Kekasihku, Pacar Ibuku

Kekasihku, Pacar Ibuku

Chapter 1

"Cla, papa minta kamu pulang ya, Nak. Besok kamu sudah harus balik ke Indonesia. Ini penting!"

Hanya itu yang diucapkan ayahnya sebelum menutup telepon, tanpa basa basi. Clara tentu saja heran, dia baru enam bulan kuliah di Sidney, tapi sudah disuruh pulang. Kalau dideteksi dari suara ayahnya, pria itu tampak baik-baik saja.

Selama ini ayahnya selalu terbuka padanya. Hidup berdua sejak Clara kelas satu SMP, membuat keduanya saling menjaga. Saat Clara minta izin ke Sidney saja, Agus sudah berat memberikan restunya. Putri semata wayangnya akan hidup jauh darinya, tentu akan membuatnya tidak tenang. Tapi Clara berhasil meyakinkan ayahnya hingga diberi izin.

"Papa apaan sih, ini masih enam bulan udah disuruh pulang, gimana kuliahku?" ucapnya bermonolog.

Tapi karena dia begitu sangat menyayangi ayahnya, dia tidak ingin membuat ayahnya sedih, maka Clara memutuskan untuk pulang besok, setelah mengurus surat izin ke kampus.

***

Dengan penerbangan pertama, Clara pulang. Gadis itu baru 18 tahun, dan tidak pernah berpisah dari ayahnya hingga kuliah di Sidney enam bulan lalu, tapi dia gadis yang berani mencoba hal baru, yang selalu ceria dan percaya kalau semua akan baik-baik. Walau sedikit cengeng dan sentimentil. Tidak ada yang perlu ditakuti.

"Silakan, Mbak," ucap pramugari mempersilakannya masuk ke dalam kabin bisnis class.

"Maaf Mbak, tiket saya ekonomi," sahut Clara tidak mengerti mengapa dipindahkan. Dia memang anak orang kaya, ayahnya pengusaha sukses, tapi Clara buka tipe gadis manja yang suka menghamburkan uang ayahnya.

Prinsipnya baik di kelas ekonomi atau bisnis class, sama saja, akan sampai bersamaan. Jadi untuk apa membuang uang hanya demi kenyamanan yang hanya dirasakan beberapa jam saja.

"Benar, Mbak. Tapi kelas ekonomi sudah penuh. Jadi bangku anda kita ganti di kelas bisnis," terang pramugari cantik itu.

Clara tentu saja menerimanya dengan senang hati. Duduk di bisnis kelas tapi hanya membayar seharga bangku ekonomi.

Penuh semangat gadis cantik itu mengikuti langkah pramugari itu menuju tempat duduknya. Clara duduk bersebelahan dengan seorang pria yang tampak sibuk dengan benda pipih canggihnya. Clara duduk yang mulai memasang earphone di telinganya dan menikmati musik dari playlist di ponselnya yang sudah mode pesawat.

Pesawat mulai take off, dan Clara menikmati perjalanannya. Namun, dua jam mengudara, terjadi turbulensi akibat cuaca yang tampak buruk di luar sana.

Spontan Clara meremas lengan pria itu untuk berpegangan. Kukunya tentu saja menggores lengan pria itu sampai meringis kesakitan.

Dengan kasar, pria yang mengenakan masker pada wajahnya itu menarik tangannya dan membiarkan Clara dengan ketakutannya sendiri. Gadis itu tidak mau tahu, tidak diizinkan memegang tangannya, Clara menarik ujung jas pria itu, tapi lagi-lagi disentak kuat dan menatap Clara dengan tatapan kesal dan penuh amarah.

Tidak ada yang dikatakan pria itu, dia hanya sedikit menggeser tubuhnya lebih ke dekat jendela, menjauhi Clara yang dianggap perusuh. "Dasar Om-om sombong. Mungkin nih orang penjahat atau buron kali ya, gak mau menampakkan wajahnya," ucap Clara dalam hati.

Pesawat landing, bergegas Clara mengambil barang-barangnya dan bergegas menuju pinta keluar bandara. Namun, saat menunggu taksi online, Clara bertemu kembali dengan pria arogan yang sombong itu. Pria itu hanya menoleh sekilas, masih dengan sikap arogannya, pria itu melangkah pergi menyerobot taksi yang sudah lebih dulu dihentikan oleh Clara.

"Brengsek, pria itu! Dia pikir dia siapa?!" umpat Clara kesal.

***

Suasana rumah megah itu terlihat sepi. Hanya ada pak Komar dan Bi Inem yang menyambut kedatangannya.

"Akhirnya, non pulang. Bibi kangen," ucap Inem dengan kegembiraan yang terpancar jelas di wajahnya.

Clara hanya tersenyum, merangkul wanita yang sudah sejak kecil merawatnya itu. "Aku juga kangen sama Bibi dan Pak Komar. Oh iya, papa mana?"

Sepasang suami istri itu saling memandang. Seolah sulit untuk memberi jawaban dari pertanyaan Clara.

"Kok malah diam? Papa mana? Dia yang suruh aku pulang, tapi malah gak ada di rumah."

"Itu... Bapak lagi pergi, Non," jawab Inem.

"Kerja? ini kan weekend?"

"Itu... gimana ngomongnya ya, Non," sahut Inem gugup. Dia berat untuk mengatakan kebenarannya pada Clara, tapi dia kasihan pada gadis itu, menurutnya dia berhak tahu.

"Ngomong aja, Bi. Ada apa? jangan buat aku takut." Perasaan Clara mulai tidak tenang. Takut, dan khawatir kalau ayahnya kenapa-kenapa.

"Non..." Suara Komar yang kini menarik perhatian Clara. Gadis itu menghadap ke arah pria berumur 50 tahun itu. "Bapak hari ini menikah di hotel The Luna."

Bola mata Clara membulat sempurna. Pendengarannya tidak mungkin salah kan? Mereka sedang membahas orang yang sama, kan? Ayahnya?!

Gila, ini gak mungkin. Clara yakin, dia salah dengar, atau kedua orang tua ini salah bicara. "Pak Komar, bercandaannya gak lucu." Clara yang tidak percaya tapi mulai terusik.

"Saya gak lagi gak bercanda, Non. Bapak memang lagi menikah di hotel The Luna. Bapak juga menyampaikan pesan, kalau non sudah sampai, meminta saya untuk mengantarkan non ke sana."

Tubuh Clara terhempas di sofa. Lemas dan juga lunglai. Ini mimpi buruk. Masalahnya ini bukan mimpi, ini kenyataan dan dia tidak bisa menerima ini. Kenapa ayahnya tidak mengatakan hal ini padanya? Mengapa dia menikah tanpa membicarakan hal ini sebelumnya dengan dirinya? Apa dia sudah tidak dianggap? Apa ayahnya tidak lagi menyayanginya? Secepat itu berubah menjadi pria yang tertutup, tidak melibatkannya dalam keputusan penting seperti ini? Ada apa dengan ayahnya?

Banyak pertanyaan yang berkelebat di kepalanya. Tapi satu yang paling menyita pikirannya, siapa wanita yang sudah mampu mempengaruhi ayahnya untuk menikah lagi?

Dulu, setelah kematian ibunya, tepatnya dia tahun setelah duka itu, keluarga meminta ayahnya untuk menikah dengan sepupu ibunya, dengan alasan demi Clara yang saat itu dianggap sangat butuh sosok ibu di usia remajanya. Tapi dengan tegas ayahnya menolak. Mengatakan kalau dirinya tidak akan menikah lagi, hanya akan mengurus Clara di sisa hidupnya. Tapi kini?

Clara bangkit, mengambil tas tangannya, lalu berjalan ke luar yang diikuti oleh pak Komar. "Pak, jaga non Clara. Jangan sampai buat ribut dan tuan besar marah padanya. Bapak nasehati selama di perjalanan ya, Pak."

Komar hanya mengangguk. Dia juga bingung harus berkata apa pada Clara. Menyuruhnya tenang, tapi ini memang sangat menyakitkan. Dia memahami perasaan gadis itu saat ini.

"Sejak kapan mereka kenalan, Pak? Siapa gadis itu?"

Komar masih diam. Berusaha memilih kalimat yang tepat sebagai jawaban yang pas. Dia tahu semuanya, dia sendiri yang menemani tuannya ke sana ke mari demi gadis itu, tapi rasanya tidak pas kalau dia yang harus menjelaskan semuanya.

Terpopuler

Comments

Santý

Santý

la.njut

2022-10-06

0

Dara Muhtar

Dara Muhtar

Awal yang baik.... semangat Thor 👍

2022-10-04

0

Erni Handayani

Erni Handayani

Maraton dulu disini... 😍

2022-10-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!