11.

Haechan mengikuti langkah prajurit istana di hadapannya. Ia sekarang mendapat bagian untuk berada di ruang kerajaan dimana terdapat tahta raja disana. Haechan dan ke-tiga rekannya kini ada di depan pintu kayu kokoh yang tinggi.

“Dengar,” salah satu prajurit yang lebih senior darinya berbicara. “Di dalam ada seekor naga yang duduk menjaga raja. Jangan membuat gerakan yang mengejutkan, atau naga itu akan membunuh kita semua. Kita cukup berdiri dan jaga ruangan ini,”

“Ne,” ucap Haechan bersamaan dengan yang lain.

KRIEEEKKK….

Pintu tinggi besar itu dibuka perlahan. Pergantian shift pun dimulai. Empat prajurit keluar ruangan, digantikan oleh empat prajurit masuk, termasuk Haechan. Baru pertama kali ini Haechan memasuki ruang raja. Haechan tahu yang memimpin Negeri ini adalah seorang penyihir yang menghipnotis seluruh petugas istana dan membuat mereka berpikir bahwa penyihir itu adalah raja.

“Omona!,” Haechan terkejut dalam hati. Raut wajahnya dibuat setenang mungkin saat ia dengan jelas melihat seekor naga putih yang berada di depan raja. Naga putih itu terlihat tertidur pulas. Dengkuran naga yang cukup keras membuat Haechan ketakutan.

Haechan lalu mengambil posisi dimana ia harus menjaga salah satu sisi pintu. Ia melirik sedikit pada seseorang yang duduk di tahta sang raja. Karena posisi Haechan yang cukup dekat dengan naga dan keberadaan raja, ia dapat melihat dengan jelas sosok penyihir yang sedang duduk dan mengambil alih Negeri ‘buatan’ Penulis Kim itu.

“Mwo?!” Haechan kembali terkejut. Ia mengenal jelas sosok yang sedang duduk di singgasana raja. Pria itu adalah salah satu hyung yang ia kenal di dunia ‘nyata’. Hyung yang juga berada di naungan agensi yang sama dengan NT DREAM.

“Taeil hyung?” Sebutnya, Haechan tidak tahan untuk tidak bersuara. Ia membuat suara sepelan mungkin hingga prajurit di sebelahnya bahkan tidak dapat mendengarnya.

-------------++++++-----------

Haechan menunduk lemas di depan sel Jaemin. Ia melihat Jaemin yang biasanya berwajah riang itu kini ketakutan. Empat prajurit yang tadi menjaga raja kini mendapat giliran untuk menemui satu-satunya penyihir yang ada di dalam menara.

Kedua prajurit itu membuka sel Jaemin dan masuk ke dalamnya. Mereka memegang tangan Jaemin dan menarik rambut Jaemin. “Ini karena kau tidak minum darah naga ini!” Seru prajurit yang menarik rambut Jaemin.

Haechan tidak kuat melihat temannya disiksa. Ia merasa sangat bersalah padanya.

“Hueek!” Jaemin memalingkan kepalanya. “Tidak mau!”

“Hya! Kemarin ini kau habiskan, ‘kan?!” Seorang prajurit juga ikut masuk ke sel Jaemin dengan memegang pitcher air yang masih penuh. Kini seluruh prajurit, kecuali Haechan, ada di dalam sel Jaemin. Prajurit itu kemudian menyodorkan paksa cairan darah naga pada mulut Jaemin. “Ini demi kebaikanmu juga, kalau kau tidak minum ini, naga tidak akan menuruti perintahmu,”

Haechan melihat Jaemin meminum darah naga dengan paksaan dari ketiga prajurit istana. Ingin sekali Haechan menolong Jaemin. Namun tentu itu tidak mungkin.

“Hhh…hhh…. Hhh….” Nafas Jaemin tersengal-sengal usai meneguk seluruh darah naga.

“Kau ini,” prajurit yang memegang tangan Jaemin di belakangnya itu kini melepaskannya. “Padahal kau biasa minum darah makhluk mitologi. Ada apa kau sekarang?”

“Dasar penyihir bodoh,” seorang prajurit yang menarik rambut Jaemin kini hendak menendang perutnya.

“Hya!” Seru Haechan.

Seluruh ruangan menjadi hening. Haechan menghentikan tingkah prajurit yang telah semena-mena kepada temannya.

“Mwoya, kenapa kau?!” Prajurit jahat itu terlihat terusik. “Kau mau ikut memukulnya? Haha”

“Ne?” Haechan menatap panik. Ia tidak sanggup melihat Jaemin yang berwajah lemas.

“Tenang saja, dia penyihir tingkat rendah, lihat, penyihir lain memperlakukan dia seperti apa,”

“Iya Donghyuk ah,” sahut prajurit yang berpikir bahwa nama Haechan adalah Donghyuk. “Penyihir seperti dia ini, di pulau penyihir hanya berternak naga, tongkatnya tidak sesakti yang lain,” ucapnya merendahkan Jaemin.

“Aigoo, sudahlah, bukankah kita disuruh membawanya ke arena gladiator?” Haechan mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Ah, iya,” salah satu prajurit menepuk dahinya.

“Cepat-cepat,” kini giliran Haechan yang memerintah rekannya.

Jaemin dibawa oleh ke-empat prajurit ke arena gladiator. Gladiator adalah tempat yang biasa digunakan sebagai tempat pertujukan perang di istana. Di dalam arena gladiator, setiap penghuni istana dapat melihat pertarungan antara prajurit melawan prajurit maupun antara prajurit melawan binatang buas seperti singa ataupun banteng.

Kali ini Jaemin akan tes uji coba apakah ia sudah bisa mengatur naga atau belum. Haechan yang berjalan di belakang Jaemin terus gelisah. Ia takut sahabatnya ini akan celaka karena tidak dapat menjinakkan naga.

Ruang gladiator telah dibuka. Beberapa kursi penonton pun sudah penuh dengan para penyihir. Mereka bersorak menyambut Jaemin. Jaemin terlihat bingung dengan apa yang ia lihat. Semenjak ‘masuk’ ke cerita ini, baru pertama kali ini ia melihat sosok penyihir yang memiliki berbagai ragam bentuk. Jaemin merupakan sosok penyihir yang lemah, sosoknya yang mirip dengan manusia semakin membuat sang penyihir makhluk mitos tidak ada harga dirinya.

“Hya,” seorang prajurit memegang lengan Haechan. “Untuk apa kau ikut masuk?” Tanyanya menarik badan Haechan untuk segera keluar arena gladiator yang terlihat seperti lapangan sepak bola di dunia ‘nyata’.

Haechan dengan polosnya mengikuti perintah rekannya. Ia melihat punggung Jaemin sekali lagi. Jaemin kini berjalan perlahan semakin masuk ke tengah arena.

----------------++++++++------------

Suasana gelap dan misterius menyelimuti ruangan bawah tanah itu. Haechan yang berjaga di dekat pintu melihat seorang penyihir sedang berdiri di tengah ruangan sambil mengeluarkan bola kaca ajaib dari tangannya. Semua orang kini fokus dengan bola yang mengeluarkan cahaya hijau.

Bola itu kini mengeluarkan bayang-bayang. Semakin jelas hingga Haechan dapat ikut melihatnya dari kejauhan. Bola ajaib itu menunjukan bayangan sebuah rumah yang dikelilingi tanaman-tanaman tinggi dan beberapa orang dengan kuda-kuda yang berjejer rapi di depannya.

“Hyung?!” Haechan melihat pantulan bayang Mark yang berada di depan rumah. “Jeno?!” Kini ia melihat Jeno yang tiba-tiba muncul keluar dari dalam rumah. Haechan semakin kaget dikala ia juga melihat Chenle lengkap dengan pakaian istananya. “Teman-teman? Dimana mereka?!”

“Ck. Rupanya sekarang mereka bersembunyi disini,” ucap penyihir yang sedang mengeluarkan bola ajaib dari tangannya. Rupanya bukan kedua kalinya ia mencari rombongan penakhluk naga itu.

“Bakar mereka,” perintah Penyihir tua itu. “Kali ini dengan lebih banyak pasukan,”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!