Tak menghiraukan peringatan leon dan ucapan papanya. Kirey masih saja sesekali menerima telfon dari sean secara sembunyi-sembunyi.
Sesampainya dalam kamar, leon mendapati istrinya sedang tersenyum sambil tangan kanannya memegang ponsel mengarah ke telinga. "Hentikan sekarang juga." Ucap leon tertahan, dia tau benar bahwa kirey sedang menelpon dengan pria bernama sean tersebut.
"Kamu tidak mendengar perkataan aku ?" Tanya sean mendapati kirey tak meresponnya.
"Kenapa lagi?" Tanya kirey menatapnya jengah seraya meletakan ponselnya di atas meja.
Kelihatannya, kirey seperti tak merasa bersalah dengan apa yang dilakukannya. Leon dengan cepat, maju menyambar handphone kirey yang berada di atas meja lalu melemparkannya ke dinding.
Prang
Kirey yang kaget mundur beberapa langkah, menatap ponselnya iba. Ponsel itu sekarang tergeletak di bawah kursi. ia kemudian berjalan mendekat, memungutnya. Layar hp retak, serta keseluruhan layar berwarna putih, jelas saja jika ponselnya tak dapat di gunakan lagi.
Leon kembali merebut handphone dari tangan kirey, mengeluarkan sim-card. Ia lalu mematahkannya menjadi dua bagian, kemudian melemparnya sembarang arah.
Kirey tidak merasa ada hal yang salah dengan apa yang dilakukannya. Tadinya dia telah memutuskan berniat berubah dan jika dia sudah berniat berubah maka dia akan berubah tapi secara perlahan.
Kirey sedang berusaha perlahan, dia tidak lagi mengirim atau membalas pesan, hanya memang sesekali menerima telfon yang berujung pada hpnya yang sekarang rusak.
"Aku akan pergi, tidak ada lagi alasan aku berada di dekat pria seperti leon." Batin kirey sambil melirik leon tajam.
Kirey sempat berfikir untuk tetap bertahan karena ucapan papa ian, bahkan akhir-akhir ini setelah pertengkaran kemarin dia berubah menjadi anak baik.
Dia tidak pernah berjalan keluar rumah lagi. Tapi leon terus saja menguji kesabarannya, membuat semua usahanya untuk berubah menjadi sia-sia dengan perbuatannya kali ini.
"Kenapa menatapku seperti itu." Bentak leon, mengetahui kirey menatapnya tajam.
Mendengar nada bicara leon, kirey memalingkan wajahnya menatap ke arah lain sambil berfikir bagaimana caranya kabur dari pria ini.
"Kamu harus membeli ganti hp yang kamu rusak." Ucap kirey mencoba tak berdebat.
"Dengarkan apa yang aku katakan, jauhi pria tersebut." Perkataan yang leon ucapkan berulang kali.
Kirey memandang leon jengah "Berhenti mengatur-mengatur." Kirey mulai tidak tahan dengan perkataan leon.
Lalu takdir seperti sedang memihak kirey. Saat hendak berdebat, leon menerima telfon dari ayah tama. Dilihatnya leon meletakan handphone di atas lemari lalu berjalan keluar meninggalkan kirey seorang diri. Memberi kemudahan untuk kirey melancarkan aksi kaburnya.
Di rumah sedang tidak ada orang. Kebetulan papa dan mama sedang ikut acara hajatan di kota sebelah, sedangkan tris mungkin sedang sibuk dengan teman-temannya.
Kirey kemudian mengambil handphone leon di atas lemari, 15 lembar uang merah, serta kartu atm, dan juga mengambil beberapa helai pakaian lalu di masukan ke dalam tas kecil.
Tidak menunggu lama dia bergegas keluar melewati jalan belakang, tujuannya ke kos ami untuk bersembunyi sementara. Kirey tidak dapat pergi ke rumah nadira, karena takut ketahuan keluarganya. Kos ami menjadi pilihan yang tepat, karena ami sebulan yang lalu baru pindah kos ke tempat yang tidak di ketahui kedua orang tuannya apalagi leon.
