"Lakukanlah yang terbaik." Eren membalas pesan kepada orang yang mengirim pesannya tadi.
Eren menghela nafas panjang sambil menyandarkan tubuhnya pada kursi.
saat ini Eren sedang duduk di roof top restoran, angin sejuk menerpa wajahnya.
Eren memandangi Mega merah yang ada di langit, menandakan waktu sebentar lagi memasuki malam, siluet senja hasil karya matahari yang indah.
Eren menatap arlojinya yang melingkar indah di pergelangan tangannya, merasa sudah waktunya ia pulang, Eren pun langsung keluar dari restoran tersebut setelah membayar tagihan makanannya.
pukul tujuh malam Eren tiba di rumahnya.
baru beberapa langkah masuk dari pintu utama, langkahnya terhenti saat mendengar suara yang tidak asing.
"Hei, menantu kau dari mana saja, jam berapa ini baru pulang?" suara ibu Lusi mengintrogasi seraya bertolak pinggang.
Eren mengarah ke sumber suara.
"Mama, mama sudah pulang." Eren tersenyum kikuk, merasa tidak enak hati.
"Ah, sudahlah sekarang kau bersihkan dulu tubuhmu lalu setelah itu makan malam bersama." Ibu Lusi seraya mengibaskan tangannya supaya Eren cepat pergi dari hadapannya.
sebelum melangkah menuju kamar, Eren menunduk lalu setelahnya meninggalkan ibu Lusy di ruang tamu.
setelah selesai mandi Eren duduk di depan cermin, tangan kanannya menyisir rambutnya lalu tangan kirinya seraya mengelus perutnya yang masih datar.
"Apa kau rindu Daddy." Eren mengelus perutnya dengan gerakan pelan sambil mengajak bicara.
"Maaf ya, mommy belum bisa membujuk Daddy, Daddy masih marah sama mommy." Eren menghela nafas panjang.
tidak ingin larut dalam kesedihan, Eren langsung beranjak pergi menuju ruang makan.
begitu banyaknya makanan yang tersaji di atas meja makan, namun satu pun tidak ada yang Eren inginkan.
entah kenapa selera makannya tiba-tiba menghilang. namun karena mengingat ada mahluk kecil yang tumbuh di rahimnya, Eren tetap memaksakan diri untuk makan.
"Makanlah ini." Tuan Erland mencapit lauk berupa daging ke piring Eren.
"Ini rendang buatan mama kamu rasanya mantap." Tuan Erland mengangkat kedua jempolnya.
ibu Lusi yang merasa dirinya telah di puji oleh suami tercinta langsung merasa bangga sambil menepuk dadanya.
melihat tingkah lucu kedua mertuanya, Eren tersenyum lembut, ya sekarang jauh lebih baik.
ibu Lusi mertuanya sudah mulai bisa menerima kehadiran dirinya, walaupun mertuanya itu sedikit rempong eh tidak sedikit tapi banyak.
setelah makan malam Eren kembali masuk ke kamarnya, ia sambil tiduran untuk menunggu Ethan pulang, malam ini ada hal yang ingin Eren sampaikan.
di tempat lain.
waktu menunjukan pukul sembilan malam, seorang pria tampan masih lengkap dengan pakaian kerja, meski sudah untuk beraktivitas seharian ini namun pakaian kerjanya tetap terlihat licin dan rapi, bagaikan bila semut menempel akan terpeleset.
pria tampan tersebut keluar dari ruang VIP bersama asisten pribadinya, karena habis membahas tentang kerjasama dengan perusahaan milik kliennya.
saat tiba di parkiran mobil dan hendak mau masuk, namun gerakannya terhenti saat mendengar suara yang membuat telinganya sakit.
"Ethan ... kau ada di sini juga!" Melisa berteriak seraya berjalan mendekati Ethan, dan tanpa tahu malu Melisa langsung menempel di tubuh Ethan, seperti lem pelekat.
Ethan mengumpat dalam hatinya benar-benar risih di sentuh wanita yang tidak ia inginkan.
Ethan lalu melerai pelukan Melisa dengan kasar. dan hal ini membuat Melisa tidak terima.
"Ethan kenapa kau seperti ini, aku dulu wanita yang juga kau cintai, bahkan dulu kau rela bersujud hanya demi bisa menjadi kekasihku." Melisa menunjuk Ethan, lalu menunjuk dirinya sendiri.
"Ma-sa-la-lu." Ethan menjawab penuh penekanan di setiap kata.
"Leo!" setelah menyebut nama asistennya, Ethan langsung masuk ke dalam mobil tanpa memperdulikan Melisa yang masih tidak terima atas penolakan darinya.
Melisa mengumpat kesal ia hanya mampu melihat mobil Ethan yang melaju semakin jauh dengan tatapan nanar, dalam hatinya ia tidak terima diabaikan oleh Ethan.
jalan yang sepi membuat Ethan kini cepat sampai di rumahnya.
Ethan memutar handel pintu kamarnya lalu masuk ke dalam.
bunyi suara pintu membuat wanita cantik yang sedang berbaring di atas ranjangnya itu langsung bangun lalu duduk.
Ethan melangkah mendekati ranjangnya seraya mengendurkan dasinya dengan gerakan elegan, dan membuka satu kancing atas kemejanya itu.
"terimakasih, em ... ini." Eren tersenyum kikuk saat Ethan menatapnya dengan intens.
"Terimakasih untuk apa?" bicaranya dingin seraya melanjutkan membuka kancing kemejanya.
"Em-ini terimakasih sudah beliin tempat tidur dan seprainya lucu ada nama aku, Eren Cleora." Eren tersenyum yang dibuat-buat semanis mungkin seraya tangannya mengusap-usap seprai.
"Hem."
Eren hanya mendapat jawaban dehheman dari Ethan.
selanjutnya ia hanya mampu menatap punggung Ethan yang berjalan mau memasuki kamar mandi.
Eren masih menunggu Ethan, malam ini ia harus mendapat ijin dari Ethan, Eren sudah menguap beberapa kali namun Ethan juga belum keluar.
"Kenapa lama sekali." Eren bergumam sambil mata terpejam.
kreekk.
mendengar suara pintu terbuka Eren langsung kembali duduk saat tadi ia sambil tiduran.
saat Ethan sudah sampai di dekat ranjangnya, Eren bersuara.
"Aku mau bicara sesuatu." Ucap Eren dengan nada merengek manja.
"Sudah malam." jawab Ethan dengan nada dingin.
"Tapi ini penting." Suara Eren semakin merengek manja disertai memohon.
"Besok!" suara nada Ethan semakin dingin.
"Tapi ini tidak bisa di tunda." Eren berekting menangis-nangisan seraya bibirnya menyebik.
terdengar suara helaan nafas panjang dari rongga hidung Ethan.
Ethan berbaring di atas kasurnya menatap langit-langit atap kamar seraya mendengarkan yang diucapkan Eren.
"Aku mau melakukan penyelidikan lebih dalam tentang kasus pembunahan orang tua aku, karena itu aku meminta ijin meminjam nama keluarga Benz ..."
Eren menjeda ucapannya sebelum lanjut bicara lagi.
"Aku tidak tahu harus minta tolong dengan siapa, inilah yang aku katakan disaat malam aku mendatangani surat perjanjian pernikahan, aku sangat membutuhkan bantuan darimu, sangat bukan hanya sekedar."
Eren membuang mukanya seraya menggigit bibir bawahnya supaya tangisnya tidak pecah.
"Ada lagi?" Ethan bertanya dengan suara cool.
"baik akan aku lakukan."
Eren sudah senang mendengar tanda setuju dari Ethan. "pria dingin itu tenyata hatinya baik juga." Eren memuji dalam hati.
"Sebelum itu ... tapi ada syaratnya."
"Eh-eh kenapa harus pakai syarat ... kalo begitu aku tarik lagi pujian yang aku katakan kau baik hati." Umpatan kesal dari batin Eren.
"Besok kau harus ke kantor."
Setelah mengucapkan kalimat itu, Ethan memiringkan tubuhnya sehingga membelakangi Eren.
ahirnya malam panjang pun terlewati dengan tidur bersama, tapi mengunakan ranjang yang berbeda meski masih dalam satu ruangan.
pagi tiba.
"Ambilah ini dan bawalah ini." Ethan mendekati Eren yang sedang duduk di depan meja rias seraya memberikan dua buah kartu akses.
Ethan lalu berjalan melangkah keluar, namun saat pintu kamar udah terbuka Ethan menghentikan langkahnya sejenak seraya berkata.
"Segera selesaikan urusanmu, setelah itu hubungan kita juga selesai."
Deg.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Nci
Erland Bapak mertua memperlakukan dengan baik dan Ibu Lusi Ibu mertuanya juga sudah bisa menerima kehadiran Eren biar banyak rempongnya juga 😅
Ada pelakor dari masa lalu muncul menggoda beruntung Ethan tidak melayani 🙄
Haaa urusan Eren selesai kesepakatan pernikahan juga selesai 🥲 kasih tau kehamilanmu Eren siapa tau Ethan berubah pikiran 🫢
2023-03-22
0
Bundanya Pandu Pharamadina
awas jangan nyesel Ethan kalau Eren ada yg nikung
2023-02-12
0
widya
hadddeeehhhhh ...
sabar Eren, indah pada saat nya ..
2022-11-04
2