Chapter 9

Selama acara makan malam, Tiara seolah berada di dalam api neraka, panas dan ingin keluar dari sana.

Dengan sengaja, Angkasa bersikap mesra dihadapan Tiara yang disambut tidak kalah mesra oleh Clara. "Nambah lagi, Mas," ucap Clara menyendok udang balado ke tepi piring Angkasa.

"Makasih, Cla," ucapnya dengan tatapan cinta. Hal itu tidak lepas dari pengamatan Tiara yang terlihat muak. Angkasa begitu mendalami perannya di hadapan Agus dan Clara. Sebenernya tidak sepenuhnya Angkasa berpura-pura, masakan Clara memang enak, dan Agus sesudah lama tidak makan masakan rumahan seperti ini.

Agus yang menyaksikan kedekatan putri semata wayangnya dengan Angkasa, ikut gembira. "Bagi Om pribadi, tidak masalah jika Clara nikah muda, asal suaminya orang yang baik dan mau bertanggungjawab. Om kasih tahu sama kamu, Kasa, rejeki dan juga kesuksesan seorang pria, bisa datang dari keberuntungan pasangannya. Om berharap, Clara memang membawa keberuntungan dan kebahagiaan untukmu."

Angkasa hampir saja tersedak, tapi buru-buru dia tahan. Diliriknya ke arah Agus yang tengah melihatnya, terlihat jelas pancaran seorang ayah yang berharap besar atas kebahagiaan putrinya. Lalu refleks dialihkan pandanganya pada Tiara, yang menatap jengah padanya.

Akhirnya yang diharapkan Tiara datang juga. Acara makan malam itu usai, dan Angkasa mohon undur diri. Tapi itu pun setelah merasakan amarah Tiara meledak. Saat Tiara kembali untuk mengambil air minum ke dapur, Tiara melihat jelas Clara yang sedang berdiri dihadapan Angkasa dengan wajah menengadah ke atas.

Tiara tebak, Angkasa mungkin sudah mengecup bibir gadis itu, atau gak justru Clara yang menggoda Angkasa.

"Aku pulang dulu, terima kasih makan malamnya," ucap Angkasa mencium puncak kepala Clara. Api cemburu jelas berkobar di mata Tiara yang mengintip di balik gorden. Clara yang mengantar Angkasa hingga ke depan pintu mobilnya tidak tahu sedang diawasi oleh ibu tirinya yang saat ini terbakar cemburu.

Clara tidak ada dalam rencana Tiara. Niat Tiara akan menjalani hidupnya sebagai ibu tiri gadis itu, tanpa mencari masalah dengannya. Toh, yang dia butuhkan hanya perhatian dan harta Agus.

"Ra... ini obatnya apa gak berlebihan?" panggil Agus hingga Tiara yang masih betah mengintip, masuk ke dalam memenuhi panggilan Agus.

"Ada apa, Mas?"

"Ini, aku rasa kamu berlebihan kasih obat yang warna merah, hampir saja aku telan semua," ucap Agus menunjukkan satu pil berwarna merah yang paling tinggi dosisnya. Sebenarnya bukan silap, Tiara memang sengaja. Akibat cemburu dan ingin mengakhiri semuanya, terbersit dalam pikirannya untuk mencelakai Agus.

Kalau dari obat yang dia konsumsi setiap harinya terjadi hal buruk terjadi padanya pasti tidak akan ada yang menyalahkan dirinya. Dia ingin Agus lambat laun cepat menemui ajalnya dengan memberikan obat yang berlebih.

"Oh, maaf, Mas. Mungkin tadi gak lihat kalau yang ini sudah ada di cup obat mas," sahutnya ngeles.

"Iya sudah. Mas juga tahu pasti kamu tidak sengaja. Jangan tegang begitu," balas Agus tersenyum. Kalau sudah begitu, Tiara akan berlagak menjadi istri yang sangat mencintai suaminya. Masuk dalam pelukan Agus, tapi membayangkan pria yang saat ini ada di halaman rumahnya.

***

Pukul delapan pagi, Agus dan Clara seperti biasa sudah berangkat menuju aktivitas mereka masing-masing.

Tiara yang sudah menunggu sejak tadi, langsung naik ke atas, mengambil ponselnya dan segera menghubungi Angkasa.

"Halo..." terdengar suara Angkasa dari seberang sana. Tiara tersenyum, dugaannya tepat, pria itu tidak mengganti nomor ponselnya. "Halo..." Ulang Angkasa yang merasa tidak mengenal nomor itu.

"Hai, ini aku..."

Angkasa langsung bisa menebak siapa wanita yang menghubunginya ini.

"Akhirnya kau menghubungiku...."

"Apa kau menantikannya?"

"Tentu saja."

"Kau pembohong. Kalau kau menantikan teleponku, kau tidak akan mencium Clara tadi malam!"

Angkasa tersenyum, berarti tepat dugaannya, Tiara mengintip mereka di luar. "Aku tidak menciumnya."

"Jangan bohong! Aku melihat semuanya."

Kembali Angkasa mengulum senyumnya. "Aku tidak mencium bibirnya. Aku juga tidak ingin melakukannya. Aku bersumpah. Sudahlah sayang, jangan marah, aku merindukanmu," sahut Angkasa ditengah kesibukannya memeriksa berkas yang menumpuk di mejanya. Dia tahu, perkataan seperti itu mampu membuat Tiara yang saat ini marah menjadi tenang kembali.

Tiara melayang, dia percaya atas ucapan Angkasa. Pria itu sejak dulu tidak pernah berbohong soal menyentuh wanita. Dalam hidupnya hanya ada Tiara. Bahkan saat dirinya ketahuan selingkuh dengan teman kuliahnya, Angkasa yang sangat mencintai Tiara, memaafkan gadis itu dan kembali menjalin hubungan.

"Aku juga tidak suka kau bersikap mesra pada Clara. Kau tahu betul aku cemburu. Aku gak sudi melihat tanganmu menyentuh dan membelainya. Ingat Kasa, kau hanya milikku!"

Angkasa kali ini tidak bisa menyembunyikan tawanya. Tiara yang kesal hanya bisa diam mendengar tawa pria itu. "Kasa!" Hardiknya.

"Oke, baik tuan putri. Aku hanya memainkan peran dengan sebaiknya agar ayahnya dan juga dirinya tidak curiga. Kau tenang saja, dia tidak menggairahkan seperti dirimu."

Rasa bangga menjalari dirinya. Dari dulu, Angkasa selalu mengatakan hal itu, sangat menginginkan dirinya, dan tidak tahan melihat bentuk tubuh sintalnya. Tapi setiap Tiara mengajaknya melakukan se*ks, Angkasa selalu menolak.

"Kau itu sangat berharga. Aku mencintaimu dan menghormatimu. Aku akan menunggu sampai kita menjadi suami istri," ucap Angkasa kala itu. Tapi dasar Tiara yang bi*nal, dia justru tidur dengan teman kuliahnya sendiri, saat mengadakan acara ke puncak Bogor.

"Aku rindu padamu. Ayo, kita bertemu," ucap Tiara melembutkan suaranya, hingga terdengar menggoda.

"Kau bisa datang ke kantorku. Aku akan dengan senang menyambut mu di sini."

***

Tiara tidak pernah menyangka kalau perusahaan Angkasa begitu besar. Mulai dari parkiran hingga lobi kantor, bangunan dan juga dekornya sangat indah, dan juga berkelas.

Kalau bukan karena tulisan di depan gedung ini, Mahesa Corp, mungkin Tiara tidak akan percaya ini adalah kantor milih Angkasa.

Sesuai perintah Angkasa pada sekretarisnya, begitu Tiara sampai di depan ruangannya, gadis itu segera dipersilahkan masuk oleh sang sekretaris.

"Hai, baby... Akhirnya kau sampai," ucap Angkasa berdiri menyambut Tiara. Tanpa rasa malu, demi meluapkan rasa bangganya akan kesuksesan yang dimiliki Angkasa, Tiara menarik wajah pria itu dan membawa ke bibirnya. Mema*gut dengan intens, hingga pria itu berhasil menggelinjang nikmat.

Angkasa yang sudah terpancing, membalas ciuman mesra itu dengan lebih bersemangat. Dia menginginkan ini, sudah sejak lama. Setelah puas, keduanya melepaskan ciuman itu, dan menghirup udara sebanyak yang mereka butuhkan.

"Kau selalu bersemangat, sayang," ucap Kasa menarik tangan Tiara untuk duduk di sofa tamu.

"Aku masih tidak percaya, kau pemilik perusahaan ini?"

Angkasa mengangguk sembari tersenyum, geli melihat rasa takjub di wajah Tiara yang cantik.

"Jadi selama ini kau membohongiku? Aku pikir, kau hanya seorang montir. Angkasa Mahesa, aku tidak akan melepaskanmu lagi!"

Terpopuler

Comments

Santý

Santý

angkasa2 kau dot yg je bro udah kaya mau bks irg klw janda si gpp yp bks org lain no nikah .bwat apa kaya ceo tp mau sisa org lain eh skrg malah selingku ama istri org hhhhhh

2022-10-06

0

Dara Muhtar

Dara Muhtar

Buat Kasa nyesel nanti dehh Thor karena ternyata sudah di hianati juga sama Tiara sama teman kuliahnya sebelum nikah sama Om Agus

2022-10-04

0

Erni Handayani

Erni Handayani

Matre ny nyata banget si tiara... Si angkasa juga bego udh tau tiara matre masih bela belaian bales dendam demi tiara

2022-10-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!