Tamu undangan telah pulang satu persatu hanya tersisa beberapa orang dari keluarga dekat.
Kirey berjalan memasuki kamar, ingin segera mengganti pakaian dan menghapus make-up yang telah ia pakai sejak pagi tadi.
Rupanya leon mengikuti langkahnya ke dalam kamar, ia sempat menoleh dan mendengar leon terkekeh sebelum akhirnya menghilang di balik pintu kamar mandi.
Membuatnya menelan ludah, bagaimanapun dia perempuan normal yang bisa merasakan gugup saat berduaan dengan lawan jenis dalam satu ruangan yang sama.
Apalagi sekarang leon adalah suaminya, yang mana itu menimbulkan kegugupan tersendiri.
Hampir 20 menit berada dalam kamar mandi, leon akhirnya keluar dengan bertelanjang dada dan handuk yang melingkar di leher berjalan mendekat lalu melewatinya mengambil tas pakaian yang sempat dia bawa.
Sesuai adat yang berlaku di daerah tersebut, leon dan kirey selama seminggu akan menempati rumah kediaman kirey sebelum akhirnya pindah ke kediaman leon.
Setelah kegiatan pernikahan yang cukup melelahkan selesai, ia yang masih belum terbiasa mengobrol dengan leon hanya diam.
Merasa bingung apa yang harus di bicarakan terlebih dahulu, apalagi dia sudah merasa lelah setelah lama berdiri menerima para tamu dan kerabat.
Kirey telah berhasil membersihkan wajahnya dari bekas make-up, ia merasa gerah dan ingin segera mandi tapi di urungkan sebab tangannya digenggam leon.
Kirey memandangi tangan yang di genggam leon dengan perasaan jengah. "Maaf" kata leon, ia mengerti ketidaknyamanan yang dirasakan kirey dan melepaskan genggamannya.
Kirey tau cepat atau lambat hal seperti ini pasti akan terjadi, tapi dia perlu banyak bicara dengan leon untuk mengurangi kecanggungan yang ada.
Tapi ia merasa tidak nyaman berada dekat dengan pria yang telah menjadi suaminya tersebut.
.
.
.
Setelah lelah seharian mengikuti proses upacara pernikahan, malam ini setelah selesai makan malam. leon masuk ke kamar perempuan yang sejak tadi pagi telah resmi menjadi istrinya
Suasana terasa canggung untuk mereka berdua, leon bukannya tidak sadar bahwa kirey belum sepenuhnya menerima pernikahan mereka.
Karena terlihat jelas, selama proses pernikahan tadi leon terus memperhatikan kirey yang seperti tak bersemangat.
Untung saja kirey masih bisa tersenyum di depan para tamu undangan, yang mana dia liat senyum kirey adalah senyuman palsu.
Masuknya leon dalam kamar, berpapasan dengan kirey yang seperti akan keluar. Kirey melihatnya sambil berdiri mematung.
Leon menggenggam tangan kirey, membimbing langkahnya menuju tempat tidur. Kemudian berlutut seraya memberinya segelas air mineral lalu berkata lembut "Kita perlu bicara."
"Nanti saja lain kali" kata kirey sambil membuang muka menatap arah lain,
Leon menggeleng sambil tersenyum. "Sudah berapa lama kalian menjalin hubungan?" menjadi pertanyaan pertama yang di lontarkan leon.
Leon tau benar, bahwa penyebab kirey seperti sekarang adalah karena istrinya masih memikirkan laki-laki yang di cintanya.
"Semenjak sebulan yang lalu" jawab kirey
"Wah belum lama berarti" kaget leon seolah tak percaya.
Tapi sepertinya bagi kirey, ia telah mengenal sean cukup lama.
"Perempuan yang kemarin aku putuskan lewat telfon, sebenarnya kami sudah menjalin hubungan hampir 4 tahun, dia wanita yang baik tapi ayah tidak merestui hubungan kami" leon mulai berbicara.
"Kami sempat berpisah tapi balik lagi, pernah juga beberapa kali aku bawa ke rumah. Tapi respon ayah dan kak clara tidak selalu bagus hanya fia yang lumayan cukup dekat dengan perempuan itu."
"Jelang tahun ke tiga, tepatnya kali pertama dia aku perkenalkan pada ayah. Sepulangnya dari rumah, ayah menghampiriku menegaskan bahwa dia menolak perempuan itu mentah-mentah."
"Sempat terpikir untuk tidak melanjutkan hubungan kami lagi, tapi tiga tahun bukan waktu yang sebentar."
"Lalu sampai ayah bertanya tentang kamu" leon mulai menggenggam tangan kirey.
"Warna mata yang cantik, itu kesan pertama saat aku melihat kamu" kirey mulai balas menatapnya, dapat leon lihat kirey menelan ludah.
"Lalu entah ini kebetulan atau bagaimana kami mulai sering bertengkar, dia selalu marah-marah mendesak agar aku berbicara kepada ayah."
"Tapi bagaimanapun aku mencoba berbicara, mengatakan hal yang baik tentang dia ayah tetap tidak setuju."
"Pernah beberapa kali setelah menerima telfon putus dariku, dia datang ke rumah untuk mengecek kebenaran tentang perjodohan kita tapi hanya kebenaran yang dia dapat."
"Minggu pertama setelah bertemu kamu, aku mulai berfikir mungkin ini memang jalannya."
"Tapi aku melihat respon tidak suka dari kamu, dan kembali berfikir untuk tidak memaksa kehendak kamu. Sejujurnya minggu kedua ketika datang aku sudah bersiap dengan penolakan kamu."
"Tapi ketika aku datang kembali, entah bagaimana kamu setuju, sejak saat itu aku memutuskan agar benar-benar memulai semuanya dari awal denganmu."
"Lalu setelah melalui serangkaian peristiwa panjang, akhirnya malam ini aku mendapati kami sebagai istriku" leon berhenti bicara sambil menyesap kopi yang entah punya siapa.
"Bagaimana caranya menjadi begitu mudah melupakan gadis yang telah menjalin hubungan lama denganmu?" tanya kirey mulai tertarik.
Kirey mulai mengingat kejadian ketika awal dia dan leon jalan bersama, leon memang pernah memutuskan perempuannya secara sepihak.
Jika di pikirkan lagi, mereka berada dalam kondisi yang sama. Bedanya leon dapat menerima segalanya dengan baik, ego kirey mulai mengakui.
"Karena aku mendapatkan pengganti yang lebih baik yaitu kamu, itu salah satu alasannya" jawab leon tersenyum, kirey mengernyit tak suka membuat leon menahan senyum.
"Kalau soal itu, bukannya lupa tapi mencoba untuk tidak berlarut-larut dari suatu hal yang tidak dapat kita miliki."
Senyum leon mendadak hilang memikirkan bahwa kirey masih mencintai pria itu, mendadak hatinya berubah merasa tak nyaman, batinnya kesal dengan ucapannya sendiri barusan.
"Banyak hal yang harus di korbankan memang karena ini tentang perasaan tapi mau bagaimana lagi? ini mungkin sudah jalannya."
"Apalagi sekarang kita telah resmi menjadi pasangan suami-istri, mau tak mau kamu, dan juga aku harus menjalaninya" kata leon kemudian sudah tersenyum lagi.
Kirey hanya mengangguk-angguk kepalanya.
"Ki" panggil leon sambil menepuk bahu kirey.
Kirey menatap leon tanpa menjawab panggilannya "Ayo kita mulai pelan-pelan yah" ujar leon dengan mata memancarkan kesungguhan.
"Aku berjanji akan berusaha semaksimal mungkin untuk membahagiakan kamu"
kirey masih diam.
"kalau masih ada hal yang mengganjal kita bicarakan baik-baik, aku yakin suatu hari kamu pasti bisa menerima semuanya" leon mencium kepala kirey.
Kirey masih tak mampu berkata apa-apa tapi setetes air mata jatuh membasahi pipi
"Mulai sekarang panggil kakak saja jangan panggil leon."
"Kalau kamu belum bisa melupakan masa lalu kamu tidak apa-apa, mulai sekarang aku akan berusaha bagaimana baiknya agar kamu bisa lupa."
"Kalau memang perlu, aku tidak akan menyentuhmu sampai kamu siap"
"Aku tidur di bawah" kata leon beranjak berdiri sambil membentangkan tikar lalu mengambil sebuah bantal lalu beranjak tidur.
"Terserah kamu" jawab kirey akhirnya dengan sedikit perasaan bersalah,
bagaimanapun leon sekarang adalah suaminya dia berhak atas jiwa dan raganya tapi kirey masih merasa belum siap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments