Chapter 14

Angkasa hampir gila. Dia ingin membunuh siapapun untuk yang ada di dekatnya. Dunianya runtuh. Begitu bodohnya dirinya mengharapkan Tiara, bahkan saat gai*rahnya sudah menuntut, dia tetap menjaga agar tidak menyentuh wanita itu, tapi nyatanya, wanita itu justru hamil!

Dia seperti dipermainkan. Tidak dianggap, bahkan dipermalukan! Dia masih ingat, bagaimana wanita itu mengatakan sangat jijik harus satu kamar dengan Agus, tapi nyatanya dia mengandung anak pria itu.

"Sudah, jangan minum lagi," ucap Rizal menarik gelas kaca dari tangan Angkasa. Sudah dua botol dia habiskan sejak pulang dari rumah Clara tadi hingga subuh ini.

"Kembalikan, Zal. Aku ingin minum, sampai mabuk. Bila perlu, kalau bisa tolong tambahkan racun di minuman ini!" Ucap Angkasa meminum kembali setelah berhasil merebut dari tangan Rizal.

"Lo mabuk bahkan mau mati hanya karena seorang cewek yang gak bisa menghargai Lo? kapan lo sadar kalau Tiara memang gak cinta sama lo, dia bukan jodoh lo. Atau mungkin ini karma," ucap Rizal menggantung ucapannya, menunggu reaksi Angkasa.

Sahabatnya hanya diam, tidak bereaksi, tapi dari raut wajah Angkasa yang menatap gelasnya tampak sedang berpikir. "Karma karena lo udah menyia-nyiakan Clara."

Rizal bisa melihat kening Angkasa mengkerut, dia seolah ingat akan gadis itu, tapi perbuatan Tiara sudah mengambil kewarasannya.

Getar ponselnya di atas meja kayu itu kembali menyita perhatiannya sesaat, sebatas membaca nama si penelpon.

Tiara!

Entah sudah kali ke berapa wanita itu menghubungi Angkasa, dan masih tetap tidak mau mengangkat. Ponsel itu kembali berdering, Rizal masih menanti, mencoba menerka apa yang akan dilakukan pria itu.

Prank!

Benda pipih persegi itu hancur berkeping-keping setelah dilempar dengan kuat ke arah dinding ruangan.

Rizal tidak menebak hal itu, dia pikir paling Angkasa akan menonaktifkan ponselnya atau paling gak mengangkat hanya untuk memakai. Dari apa yang sudah dilakukan pria itu, Rizal tepat dia pasti sangat membenci Tiara saat ini.

***

"Apa yang harus aku lakukan? Kenapa Angkasa tidak mau mengangkat teleponku? Dasar bayi sia*lan! Kenapa kau harus hadir di rahimku. Mati saja kau!" umpatnya di kamar mandi, memukul perutnya dengan tangannya.

Tubuh lemahnya kini merosot dan kini terduduk di lantai kamar mandi. Dia tidak mau karena kehadiran anak ini, dia jadi kehilangan Angkasa.

"Tidak, aku harus melenyapkan janin dalam perutku ini!"

***

Dua hari berlalu, dan Angkasa masih saja terbaring di ranjang seperti mayat hidup. Bahkan untuk makan pun sudah jauh dari keinginannya.

Bel apartemennya berulang kali berbunyi. Keningnya berkerut menebak siapa yang datang. Itu tidak mungkin wanita yang sudah mengkhianatinya, hanya dia dan Rizal yang tahu alamat apartemennya ini.

Tidak ingin semakin lama telinganya sakit mendengar bunyi bel tersebut, Angkasa menarik langkahnya dengan malas, membuka pintu apartemennya.

"Papa..."

"Pulanglah, Nak. Mamamu sakit keras."

Seperti belum cukup penderita Angkasa karena pengkhianatan, kini kabar duka datang menyapanya. Wanita yang paling dia sayangi masuk rumah sakit. Tanpa pikir panjang, Kasa Pulang ke Australia.

"Mama... Apa yang terjadi?" Suara Kasa bergetar, mencoba menahan agar air matanya tidak jatuh. Wanita paruh baya itu berbaring lemah di ranjang rumah sakit.

"Mama baik-baik saja. Hanya kelelahan," jawabnya membelai wajah Angkasa dengan tangannya yang gemetar.

"Kasa, jangan terlalu lama mengajak mama mu berbicara, dia masih lemah dan harus banyak istirahat kata dokter," terang tuan Andre, pria bule asal Australia yang menikah dengan wanita Indonesia.

"Kasa..." Alma meminta perhatian pada anak mereka satu-satunya.

"Iya, Ma?" Kasa menggenggam erat tangan ibunya, seolah takut kalau tidak akan lama lagi bisa memegang tangan wanita itu.

