornya
"Iya, tolong antarkan dia." Lagi-lagi, itu jawaban dari Bibi Ani, "Kamu pulang saja dengan Leon." Bibi Ani kini menatapnya. Mengisyaratkan agar ia segera naik di atas motornya Leon.
Kirey melotot tak percaya. Bibinya itu menyuruhnya pergi dengan orang asing.
"Tidak perlu, terima kasih." Tolak kirey dengan halus, "Aku bisa pulang sendiri."
"Memangnya kamu hafal jalan pulangnya?" Tanya Leon.
Kirey mengangguk, "Tinggal mengikuti jalan yang ada saja, apa susahnya." Setelah itu, ia mulai berjalan seorang diri. Menyusuri jalan yang penuh dengan berbagai macam tanaman. Ia pikir, tinggal mengikuti jalan kecil yang ada saja, maka ia akan sampai di jalan raya. Namun dugaannya salah.
Lima menit setelah berjalan. Jalan kecil itu terbagi menjadi tiga arah. Kirey mulai bingung harus melewati yang mana. Tak ingin mengambil resiko kesasar di antara pohon-pohon yang menjulang tinggi. Ia memilih berjalan kembali ke kebun cili.
Dan di sinilah dia sekarang. Sedang duduk manis di belakang Leon, sedangkan Leon tengah mengemudikan motornya penuh konsentrasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments