Di salah satu perumahan elite. Seorang pria tua terlihat sedang duduk menikmati secangkir kopi di halaman depan rumahnya.
Pak Tama, pria itu sedang memikirkan gadis yg dia temui siang tadi.
"Bagusnya aku nikahkan dia." Ucap Pak Tama pelan.
"Ayah ingin menikahi siapa?" Tanya clara, anak pertama Pak Tama sekaligus kakak dari Leon
"Bukan Ayah tapi Leon. Ayah tertarik dengan seorang gadis, dan ingin menikahkannya dengan Leon. Sepertinya dia cocok jadi menantu ayah dan adik ipar kamu." Jawab Pak Tama.
"Ayah sudah bertanya pendapat Leon?" Tanya Clara lagi.
"Kenapa harus bertanya? Dia harus mau. Dari pada dia selalu keluyuran tidak jelas, dan hanya menghamburkan uang. Lebih baik nikahkan saja dia. Leon juga pasti mau. Kirey gadis yg cantik." Pak Tama menyimpulkan.
"Jadi Leon akan menikah?" Fia adik Leon, anak bungsu Pak Tama bertanya.
"Siapa yang akan menikah?" Kini Leon yang baru muncul dari dalam rumah, ikut bertanya.
"Bagaimana Kirey menurut kamu?" Bukannya menjawab, Pak Tama malah balik bertanya kepada Leon.
"Cantik tapi cuek, kenapa?" Leon penasaran.
"Ayah berencana menikahkan kalian berdua." Jawab pak tama santai.
"Kalau dianya mau Ayah." Leon balas berkata santai.
"Besok, Ayah akan bicara dengan Bibi Ani bagaimana kelanjutannya. Sekarang ayo kita istirahat." Ucap Pak Tama sambil berdiri menuju kamarnya.
Keesokan siangnya.
Memasuki waktu istirahat makan siang. Para pekerja sedang istirahat. Pak Tama selaku tuan tanah datang membawa makanan untuk anak buahnya, lalu mendekati Bibi Ani.
"Ani, ada yg ingin aku bicarakan denganmu."
"Ada apa Pak? sepertinya penting."
"Kamu tau kan, Leon anakku itu sukanya keluyuran tidak jelas dan taunya menghabiskan uangku saja?" Tanya Pak Tama sambil menyalakan korek, membakar rokok.
Bibi Ani diam, menunggu pak tama lanjut berbicara.
"Soal anak perempuanmu yang kemarin. Aku tertarik ingin menjodohkan dia dengan Leon. Agar anakku ada yang mengurus. Pikirku jika Leon menikah, mungkin dia akan berubah." Sambung Pak Tama
"Anak perempuan saya yang mana pak?" Bi Ani tidak mengerti
"Yang kemarin kamu bawa kesini, siapa namanya?" Tanya Pak Tama.
"Kirey." Jawab Bibi Ani masih bingung.
"Iya. Saya menyukai mata anak gadis itu karena terlihat indah. Jadi saya ingin anakku itu menikah dengan anakku."
"Bagaimana saya menjawabnya, ini masalah serius. Nanti akan coba saya bicarakan dengan kakak saya dulu." Jawab Bibi Ani
"Saya tunggu jawaban baiknya." Pak Tama tidak merasa puas dengan jawaban yang Bibi Ani berikan, tak sabar.
Pulangnya dari kebun. Bini Ani singgah di rumah kirey. Tapi hanya menemukan Mama Ike, karna Papa Ian memang sedang keluar kota berbisnis dan baru akan pulang beberapa hari lagi.
Tapi karena kebetulan ada kirey disitu, Bibi Ani langsung mengutarakan pendapatnya, "Bagaimana Leon menurut kamu?" Bi Ani duduk di samping Kirey yang tengah asyik bermain ponselnya.
"Leon? anaknya pak tama, tuan tanah bosnya Bibi itu?" Tanya Kirey balik. Pandangnya masih terarah pada ponsel, tak tertarik dengan pertanyaan Bibinya.
Bibi Ani mengiyakan.
"Memangnya ada apa dengan Leon? kenapa bertanya tentang Dia pada anakku?" Mama Ike muncul dari dapur
Kirey diam, menunggu Bibi Ani lanjut berbicara.
"Saat kemarin Kirey ke kebun. Kebetulan dia bertemu Pak Tama, bosku. Dan pak tama menyukai Kirey. Dia ingin menjodohkan putranya dengan putrimu. Kita tunggu papanya Kirey pulang dulu, baru bahas masalah ini." Bibi Ani menjawab.
Kirey yang mendengar hal itu sontak marah, "Apaan, aku tidak suka dan tidak mau. Tidak usah menunggu papa, katakan pada mereka aku menolak." Ucap Kirey emosi, sambil berlalu berjalan masuk kamar.
"Anakmu itu keras kapala sekali. Aku tetap akan menunggu dan menanyakan pendapat papanya saja." Bibi Ani menoleh ke arah Mama Ike, iparnya.
Sementara, Kirey dalam kamar merasa moodnya buruk. Mencoba menelfon sean. Tapi sampai dering ketiga masih tak ada jawaban. Lalu dia memutuskan untuk tidur.
Kirey terbangun larur malam pukul 11 Dering ponsel membangunkannya, "Hallo, maaf sayang tadi aku kerjq lembur. jadi tidak melihat ada telfon masuk. Aku juga baru sampai rumah, jadi baru sempat telfon kamu." Jelas Sean dari seberang.
Kirey menarik nafas lega, "Iya tidak apa-apa. Aku hanya ingin mendengar suara kamu saja tadi, supaya aku tenang." Ucap Kirey dengan suara serak, khas orang baru bangun tidur.
"Memangnya ada masalah apa?"
Kirey tidak menjawab. Suara gelaran nafas berat terdengar.
Sean terkekeh, " Baiklah. Maaf menganggu tidur kamu. Sekarang kamu lanjut istirahat."
Tanpa menjawab, Kirey langsung mematikan telfon. Menutup mata, tertidur pulas. Baginya mendengar suara Sean saja sudah cukup. Besok baru dia akan bercerita.
Tapi besoknya, Sean malah sibuk. Setelah lewat beberapa hari, Sean masih saja sibuk dengan pekerjaannya. Kirey jadi lupa untuk bercerita sampai saat hari kepulangan Papa Ian.
Bibi Ani muncul lagi. Kirey mendengus kesal melihat kedatangan bi ani, memilih masuk ke dalam kamar. Tidak ingin ikut terlibat dalam hal yang menurutnya tidak penting untuk dibahas.
"Ian, kamu taukan aku sudah bekerja 2 tahun terakhir ini dengan Pak Tama?" Bi Ani mulai berbicara, "Jadi begini, kemarin Kirey ikut kerja denganku. Lalu Pak Tama yang melihat Kirey jadi tertarik dan ingin menjodohkan Kirey dengan anaknya Leon. Bagaimana menurutmu?" Bibi Ani menatap Papa Ian.
"Tanyakan saja pada Kirey langsung. Dia yang akan menjalani, kenapa tanya padaku." Jawab Papa Ian acuh tak acuh.
"Kamu kan papanya, maksud aku tuh coba kamu bicarakan dengan anak kamu. Mereka dari keluarga berada, masa depan kirey pasti akan terjamin" Kata Bibi Ani ngotot.
"Memangnya kalau tidak menikah dengan Leon, anakku masa depannya tidak akan terjamin?" Mama Ike merasa tidak terima dengan ucapan iparnya.
"Bukan begitu. Tapi ini kesempatan bagus coba pikirkan lagi. Setidaknya coba buat mereka bertemu sekali. Kalau cocok kan bagus, tapi kalau tidak. Baru nanti kita tolak" Bujuk Bibi Ani.
"Kirey." Panggil Papa Ian.
"Iya pa. Kirey tidak mau." Sela Kirey cepat bahkan sebelum mendengar apa yang akan Papanya katakan.
"Seperti saran bibi kamu. Coba kamu ketemu dan jalan dulu sekali. Kalau cocok terusan, kalau tidak yasudah tolak." Tegas papa.
"Terserah kalian." Jawab kirey ketus
Seminggu kemudian. setelah percakapan itu, tepatnya minggu ke 2 setelah kepulangan sean. Kamis malam jumat. Kirey akhirnya jalan bersama Leon. Ia ditemani sepupu perempuannya. Anak dari bi ani bernama Aenun dan dua pria lain Tomi dan Anton, sahabat dari Leon.
Di sebuah kafe. Kirey dan Aenun banyak diam sedangkan leon dan teman-temannya tidak berhenti berbicara
"Aku sudah punya pacar." Ucap Kirey tiba-tiba, menatap Leon tak suka.
Mendengar hal itu, semua menjadi diam. Anton lalu mengajak Tomi dan Aenun ke meja sebelah. Memberi ruang untuk Kirey dan Leon berbicara.
"Aku juga punya pacar, tapi akan aku putusin malam ini juga. Sebentar" Leon mengambil handphone, menghubungi seseorang.
"Hallo, kita putus. Aku akan segera menikah, jadi jangan hubungi aku lagi." Ucap Leon setelah telfon tersambung, lalu mematikan telfonnya, begitu cepat.
Kirey melongo, "Maksud kamu apa? memangnya siapa yang menyuruh kamu memutuskan pacarmu?"
"Tidak ada. Murni keputusanku sendiri. Aku ingin menjalin hubungan denganmu, jadi kamu pikirkan baik-baik. Setelah satu minggu kabari aku lagi. Kalau kamu siap, aku akan datang lagi dengan keluarga besar melamar kamu." Ucap Lon dengan wajah serius.
"Tidak ada yan harus aku pikirkan, jawabannya sudah jelas. Aku mencintai pacarku. Sudahlah ayo kita pulang saja, percakapan ini tidak akan ada artinya." Setelah mengatakan kalimat itu. Kirey menarik tangan Aenun pulang dengan motornya. Menolak tawaran Leon untuk pulang diantar.
Pasrah.Leon dan temannya hanya bisa mengikuti dari Kirey dan Senin dari belakang. Mengantar sampai rumah. Setibanya di rumah kirey. Leon masuk memberi salam pada orang tua Kirey, lalu pamit pulang.
Kirey merasa jengah dengan sikap Leon. Baginya Leon hanya mencari muka tak terkesan sama sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments