10.

Keringat jelas terlihat di pelipis Jisung. Jisung yang tadi bahkan tidak dapat mengangkat pedang kini dapat mengayunkannya dengan kencang. Jisung kini sedang berlatih pedang melawan Jeno. Jeno sedikit geram karena dalam cerita ini, Jisung sama sekali tidak bisa berperang. Beda dengan Chenle yang sepertinya sudah memiliki keahlian dasar.

Jeno, Mark dan Renjun sudah beberapa hari ini ada di rumah Jisung. Jisung yang menolak ditinggal sendirian itu merengek pada hyungnya agar mereka tinggal di rumah Jisung selama Jisung membuat berbagai macam ramuan.

“Kyaaahahaha!” Suara tawa Lin-lin pun terdengar jelas di langit. Kali ini Renjun mengajaknya bermain. Ia menggendong Lin-lin dan membawanya ‘terbang’ dari satu pohon ke pohon lain. Lin-lin yang rupanya menikmati berada di ketinggian itu kini tak mau lepas dari sang ninja lincah itu.

“Hhh… ini lebih melelahkan dari pada latihan menari! Hhh..hh…” Ucap Jisung sambil memegang pinggangnya.

“Haha, kau akan terbiasa,” Mark menyemangati Jisung sambil menepuk punggungnya.

DRAP… DRAP….DRAP…

Suara langkah kaki kuda tiba-tiba datang. Mereka yang yakin itu adalah pasukan Chenle segera menghentikan aktifitas yang terdiam menyambutnya.

Chenle terlihat tersenyum menyapa teman-temannya. Rambutnya yang goyang-goyang karena pacuan kuda membuat sosok seorang pemimpin negara itu terlihat lebih imut.

“Yeey!” Renjun muncul dari langit secara tiba-tiba dan menghampiri salah satu kuda lalu mengambil sebuah bungkusan kecil yang dibawa seorang prajurit.

“Hyung!” Chenle tertawa melihat tingkah Renjun yang merebut barang bawaan pasukannya.

“Makanaaaann!” Seru Renjun sambil berlari menghampiri Jisung yang berdiri di depan rumah.

“Yey! Daging!” Renjun bersorak gembira.

“Apa ini.. aku kira kalian menyambutku,” gumam Chenle melihat seluruh temannya yang sudah masuk ke rumah Jisung.

Chenle ikut masuk ke rumah Jisung dengan seluruh pasukan yang tetap setia menunggu di depan rumah suram sosok dokter Ji.

Chenle ikut tersenyum senang melihat teman-temannya yang duduk berkumpul dan makan bersama. Ia sedikit merasakan bahwa mereka sedang ada di dunia ‘nyata’. Chenle juga melihat Jisung yang sedang memakan makanan dari sendok Mark yang sedang menyuapinya.

“Lin-lin!” Lin-lin menunjuk Chenle yang masih berdiri.

Mark yang menyadari seruan Lin-lin pun menatap siapa yang ditunjuknya. “Lin-lin mengajakmu makan bersama,” kata Mark.

“Wooow, sekarang hyung sudah mengerti bahasa Lin-lin?” Goda Jeno.

“Memang ayah yang baik,”

“Bukan, Jisung ah…” Mark mencoba mengoreksi perkataan Jisung. “Sudah berulang kali kubilang dia bukan anakku,”

Jisung hanya tertawa usil bersama Jeno dan Renjun. Kepalanya lalu teralihkan ke Chenle yang duduk di hadapannya. “Hyung, apa kau juga punya pedang seperti milik Jeno hyung?”

“Hya, tentu saja ada. Aku ‘kan ‘pangeran’,” Ucapnya saombong.

“Dia membelinya dariku,” Jeno ikut menjawab dengan mulut penuh makanan. “Beda dengan seseorang,” Jeno menyindir Renjun yang telah mengambil seluruh senjatanya tanpa membayar.

“Hya, aku bukan mengambil. Aku menyelamatkan senjatamu,” sanggah Renjun. “Waktu itu ‘kan si penyihir membawa naga, aku sudah tahu bahwa rumahmu akan dibakar,” lanjutnya, mengingatkan mereka akan kejadian pembakaran rumah Jeno.

“Hya, setelah ini ayo kita berlatih bertarung,” ajak Chenle pada Jisung. “Sepertinya kalau dengan Jeno hyung kau terlalu kewalahan. Dia kuat sekali,”

“Mmm.. tapi,” Mark ikut berbicara setelah menelan daging-daging yang dibawa Chenle. “Jisung juga harus fokus membuat ramuan, semakin cepat ia selesaikan, semakin cepat kita ke istana,”

Jisung seketika berwajah tegang. Ia membayangkan perang-perang yang akan terjadi secara liar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!