2 hari dari kejadian itu. Kirey akhirnya menerima telfon panggilan masuk dari Sean.
"Maaf sayang, seminggu terakir aku sangat sibuk." Ucap Sean memberi alasan.
"Aku akan menikah." Tanpa berbasa-basi, Kirey berkata langsung pada intinya.
"Haha bercandanya tidak lucu. Kita memang akan menikah, tapi dua minggu lagi selepas aku datang ke rumah dan memintamu kepada mama." Ucap Sean.
"Tidak Sean. Aku serius! Aku akan menikah dengan pria pilihan papa. Aku sudah di jodohkan." Kirey mencoba menjelaskan.
"Kenapa kamu tidak cerita dari awal? jadi kamu akan menikah dengan pria lain?" Tanya Sean.
"Tidak, aku tidak tertarik menikahi pria lain kecuali kamu." Jawab Kirey hampir menangis, "Sebenarnya sudah dari beberapa hari lalu, aku ingin menceritakan soal ini. Tapi kamu terus sibuk."
"Baiklah aku percaya, tunggu aku datang untuk bicara langsung dengan orang tua kamu." Sean menimpali.
Kirey menganggukkan kepala walau tak dilihat oleh Sean.
"Jangan menangis. Anggap saja ini ujian untuk kita" Ucap sean menenangkan. Ia tau kalau Kirey pasti saat ini sedang menangis.
Kirey menghapus air matanya. lalu mereka mulai berbincang.
Keesokan harinya. Tepat hari ke tiga setelah pertemuan itu.
Kirey menemui papa ian diruang tamu Ia mengatakan keinginannya untuk tidak mau menikah dengan Leon.
"Mama pikir tidak ada salahnya kamu menikah dengan Leon, supaya kamu berhenti keluyuran tidak jelas. Apa yang membuatmu ragu?" Tanya mama yang datang dari arah dapur, ditangannya membawa secangkir teh untuk Papa Ian.
"Hah, kenapa mama juga ikut-ikutan ingin menjodohkanku? Sudah aku katakan kalau aku tidak mau."
"Alasannya kamu tidak mau apa? Ada benarnya tentang apa yang dikatakan Pak Tama itu. Kalau kalian berdua menikah, mungkin kalian bisa saling melengkapi." Ucap mama lagi.
Kirey memilih untuk tidak merespon. Berjalan keluar rumah, tujuannya dia akan ke rumah Nadira.
Sesampainya di rumah Nadira. Dia langsung ke halaman belakang. Melihat teman-temannya sedang berkumpul, membakar jagung.
"Nad, bagaimana menurutmu kalau aku menikah?" Tanya kirey tiba-tiba kepada Nadira yang tengah sibuk membolak-balik jagung agar tidak hangus.
"Kamu cuman bisa memasak sayur capcay, dan ikan goreng Kirey! memang iya nanti suamimu di kasih makan ikan goreng tiap hari Nikah-nikah apa? nanti saja minimal kalau kamu sudah jago masak." Telur yang menjawab.
"Aku tidak bertanya padamu." Kesal Kirey melirik Telix jengah.
"Nikah saja, biar bisa enak-enakan tiap malam haha." Ucap Ami sambil tetawa. Ia datang dengan membawa beberapa botol cola dingin.
Telix melempar ami dengan kulit jagung, "Jangan mengajarkan dia yang bukan-bukan." hardik telix.
"Memangnya kamu mau menikah sama Sean? kalian bahkan belum genap dua minggu berpacaran." Respon Nadira, mengabaikan Ami dan Telix yang sudah bertengkar. Nadira telah selesai membakar jagung.
"Aku dijodohkan." Jawab Kirey. Mengambil salah satu jagung yang sudah dibakar, kemudian digigitnya.
Ucapan Kirey berhasil membuat diam ketiga sahabatnya. Telix bahkan sampai menganga menatap Kirey tak percaya.
"Apa kamu bercanda? Umurmu bahkan belum genap 20 tahun! Dijodohkan? Memangnya orang tuamu pikir ini zaman Siti Bergaya." Seru Telix tak terima.
"Aku sudah menolak. Pria yang akan mereka jodohkan denganku terlihat sangat arogan. Aku tidak suka." Ucap Kirey acuh tak acuh.
"Kamu memang harus menolak perjodohan itu." Tegas Telix. Ami dan Nadira mengangguk setuju.
"Aku mungkin akan menyetujuinya kalau sean tidak memberi kepastian. sudahlah jangan di bahas lagi."
Telix yang ingin membatah, namun mendapati plototan dari Kirey. Menarik nafas kesal. Telix kemudian memutuskan mengambil gitar lalu memainkannya, sementara Ami bernyanyi.
Mereka berempat mulai menikmati jagung dan cola tanpa melanjutkan pembahasan tentang perjodohan tersebut. Kirey tertawa sejenak melupakan problem yang menimpa dirinya.
Keesokan harinya. Nomor handphone Sean di hubungi tapi tidak aktif. Lusanya juga demikan. Sampai hari kamis, nomornya masih tidak aktif.
Satu minggu berlalu. Nomor hp Sean tidak kunjung aktif. Kirey mulai merasa bimbang, pikirnya apa mungkin Sean tidak benar-benar serius dengan perkataannya.
Pasalnya hari ini seharusnya menjadi hari Sean datang ke rumahnya, agar ada alasan kuat perjodohan ini batal. Tapi dari pagi hingga menjelang malam, tak ada kabar dari Sean sama sekali.
Berpapasan dengan kedatangan leon ke rumah malam itu,
Tok, tok.
Bunyi ketokan pintu.
Kirey beranjakbkedepan membukakan pintu. Ia mendapati leon datang dengan membawa martabak coklat kacang, cemilan kesukaan kirey pada saat itu.
"Apa yang kamu lakukan di sini?"
"Mama, Papanya ada?" Tanya Leon balik tak menjawab pertanyaan Kirey. Leon masih berdiri di depan pintu, belum berani masuk karena kirey belum mempersilahkannya masuk.
Mama keluar kamar karena mendengar ada suara orang dari depan, "Mama yang mengundangnya, mari masuk Nak Leon."
Kirey mendengus kesal. Apa yang mamanya itu pikirkan, mengapa mengundang pria arogan itu ke sini. Kirey mempersilahkan Leon masuk, duduk di ruang tamu.
Papa Ian datang berpapasan dengan Kirey yang muncul dari arah dapur membawa nampan teh untuk tamu tak dia undang dan satu cangkir teh untuk Papanya.
"Jadi begini tante, maaf sebelumnya maksud kedatangan saya kesini ingin bertanya kejelasan dari jawaban Kirey tentang ajakan saya minggu lalu." Ucap Leon
Semua orang kini menatap ke arah Kirey, menunggu jawabannya. Namun, ia diam saja, berpura-pura tidak mendengar.
"Leon, kamu berbincang dengan Om Ian sebentar. Ada yang Tante perlu bicarakan dengan Kirey" Sela Mama Ike sambil menarik tangan Kirey menuju kamar. Meninggalkan Leon yang bingung dan Papa Ian di ruang tamu.
"Sekarang katakan alasan apa kamu menolak. Sudah beberapa kali kami bertanya alasanmu menolak Leon, tapi kamu tidak kunjung menjawab." Tanya Mama dengan tatapan menyelidik.
Awalnya, Kirey masih diam karena bingung harus menjawab apa. Tapi beberapa menit kemudian, ia mulai bercerita tentang dirinya dan sean.
"Kalau memang seperti itu, tandanya Sean tidak dapat memberikanmu kejelasan. Mungkin ada sesuatu hal yang membuat dia menghilang. Tapi jika sudah seperti ini mungkin takdir menginginkan kamu agar tak bersama Sean, terimalah Leon."
"Mama tidak memaksamu, tapi coba kamu pikirkan baik-baik. Tapi jika memang kamu tidak ingin, maka tolak saja. Kamu punya hak untuk menentukan masa depan kamu. Jika kamu tidak ingin dengan Leon, tidak masalah. Masih banyak pria lain. mama akan selalu mendukungmu." Keputusan Mama, sambil menggenggam tangan Kirey erat.
"Aku memang tidak mau. Mama memang mengatakan tidak memaksa. Tapi seolah-oleh langsung menyuruhku menerima Leon. Jadi, atur terserah Mama saja." Ucap Kirey akhirnya.
Setelah mendapat jawaban demikian, Mama keluar kamar. Kirey menetap di kamar, tak ingin keluar. Dari yang kirey dengar dari dalam kamar, mama berkata kalau Ia setuju.
Ia juga mendengar. Leon yang mendapat tanggapan seperti itu, berkata akan datang dengan keluarganya kamis depan untuk lamaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments