18.

Jisung terus menggoyang-goyangkan badan Mark. Ia membawa Mark ke pinggir ruangan jauh dari peperangan. “Hyung!!” Panggil Jisung sambil menahan air matanya.

Jisung kemudian meminumkan ramuan obat pada Mark. Itu sudah botol kedua, namun Mark masih belum sadarkan diri.

-------------+++++++---------

“Lin-lin!!” Lin-lin masih menarik lengan Jaemin menjauh dari ruang raja. Jaemin membiarkan teman-temannya bertarung melawan prajurit dan penyihir.

Dengan lengan yang ditarik Lin-lin, Jaemin agak berlari menyusuri istana. Ia kini masuk ke dalam menara, lokasi yang ia benci. Sambil terus bertanya pada Lin-lin, Jaemin kini berhati-hati menyusuri anak tangga di dalam menara gelap itu.

Lin-lin kemudian memberhentikan langkahnya. Ia terdiam di hadapan sebuah sel besi. Jaemin melihat sekeliling, hanya ada satu sel yang tertutup di lantai itu. Seluruh sel telah terbuka, tentu saja, karena para titan yang dikurung sudah keluar, dan para naga juga sudah dibawa paksa oleh penyihir untuk membantunya berperang.

“Sel apa ini?” Tanya Jaemin walau sudah yakin tidak akan mendapat jawaban dari Lin-lin. Sel luas itu begitu gelap hingga ia tidak bisa melihat siapapun di dalamnya.

“Liiiin-lin!” Lin-lin menggerakkan tangannya seperti mengayunkan sebuah tingkat sihir. “Lin-lin,” Lin-lin lalu menunjuk sel itu.

“Kau mau aku membukanya?” Tebak Jaemin sambil mengangkat tongkat kayu yang ia bawa.

“Lin-lin” Lin-lin mengangguk.

Jaemin mencoba mengikuti perintah Lin-lin. Dengan dua kali ayunan, gembok besi yang mengunci sel itu pun terbuka. Sosok yang ada di dalam sel berjalan mendekat, sedangkan Jaemin yang terkejut, ia berjalan mundur menjauhi sel itu.

-------------++++++----------

“Hyung!!” Jisung masih berusaha membangunkan Mark. Kali ini ia benar-benar menangis. Tidak ada reaksi sama-sekali dari Mark.

“Hyung! Haechan hyung!” Jisung mencoba memanggil Haechan. “Jeno hyung!” Kini ia berteriak memanggil Jeno yang masih sibuk berperang.

“Jisung ah,” Renjun tiba-tiba mendarat di sampingnya. “Bagaimana Mark hyung?”

“Huaa….” Jisung menangis semakin keras. “Bagaimana ini? Mark hyung tak kunjung sadar! Badannya mulai dingin!” Serunya sambil menggenggam tangan Mark.

“Liin!”

“Tunggu, Lin-lin ah!”

Renjun dan Jisung dapat mendengar suara sayup-sayup kedatangan Lin-lin dan Jaemin yang sedari tadi meninggalkan ruangan.

“Lin!” Lin-lin kaget melihat Mark yang terbaring lemas.

Jaemin berlari mengikutinya. Ia ikut duduk menatap Mark. “Ada apa ini? Mark hyung kenapa?”

“Seorang penyihir menusuknya dengan pedang,” jawab Renjun.

“Hya! Apa yang kau lakukan?!” Jaemin berseru memelototi Jisung. “Cepat berikan obatmu!”

Jisung menjawab dengan tangisan yang semakin menjadi-jadi.

“Ia sudah memberikannya,” Renjun membantunya menjawab.

Jeno dan Haechan kemudia tiba dan mendatangi Mark. Mereka tidak memperdulikan tubuh mereka yang terluka karena sabetan pedang.

“Hh…hh… bagaimana…Mark hyung?” Tanya Jeno.

“Lin-lin!!!” Lin-lin kemudian memeluk Mark.

Jisung mengusap kepala Lin-lin. “Maafkan aku, Lin-lin….”

Jisung mengusap air matanya. Semua kini terdiam melihat tingkah Lin-lin. Lin-lin memeluk Mark dalam waktu yang cukup lama. Lin-lin lalu menempelkan tangan kecilnya pada dada Mark yang terluka.

“Mwoya..” ucap Renjun kaget.

Dari bawah telapak tangan Lin-lin terlihat cahaya terang menembus dada Mark. Angin yang datang entah dari mana pun turut menghempaskan rambut-rambut Lin-lin. Semua kaget melihat Lin-lin yang mengeluarkan kekuatan khusus.

Cahaya itu pun hilang, begitu pula angin misterius di sekitar Lin-lin. Lin-lin kembali duduk manis dan menatap Mark. Benar saja, Mark perlahan membuka matanya.

“Hyung!” Seru Jisung paling keras.

“Omo! Hyung sadar?” Renjun kemudian menatap Lin-lin dengan raut wajah bingung.

Mark mencoba duduk. Ia menatap teman-temannya yang menatap Lin-lin penuh rasa penasaran. “Hya, ada apa?” Tanya Mark yang bergantian memandang temannya dan memandang Lin-lin. “Wah, aku tidak menyangka aku ternyata bisa terluka,”

“Hyung,” Renjun masih tetap menatap Lin-lin. “Lin-lin yang menyembuhkanmu,” katanya. Mark kemudian menatap Lin-lin yang duduk di sampingnya. “Kau bukan seorang healer, tapi Lin-lin lah yang berperan sebagai healer-mu. Ia baru saja menyembuhkanmu, hyung,” Renjun mengungkapkan teorinya.

“Mwo?” Mark mengeluarkan ekspresi tak percaya.

“Lin-lin adalah ‘tamengmu’, saat dia tidak ada, kau bisa terluka,” lanjut Renjun.

Mark dan Lin-lin pun bertukar pandang. Lin-lin kemudian mengangguk membenarkan kalimat Renjun.

“Pangeran!” Suara Prajurit Yoo memecah suasana.

Jisung dan seluruh temannya kini menatap Chenle yang dibantu berjalan oleh Prajurit Yoo. Prajurit Yoo membawa Chenle pada Jisung untuk segera diobati. Prajurit Yoo kemudian berlari ke tengah ruangan lagi untuk menghabisi penyihir maupun prajurit kerajaan.

Chenle segera meneguk ramuan Jisung. “Hhhh…hh…” Chenle mengatur nafasnya. “Hyung.. kau sudah sadar?” Chenle tersenyum lemas menatap Mark.

Renjun kemudian menceritakan fakta yang baru mereka saksikan. Chenle kemudian mengelus kepala Lin-lin dan membuat Lin-lin tersenyum.

“Na..naga putih itu…” Chenle mencoba mengatur nafasnya. “Dia kuat sekali,”

“Kalu begitu, biarkan pasukan melawan naga, kau yang menuju ke raja,” usul Jeno.

Chenle menggelengkan kepalanya. “Bagaimana bisa aku mengalahkan Yuta hyung. Dia terlihat menyeramkan! Bagaimana kalau kekuatannya lebih hebat dari para penyihir lain?”

“Yuta hyung?” Tanya Mark pelan.

“Mwoya? Kalian belum lihat ya?” Chenle membuka matanya lebar-lebar. “yang menjadi raja adalah Yuta hyung! Yuta hyung ‘kita’,” ulang Chenle menyebutkan nama yang dikenal oleh seluruh teman nya.

“Eh?!” Jaemin berseru bingung. “Bukan! Aku dengan jelas melihatnya, raja penyihir adalah Jaehyun hyung!”

“Mwoya..” Haechan ikut berbicara. “Aku yang dari awal cerita ada di istana lihat sendiri bahwa raja kita adalah Taeil hyung!”

Seketika semua diam dalam kebingungan.

“Aku melihat sebagai Jungwoo hyung…” Renjun berkata sambil mengelus dagunya. “Kalau hyung?”

“Aku Johnny hyung,” jawab Mark. “Aku jelas-jelas melihatnya. Dia Johnny hyung,”

“Aku…Taeyong hyung,” Jisung ikut berkata. “dia dari tadi duduk di tahta, aku melihatnya sebagai Taeyong hyung,”

“Ada apa ini?! Mengapa berbeda-beda?!” Seru Chenle bingung. “Kalau kau, hyung?”

“Aku?” Jeno menunjuk dirinya sendiri. Ia pun menolehkan kepalanya menatap sosok yang masih duduk di kursi tahta. “Aku juga melihatnya berbeda,” ucapnya kembali menatap Chenle. “Aku melihat Doyoung hyung,”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!