bab 17. berusaha menyelamatkan.

Di dalam sebuah mobil yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi, seorang wanita cantik yang duduk di samping pengemudi pria tampan, wanita itu perasaannya sangat kalut, ia terus memikirkan keadaan sahabat dan adik sahabatnya.

apakah sahabatnya Eren sudah bertemu adiknya?, apakah mereka berdua saat ini baik-baik saja?, apakah penjahat itu menyakiti mereka berdua atau tidak?, dan masih banyk lagi pertanyaan di benaknya.

"Chen lebih cepat, tambah lagi kecepatannya!"

Ketrin terus mengomel, merasa Chen sangat lambat mengendarai mobilnya.

Chen hanya menghela nafas panjang, merasa malas meladeni perkataan ketrin, karena sebenarnya saat ini sudah melaju dengan kecepatan di atas rata-rata, bagaimana mau ditambah, bisa-bisa pergi bernyawa pulang tinggal nama.

"Oh Chen!" Ketrin terlihat frustasi, sudah dapat ia pastikan, kalo ia yang saat ini mengendalikan pengemudi pasti sudah melaju cepat seperti angin lewat.

"Kau ini seperti siput 🐌 bawa mobilnya, sangat lambat." Ketrin menekan kata siput dan lambat.

Chen yang mendengar kata itu langsung terprovokasi, ahirnya ia menambah kecepatan sesuai yang ketrin inginkan.

di tempat lain.

Eren saat ini tengah fokus melepas tali yang mengikat tangan Megy. Eren bisa merasakan bahwa Megy saat ini sedang ketakutan, tubuhnya bergetar hebat.

"Kak." Suaranya lirih, saat ini Megy sedang diikat di kursi.

"Tenanglah, ada kakak, ok." Eren berusaha menenangkan, meski perasaannya sendiri juga tidak tenang.

kreekk.

Deg.

hadapi, jangan takut, lebih tenang, tenang, tenang. ucapan Eren dalam hati.

Eren terlihat mengambil nafas panjang lalu mendongakkan kepala untuk melihat siapa yang telah datang, kini paras cantiknya mampu di lihat oleh seseorang yang ada dihadapannya.

hahahaha.

"Apa kau sudah merasa hebat, hingga datang ke mari kau hanya sendirian."

hahahaha.

pria itu tertawa terbahak-bahak, kemungkinan pria itu adalah ketua dari komplotan jahat itu.

tiba-tiba beberapa orang berbadan kekar masuk juga ke ruang tersebut.

damn it.

umpat Eren, "Aku tidak mungkin melawan mereka dengan jumlah sebanyak itu.

"Hei ingat, aku ..." Pria itu mendekat, lalu menunjuk dirinya sendiri.

"Aku akan menghabisi kamu dan adikmu." Kini mata pria itu berubah setajam elang.

Eren nampak berusaha setenang mungkin, benar-benar tidak menampakkan rasa takut sekalipun.

Eren memegang bahu Megy untuk menyalurkan ketenangan. "Sepertinya ini saat nya aku untuk berekting, " gumam Eren seraya menatap arlojinya.

"Tolong kalian segera datang." Eren menatap pintu keluar.

orang-orang tersebut ahirnya mengikat tangan Eren dan mengikat Megy lagi yang sebelumnya sudah sempat terlepas.

kini Eren lebih milih mengikuti permainan mereka, melawan pun hanya akan lebih membahayakan nyawanya dan adiknya.

pria itu mendekati Eren, lalu mencekal rahang Eren untuk membalas menatapnya.

"Ingat, bos kami menginginkan semua ini harus segera berakhir."

deg.

Eren tentu tau siapa bos yang pria itu maksud, itu adalah paman Bram.

"Apa yang paman inginkan sebenarnya," batin Eren.

"Tetapi ..." Pria itu semakin dalam menatap Eren, namun tatapan itu lama-lama seperti ada maunya.

"Ternyata kau sangat cantik." Tiba-tiba saja pria itu menundukkan wajahnya.

Eren yang mengerti apa yang di inginkan pria itu, Eren memberontak, Eren menggeleng-gelengkan kepalanya, namun Eren tidak bisa berbuat apa-apa, tangan dan kakinya diikat.

pria itu menahan tengkuk leher Eren, lalu memberi tanda merah hasil karyanya.

"Ethan." batin Eren menangis menyebut nama suami.

...---------------...

di negara Malaysia.

"Eren." Ethan menyebut nama Eren saat sedang membaca berkas-berkas rapat.

dan itu membuat orang-orang yang berada di ruang meeting merasa bingung, karena tidak ada kalimat Eren di berkas itu, tetapi kenapa bos nya menyebutnya.

stafnya yang belum paham, ada yang membolak-balikkan berkasnya yang sedang di pegang, khawatir ketinggalan atau berkasnya yang salah pengetikan, semua menjadi bingung.

"Oh maaf, saya yang salah."

ahirnya semua orang di ruangan tersebut merasa lega setelah mendengar pengakuan bosnya yang salah.

Leo sang asisten menemukan gelagat aneh dalam diri bosnya, namun ia urungkan bertanya, karena saat ini rapat dilanjutkan kembali.

setelah tiga puluh menit rapat ahirnya selesai, dan masalah di cabang perusahaan yang ada di Malaysia juga selesai.

Ethan saat ini tengah duduk di kursi kebesarannya yang berada di ruangannya.

Ethan nampak memijit pelipisnya, entah kenapa ia merasa tidak nyaman, ia terus memikirkan Eren.

ada rasa rindu sudah dua hari tidak ketemu, terakhir saat membawa Eren ke rumah sakit, tetapi juga ada rasa cemas entah apa yang menyebabkan.

ya, perjalannya waktu, Ethan mulai bisa menerima kehadiran Eren, meski ia belum memahami apakah ini perasaan cinta atau sekedar perasaan peduli.

"Leo."

merasa namanya di sebut oleh bos-nya, Leo lalu mendekat.

"Handphone saya."

Leo memberikan handphone milik bos-nya.