Ibunya sudah lama mengidap penyakit leukemia. Hal itu lah yang memicu retaknya hubungan Angkasa dengan ayahnya. Demi bisnisnya, Andre meninggalkan mereka dan pergi ke Eropa. Bertahun-tahun pergi, Andrea pulang dengan membawa istri barunya yang jauh lebih muda.

Tidak terima akan perbuatan ayahnya, Angkasa bertengkar bahkan sampai memukul Andre, setelah memutus hubungan dengan pria itu, dan lari ke Indonesia.

Andre menyadari kesalahannya. Mencari putranya yang sudah beberapa tahun pergi darinya.

Wanita yang ayahnya nikahi itu pun sebenarnya wanita yang baik. Seperti yang diberitahukan ibunya saat pertama kali Angkasa kembali untuk meminta bantuan Andre demi mendapatkan Tiara, Alma bercerita kalau Cathy lah yang mengurusnya dengan baik. Jadi, Alma sudah ikhlas menerima Cathy menjadi madunya. Dia juga sadar kalau sebagai istri, Alma sudah tidak bisa menjalankan kewajibannya sebagai istri.

Saat diawal, hati Alma hancur. Angkasa tahu itu karena ibunya sangat mencintai ayahnya. Tapi lambat laun, benci itu sudah memudar kala manusi bisa mengikhlaskan segalanya.

"Mama ingin pulang ke Indonesia. Ingin tinggal di rumah nenekmu saja. Mama sudah bilang sama papamu, dan dia setuju," ucap Alma terbata-bata.

"Iya, Ma. Kita pulang ke rumah nenek," sahut Angkasa lembut. Alma sudah begitu kesusahan untuk bicara, jadi Angkasa tidak tega untuk melanjutkan percakapan mereka, ingin segera menyudahi agar ibunya bisa beristirahat. Terlihat begitu lelah dan tubuhnya sudah sangat kurus.

"Satu lagi, mama ingin kau mengabulkan permohonan mama. Kau tahu, umur mama tidak lama lagi."

"Mama, aku mohon jangan ngomong begitu. Aku gak mau mama bicara sembarangan seperti itu lagi," hardik Kasa tidak terima. Bayangan kehilangan ibunya sangat menakutkan, sungguh dia tidak sanggup.

"Oleh karena itu, Mama ingin kau segera menikah. Mama mohon, penuhi permintaan mama, Kasa..."

Sumpah demi apapun, Angkasa Mahesa ingin sekali memenuhi apapun yang diinginkan wanita yang paling berjasa dalam hidupnya itu, tapi apa yang bisa dia lakukan dengan permintaan yang satu ini?

Tiba-tiba dia ingat pada Clara. Mungkin gadis itu bisa menjadi solusi atas masalahnya. Lagi pula, tempo hari gadis itu begitu bersemangat mengajaknya untuk menikah. Walaupun tidak mencintai gadis itu, tapi setidaknya Clara bisa menyelamatkannya saat ini. Paling kalau setelah ibunya sehat kembali, dia akan menceraikan Clara.

"Kau bisa memenuhi permintaan mama? Mama tidak ingin pergi ke alam baka dengan tidak tenang karena memikirkan masa depanmu."

"Iya, Ma. Aku akan menikah. Bahkan aku kemari tadinya ingin menyampaikan pada kalian kalau aku ingin segera menikah. Mama harus sehat agar bisa aku kenalkan dengan Clara," ucap Angkasa tanpa sadar meloloskan nama Clara dari bibirnya.

"Jadi namanya Clara? Nama yang cantik, pasti orangnya juga cantik. Pa, mama ingin segara pulang ke Indonesia," ucap Alma meneteskan air mata, menatap penuh harap pada suaminya.

Angkasa yang melihat ada secercah semangat di wajah ibunya untuk sembuh, membuatnya bisa sedikit bernapas lega. Dia harus segera menemui Clara untuk melamar gadis itu.

*

*

*

Clara mau gak ya diajak nikah? Jangan lupa like komen dan kasih gift ya kakak-kakak semua, makasih 🙏☺️

Terpopuler

Comments

Wildan Ilham Ramadhan

Wildan Ilham Ramadhan

egois banget km angkasa....mending cari yg lain aja Clara..cwok model si angkasa gak pantes buat dicintai

2022-10-17

1

Santý

Santý

kasa niatmu aj sdah jht gmn dgn mm mu gk akan akan ninggal lo ingat oernikahan itu sakral

2022-10-06

0

Dara Muhtar

Dara Muhtar

Jangan terima lamarannya Cla ntar dia ceraikan kamu klo Mamanya udah sembuh atau mati 🤭🤣🤣🤣

2022-10-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!