bab 4. kontrak nikah.

Setelah mengantar ketrin di bandara untuk keberangkatan ketrin ke New York, Eren juga langsung kembali ke Jakarta.

saat ini Eren sudah sampai di bandara Soekarno-Hatta. Eren berjalan menuju pintu keluar seraya menarik kopernya. wanita cantik dengan gaya berjalan penuh elegan, menggunakan kaca mata hitam, baju jaket kulit corp warna hitam, celana legging jeans warna hitam dan sepatu boots wanita warna hitam. sebuah penampilan yang memberi kesan bahwa bukan wanita biasa-biasa saja.

sebuah suara laki-laki menghentikan langkah Eren.

laki-laki tersebut mendekati Eren lalu menunduk memberi hormat.

"Nona, tuan Erland meminta saya untuk menjemput nona." Tangan pria itu seraya meminta koper yang Eren pegang.

benar-benar papa mertua terbaik batin Eren.

"Ok terimakasih." Eren tersenyum lalu berjalan kembali mengikuti laki-laki tersebut.

setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit, kini mobil yang ditumpangi Eren sudah sampai di halaman rumah milik Ethan.

Eren membuka pintu mobil seraya melepas kaca mata hitam miliknya, lalu menatap bangunan megah rumah mewah dengan halaman yang sangat begitu luas.

Eren mengambil nafas panjang sebelum ahirnya Eren melangkah berjalan untuk masuk ke rumah.

di depan pintu utama sudah ada beberapa pelayan yang bertugas untuk menyambutnya.

"Nona." Ucap para pelayan serempak seraya menunduk hormat.

Eren menanggapi dengan tersenyum manis.

salah satu dari pelayan tersebut mengambil alih koper yang dibawa oleh laki-laki suruhan tuan Erland.

merasa haus, Eren berjalan kearah dapur untuk mengambil minum.

satu pelayan menghampiri Eren yang sedang berdiri di samping almari pendingin.

"Nona, lain kali jika butuh sesuatu mintalah kepada saya atau pelayan yang lainnya." Ucapnya ragu-ragu seraya menunduk.

"No problem, kecuali aku, maka layanilah mereka dengan baik." Eren mengangkat botol minum yang di tangannya, seolah memberitahu bahwa ia tidak apa-apa.

Setelah itu Eren melenggang pergi menuju kamarnya.

namun saat Eren melewati kamar mertuanya, Eren tanpa sengaja mendengar keluhan dari ibu mertuanya.

Karena pintu kamar yang sedikit terbuka dan suara ibu mertua yang sepertinya sedang ditenangkan.

"Hei, kalian tahu aku ini punya dua putra, tapi kenapa tidak ada yang mau tinggal serumah denganku, hah!" ibu Lusi memukul-mukul bantal.

"Putraku yang kedua tinggal menetap di luar negeri, hiks hiks." Ibu Lusi menghapus air matanya.

"Dan yang pertama ... hiks hiks." Ibu Lusi kembali menangis hingga tidak bisa meneruskan ucapannya.

dua pelayan yang ada di kamar ibu Lusi hanya mendengarkan tanpa tau harus berbuat apa.

Eren yang merasa ikut sedih dengan apa yang dirasakan oleh ibu Lusi, ia lebih memilih terus masuk ke kamarnya.

tiba malam hari.

Ethan malam ini ahirnya pulang ke rumah setelah diberitahu oleh papa Erland bahwa ibunya sakit.

tap tap tap.

suara langkah Ethan menaiki tangga.

kreekk.

suara pintu dibuka oleh Ethan, ia langsung masuk menghampiri ibu Lusi.

"Kenapa baru pulang, darimana saja kau!" ibu Lusi menjewer telinga Ethan hingga membuat sang pemilik meringis kesakitan.

"Anak pulang ke rumah bukannya disambut dengan hangat, tapi malah dijewer." Gerutu Ethan seraya mengusap-usap telinganya yang terasa panas.

"Dasar anak nakal!" ibu Lusi memukul Ethan dengan bantal.

"Kau tidak akan pulang kalau ibumu ini tidak memintamu pulang dengan alsan sakit, huh!" mata ibu Lusi melotot dengan kedua tangan bertolak pinggang.

Ethan bergidik ngeri melihat ibunya yang marah seperti ini, menurut Ethan seperti monster.

setelah perdebatan panjang lebih tepatnya melepas rindu dengan ibunya, Ethan memutuskan untuk masuk ke kamarnya.

kreekk.

Ethan membuka pintu kamar miliknya, melangkah mendekati ranjangnya, namun matanya terfokus pada paper bag yang ada di atas ranjangnya.

"Apa ini." Gumamnya, tangannya seraya memegang paper bag tersebut lalu menarik isi yang ada di dalamnya.

"Hah apa ini!" Ethan kaget ternyata isinya lingerie pakaian malam tembus pandang.

Ethan masih menerka-nerka ini milik siapa, karena ia lupa kalau penghuni kamarnya sekarang bukan ia sendiri.

Ethan masih memegang lingerie dengan jari jempolnya dan jari telunjuknya.

kreekk.

pintu kamar mandi terbuka bersamaan itu Ethan menatap kearah sumber suara.

Deg.

Ethan terpaku melihat sosok wanita cantik yang keluar dari dalam kamar mandinya, hanya menggunakan handuk yang melilit di tubuhnya sebatas paha. punggung putihnya yang terekspos terlihat begitu indah, dan air yang menetes dari rambut basahnya terlihat indah seperti hujan gerimis.

setelah drama di dalam kamar tiga puluh menit yang lalu, Kini Eren menemui Ethan diruang kerjanya.

saat ini Eren duduk di hadapan Ethan dengan meja sebagai pembatas.

"Baca!" ucapnya tegas seraya melempar kertas kehadapan Eren.

"Surat perjanjian pernikahan." Gumam Eren saat membaca judul kertas tersebut.

di dalamnya terdapat empat poin, sebelum Eren memberi tanda tangan, ia mengajukan sebuah permintaan.

"Bisakah kau akan selalu mengabulkan permintaanku selama aku menjadi istrimu ... karena akan ada saatnya aku benar-benar membutuhkanmu." Eren menatap Ethan.

"Sebelum satu tahun, apa bila aku sudah berhasil menangkap dalang pembunuh kedua orang tuaku, mari kita pisah." Cairan bening menetes di pipi mulus Eren saat mengucap kata pisah.

benar-benar hal yang sangat sulit bagi Eren, tapi disini ia sadar bahwa hanya dirinya yang mencintai Ethan, dan ia tidak mau memaksa karena baginya keluarga Benz sudah mau membantu dirinya untuk balas dendam itu lebih dari cukup.

dua Minggu telah berlalu, dan setelah obrolan serius dimalam itu, hubungan Eren dan Ethan dijalani seperti biasa hanya sebatas bos dan bawahan. ini adalah kesepakatan keduanya, di kantor maupun di rumah keduanya jarang tegur sapa kecuali hal yang benar-benar penting dan itu pun menyangkut pekerjaan.

siang ini Eren sedang duduk di kursi kerjanya, ia sedang fokus menatap layar komputer. namun fokusnya teralihkan saat mendengar bunyi telepon.

"Eren segeralah berangkat ke Paris, dan bawa Megy, karena aku sudah menemukan dokter terbaik untuk menangani Megy, kita ketemu disana ok." suara ketrin setelah sambungan telepon diangkat oleh Eren.

"aku akan mengurusnya segera!" ucap Eren penuh semangat.

siang itu Eren langsung pergi meninggalkan kantor, namun sebelumnya ia sudah minta ijin pada Ethan, dan Ethan pun mengijinkan karena untuk menepati janjinya.

Eren mendatangi rumah Tante Talita untuk menjemput Megy adiknya.

"Eren kau tidak bisa membawa Megy pergi begitu saja!" Tante Talita marah ia tidak mau Megy dibawa Eren untuk berobat jauh.

"Dia adikku dan aku berhak atas dirinya." Eren menjawab dengan tidak kalah tegas.

"Kau tetap tidak boleh membawanya pergi, dia memang seperti itu mau kau obati juga akan tetap seperti itu." Tangan Tante Talita seraya menghalangi langkah Eren.

"Tante!" kini Eren meninggikan suaranya, lalu Eren menyingkirkan tubuh Tante Talita dengan sedikit kasar, dan setelahnya ia membawa Megy pergi dari rumah tersebut.

"sial." Umpat Tante Talita, lalu ia menghubungi seseorang

"Megy dibawa pergi oleh Eren untuk di obati di luar negeri, cepat kau lakukan sesuatu!" perintahnya pada seseorang yang berada di sambungan telepon.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***