Sementara.
Selesai urusan dengan ayahnya leon kembali ke rumah mertuanya, dan mendapati rumah dalam keadaan kosong. Lebih dari itu dia menemukan ponselnya tidak berada di tempat tadi dia menaruhnya.
"Pergi kemana lagi dia." Tanya leon kesal, ia merasa marah dengan sikap kirey yang tak pernah memikirkan orang lain.
Leon mulai berkeliling rumah, mencari di setiap sudut tapi tidak melihat kirey di manapun. Dia berfikir, mungkin istrinya sedang berada di rumah sahabatnya. Tapi sampai hari menjelang malam. Tak ada tanda-tanda istrinya akan pulang, sehingga dia memutuskan agar mencari ke rumah nadira.
Leon mendapati rumah nadira kosong. Hingga larut malam kirey belum juga pulang. Pukul 1.00 dini hari, papa ian dan mama ike baru saja memasuki rumah mendapati menantunya sedang duduk gelisah.
"Kenapa belum tidur?" Tanya papa ian.
"Kirey belum juga pulang."
"Mungkin dia sedang bersama teman-temannya, dia sudah biasa tidak pulang seperti ini." ucap mama geleng-geleng kepala, tak habis pikir dengan kelakuan putrinya yang belum berubah.
Mendengar ucapan mama mertuanya, leon memutuskan masuk kamar untuk beristirahat karena dia juga sudah cukup lelah setelah seharian mencarinya.
.
.
.
Keesokan harinya di kos ami.
"Kamu dapat memilih ki, karena bahagianya kamu bukan bersama leon tapi dengan sean." Ucap ami meyakinkan sahabatnya.
Karena bagi ami pernikahan yang di jalani kirey, hanya berisi tipu muslihat. Yang ada, kirey hanya menyakiti dirinya dan juga leon. Terlebih dapat ami lihat bagaimana keras kepalanya kirey yang tetap pada pendiriannya untuk tetap berhubungan dengan sean, sementara dia telah menjadi istri leon.
"Aku akan pergi sejauh mungkin." Ucap kirey tersenyum kecut.
"Jangan seperti ini, pikirkan lagi baik-baik." Nadira mencoba membujuk kirey.
"Entahlah, mungkin aku akan ke Kota A menemui sean." Ucap kirey tak yakin.
"Tapi." Nadira seperti ragu untuk melanjutkan ucapannya.
Sementara itu. Telix yang sudah berada di depan pintu kamar, berjalan masuk menghampiri ketiga wanita yang di lihatnya tengah asik berbicara, sampai-sampai tak sadar akan kehadirannya.
"Jika tidak bahagia kenapa menikah?" Tanya telix menatap kirey, sambil menyalakan rokoknya.
"Jangan mulai lagi." Ucap nadira berusaha mencegah telix. Mereka semua tau, telix tidak menyukai sean. Dann telix selalu berbicara hal-hal yang tak ingin di dengar.
"Karena..." Belum sempat kirey menjawab, telix sudah duluan berkata.
"Tidak perlu menjawab, kita semua di sini sudah tau jawabannya."
"Karena si pecundang sean tak memberi jawaban yang pasti, dia bahkan menghilang selama dua Minggu di saat kamu butuh kejelasan tentang hubungan kalian."
"Dia juga yang menyarankan agar kamu menikah dengan leon bukan? lalu sekarang untuk apa kamu mendatanginya? Jika dia mencintaimu, tak seharusnya dia mengganggumu." ucap telix tanpa henti.
"Ckckck." Decak kirey kesal, tak terima dengan apa yang di ucapkan telix. Tapi tak mencoba membalas, karena dia juga tau apa yang telix katakan adalah benar.
"Hubungan kalian dulu itu hanya masa lalu, dan hubunganmu dengan leon sekarang adalah masa depan." Telix berbicara sambil terus menghisap rokoknya.
Sebagai teman, seharusnya memang mendukung teman. Tapi jelas, hal yang di lakukan kirey tidak benar jadi tidak perlu di dukung. Karena bukan kali ini saja dia mendapati kirey dengan keadaan tak menerima pernikahannya, bahkan sampai harus kabur dari rumah.
Hal ini bisa terjadi sebab orang-orang di sampingnya terlalu menuruti keinginan kirey, akhirnya menjadi bertambah keras kepala. Telix juga berfikir sean perlu di singkirkan dari pikiran kirey, bagaimana tidak? Pria itu dengan tidak tau malunya masih menganggu temannya yang sudah menikah setelah dia tinggalkan.
Hingga malam harinya. Kirey telah menetapkan keputusannya, untuk besok berangkat ke Kota A untuk menyusul sean. Ia lebih memilih mengikuti kata hati dari pada otaknya.
" Kamu sudah gila ya? Belum cukup dengan bersembunyi di sini, sekarang kamu malah niat kabur ke luar kota." Ucap telix sambil mengangkat tangan pasrah, tak habis pikir dengan jalan kerja otak kirey.
Telix begitu kesal, lantaran semenjak kirey kabur dari rumah. Papa dan mamanya terus saja meneror dirinya dan nadira tentang keberadaan kirey. Ke dua orang tuanya tetap kekeh, bahwa mereka berdua tau keberadaan anaknya. Mama ike bahkan sampai menuduhnya ikut andil dalan kaburnya kirey.
"Aku akan tetap ke Kota A." Balas kirey tak mau tau.
"Mending Kamu balik rumah, kabur tidak akan menyelesaikan masalah." Ucap telix, meskipun ia tau kirey tak akan menuruti apa yang ia katakan.
"Baiklah" jawab kirey membuat telix bernafas lega.
"Kabur atau cerai?" Ucap kirey, kemudian dibalas umpatan oleh telix.
Telix menarik nafas lelah. Ia akui, tidak seharusnya ikut campur. Tapi siapa lagi yang akan meluruskan jalan pikiran kirey yang kacau saat ini selain dirinya. Lantaran ami, bahkan nadira yang biasanya netral, juga ikut-ikut mendukung rencana gila kirey.
"Apa kamu yakin dengan keputusan yang kamu buat?" Tanya nadira yang sejak tadi diam.
"Yakin, ini pilihanku. Kalian hanya perlu memastikan bahwa keluargaku tidak tau tentang keberadaan aku di sini sampai besok. Terutama kamu telix, harus ekstra menjaga mulut." Kirey menatap telix tajam.
Nadira hanya menganggukkan kepala, sedangkan telix langsung menghela nafas kasar sambil berjalan ke luar kamar. Kepala telix terasa berat, padahal bukan dia yang sedang membuat masalah.
Sementara itu di tempat yang berbeda, tapi waktu yang sama. Leon tengah menahan emosinya, karena kirey belum juga muncul dari kemarin sampai siang ini.
Mama ike mulai terlihat khawatir. Sebab, setelah menanyakan keberadaan kirey pada teman-temannya, mereka semua menjawab tidak tau. Lalu kemana perginya istrinya itu? Tanya leon dalam hati.
Akhirnya, leon memutuskan menemui anton dan juga tomi, kedua sahabatnya. Dengan menggunakan ponsel milik anton dia mencoba menghubungi ponselnya yang pasti di bawa kabur kirey. Tapi entah berapa kali ia mencoba menelpon, namun tetap saja tidak di angkat.
"Sudahlah terserah kamu mau bagaimana, yang jelas aku sudah berusaha." Leon pasrah.
Dia dan ke dua sahabatnya, saat ini sedang berkumpul di salah satu kedai kopi yang ia tau tempat itu adalah tempat langganan kirey dan teman-temannya biasa nongkrong.
"Sabar, jika kamu menyerah sekarang sia-sia usaha kamu selama ini." Anton mencoba mengingatkan.
"Ting, ting, ting, ting " bunyi banyak pesan masuk dari hp anton.
"*Berhenti mencari, kamu tak akan dapat menemukan aku di manapun. La*lu jangan bertanya apapun pada teman-temanku mereka tidak mengetahui apapun, berhenti bermain drama" bunyi pesan pertama.
"Kamu sungguh sangat merepotkan"
"Jangan ganggu aku"
"Aku tak berniat kembali kepada pria sepertimu" pesan terakir.
Lelah, pusing, ingin menyerah. Itulah yang leon rasakan setelah membaca pesan tersebut, namun ia tak bisa melakukan hal yang seperti kirey katakan. Benar kata anton, jika ia menyerah sekarang maka usahanya selama ini akan sia-sia.
Malam harinya, leon memutuskan kembali mencari istrinya. Ia sekarang sedang menyisir tempat-tempat yang mungkin kirey datangi. Di bantu oleh anton, Tomi, serta adik iparnya tris.
Setelah lama berkeliling, pencarian tak membuahkan hasil. Leon memutuskan meminta bantuan pada telix.
Dari yang dia ketahui, telix adalah sahabat kirey sejak bangku smp. jadi karena telix sudah cukup lama mengenal kirey, itu sebabnya leon pikir telix dapat banyak menolong dirinya.
"Apa kalian sudah mencari di rumah nadira dan di kedai kopi langganan kami biasa duduk nongkrong?" Tanya telix ketika leon dan tris masuk dalam rumahnya.
Sedangkan anton dan Tomi menunggu di luar rumah. Leon menganggukkan kepala. "Sudah, tapi tidak ada."
"Jika seperti itu, tidak ada lagi yang dapat aku bantu. Karena jika tidak di rumah nadira, ia akan berada di kedai kopi. Kirey tidak memiliki banyak teman selain kami untuk dia datangi." Ucap telix tanpa memandang wajah leon, yang mana itu menimbulkan kecurigaan tersendiri bagi leon.
"Kamu pasti tau dimana keberadaannya." Ucap leon yakin.
"Baiklah ayo kita cari dia." Setuju telix.
Leon tersenyum. Mereka lalu bersiap-siap.
Perjalanan menuju lokasi pertama membutuhkan waktu lebih dari 10 menit, sementara lokasi ke dua hampir 5 menit, sampai beberapa lokasi mereka datangi. Namun setelah hampir satu jam berkeliling, tak ada satupun tempat mereka menemukan kirey. Leon sampai harus bertanya pada beberapa orang yang lewat, tapi tetap saja mereka pulang tanpa membawa hasil.
.
.
.
Besoknya di ruang tunggu pelabuhan. Kirey sedang merenungkan banyak hal, lantaran sedari tadi telix terus saja mengajaknya berbicara. Memberi nasehat tanpa henti.
"Semalam aku sangat merasa bersalah pada leon, harusnya aku antarkan saja dia padamu."
"Sudahlah aku masuk duluan." Ucap kirey jengah, memilih berjalan meninggalkan telix tak ingin mendengar lebih jauh ucapannya.
Saat ini hanya telix yang mengantarkan kirey sampai pada pelabuhan, hal yang di sesali kirey. Karena sepanjang jalan, sampai masuk pelabuhan, telix tak berhenti berbicara tentang ini dan itu.
"Kamu jangan sampai menyesal nantinya, jika sean sampai menelantarkan kamu di sana." Ucapan telix menghentikan langkah kaki kirey.
Entah mengapa ia menjadi ragu, dadanya sesak memikirkan kemungkinan tersebut. Tapi semenit kemudian dia terus melangkahkan kakinya maju, mengabaikan telix yang masih saja terus berbicara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments