Sekuat tenaga, Clara menarik langkahnya perlahan, mundur dan meninggalkan tempatnya melihat adegan mesum itu. Dia mengutuk kedua orang itu.
Sesampainya di kamar, Clara menangis. Air matanya turun deras, tapi mulutnya diam. Melempar semua barang yang ada dalam jangkauannya.
Dia hancur, terpukul dan merasa dibodohi oleh kedua orang itu. Pengkhianatan mereka tidak hanya pada dirinya, tapi juga pada ayahnya.
Teringat bagaimana sikap mesra Angkasa selama ini padanya, terlebih malam ini. Ternyata semua hanya palsu belaka, cuma permainannya dengan Tiara.
Apa salahnya? Dia begitu tulus mencintai Angkasa bahkan tergila-gila padanya, tulus memperlakukan Angkasa, bahkan dia tidak mungkin bisa mencintai pria lain seperti rasa cintanya pada pria itu.
"Aku akan membalas pengkhianatan kalian ini!" Umpatnya memukul kasurnya. Malam itu Clara menangis hingga lelah dan jatuh tertidur.
***
Clara sama sekali tidak punya tenaga untuk bangun, tubuhnya lemas dan merasa tidak bergairah untuk melakukan apa-apa.
Vera akhirnya datang mengunjunginya karena Clara tidak menjawab teleponnya dan tidak masuk kuliah. Bi Inem yang membukakan pintu bagi Vera, menyampaikan kalau nona mudanya mengurung diri di kamar, tidak mau makan ataupun mandi.
"Kalau Bu Tiara, dimana, Bi?"
"Ibu pergi sejak pagi. Paling juga pulang nanti sore kalau bapak udah mau pulang kerja."
Bergegas Vera menaiki tangga, menuju kamar Clara dan mendapati gadis itu berbaring di atas ranjangnya. Pas seperti mayat yang baru saja dihabisi nyawanya.
"Lo kenapa, Cla?" tanya Vera menghampiri sahabatnya. Perasaannya sudah tidak enak. Kalau melihat keadaan Clara seperti ini, apa mungkin dia sudah tahu semua tentang Angkasa? Tentang perselingkuhan dengan ibu tirinya? Karena yang bisa membuat Clara gembira atau sedih hanya pria brengsek itu.
"Cla, gue mohon. Jawab gue. Lo tau gak, gue khawatir banget sama lo, Cla." Vera yang memiliki perasaan sensitif bahkan meneteskan air mata melihat keadaan Clara yang diam, tidak berkedip dan hanya berbaring menatap langit-langit kamarnya.
"Cla, cerita sama gue. Jangan pendam sendiri," bujuk Vera mengusap rambut Clara. Dia khawatir sahabatnya itu stres karena dikhianati Angkasa hingga menjadi gila.
"Dia khianati gue, Ver. Lo benar, orang yang lo lihat di mal itu, mereka berdua." Clara mulai bersuara, sejalan dengan air matanya yang mulai menetes lagi.
Vera tidak tega, menarik tangan Clara, menopang tubuhnya dengan bantal agar bisa bersandar di head board.
Air mata Clara tidak hentinya. Vera menghapus air mata gadis itu dengan jemarinya, dan memeluk tubuh rapuh Clara. Berdua mereka menangis, meraung hingga kelelahan.
"Lo harus kuat. Lo harus tunjukkan sama mereka berdua, kalau lo bisa kuat, bisa tegar dan bisa balas dendam sama mereka."
"Tapi gue gak tahu apa buat hidup aja gue masih sanggup apa gak? Gue gak bisa membayangkan hidup gue tanpa pria brengsek itu! Gue cinta sama dia sekaligus membencinya." Clara kembali terisak, matanya sebenarnya sudah sangat lelah menangis, tapi tetap saja turun begitu saja.
"Justru itu, mereka harus dapat pembalasan darimu. Ini demi kau dan juga ayahmu."
Diingatkan mengenai ayahnya, Agus pasti akan sangat terluka saat mengetahui kalau istri yang dia sayangi justru selingkuh dengan kekasih putrinya. Dia pasti sangat hancur, kepercayaannya sudah diinjak-injak oleh Tiara.
Clara memikirkan apa yang diucapkan Vera, dan setuju akan apa yang disampaikan sahabatnya itu. Ya, dia harus membalas dendam pada mereka.
"Tapi gue butuh waktu, Ver. Gue gak akan sanggup melihat mereka berdua."
"Gue punya ide."
***
Clara mengikuti ucapan Vera. Ini yang terbaik saat ini sekaligus yang dia butuhkan.
"Acara apa, Cla?" Tanya Agus saat gadis itu minta izin untuk mengikuti acara darma wisata, kegiatan kampus mengenal alam.
"Acara kampus, Pa. Paling tiga hari. Boleh, kan?"
"Boleh, tapi ingat jaga diri."
Setelahnya Clara menginap di hotel bersama Vera, agar keberadaan mereka tidak terdeteksi. Clara perlu waktu menyiapkan dirinya.
Selama beberapa hari menginap di sana, Clara dan Vera mengatur rencana yang akan dijalankan Clara.
"Kalau gue gak mampu? Gimana kalau gue jadi lemah kalau dia bilang sayang dan memperlakukan gue dengan lembut?" Tanya Clara yang tahu kelemahannya.
"Itu yang harus lo bentengi. Kuatkan hati lo. Setiap lo lemah, terperdaya sama rayuannya, maka ingat kalau dia sudah mengkhianati lo dan bokap lo. Ingat ciuman mereka yang lo lihat malam itu!"
Hari kedua Clara pergi dari rumah, barulah Angkasa menghubunginya.
"Lihatkan, setelah seharian tidak ada kabar, dia baru menghubungi mu. Aku yakin, pasti Tiara yang memberitahukan padanya kalau kau sedang ikut darmawisata," ucap Vera melihat layar ponsel Clara yang dibiarkan tergeletak di atas ranjang.
"Jadi gue harus jawab apa gak nih?" tanya Clara bingung.
"Jawab aja. Suaramu buat semanis dan sebiasa mungkin."
"Halo..."
"Kau dimana? Kenapa tidak menghubungiku? Sampai kapan kau ada di luar kota?"
Tes!
Air mata Clara turun. Sekaligus amarahnya. Dari mana pria itu tahu kalau dia sedang tidak berada di Jakarta kalau bukan dari Tiara. Mereka pasti bertemu, tanpa ada sedikitpun rasa bersalah dan rasa malu. Angkasa bahkan selingkuh dengan wanita beristri.
"Tahu dari mana aku lagi gak di Jakarta?"
Terdengar hening di seberang. Dia yakin saat ini Angkasa sedang memikirkan jawaban untuknya.
"Aku ke rumahmu," ucap Angkasa.
"Oh..." Clara tahu kalau pria gugup dan mencari jawaban acak. Tapi biarlah, dia tidak peduli lagi. Sekali pembohong tetap pembohong.
"Kapan kau pulang? Aku merindukanmu."
"Sabar ya, Mas. Lusa aku akan pulang. Apa benar mas merindukanku?" ucap Clara bersikap genit, sesuai arahan Vera.
"Sangat," terdengar Angkasa menjawab dengan singkat.
"Aku juga. Aku sudah gak sabar ketemu dengan mu, Mas."
***
Setelah memantapkan hatinya, Clara pulang ke rumah. Melanjutkan hidupnya. Saat Angkasa datang menemuinya, pria itu tidak putusnya menatap Clara. Ada yang berubah dari gadis itu.
Clara sekarang sudah menggunakan riasan, bahkan rambut panjangnya kini dia potong sebahu, membuatnya terlihat semakin cantik dan menggemaskan.
"Kau memotong rambutmu? Bahkan kau memakai riasan," ucap Angkasa memperhatikan wajah Clara yang begitu cantik.
"Mas gak suka? Aku pikir kalau aku dandan gini, Mas Kasa suka," jawab Clara tersenyum.
"Tentu saja aku suka."
Saat mereka mengobrol, tidak hentinya Angkasa mengamati bibir Clara. Kalau selama ini gadis itu terlihat sederhana dan bahkan tanpa riasan, kini tampak semakin dewasa.
Angkasa tergoda ingin sekali menikmati bibir mungil itu. Dia mendekatkan diri dan ingin menyentuhkan bibirnya ke bibir Clara, tepat saat itu Tiara dan Agus yang baru pulang kondangan masuk hingga membuat keduanya menjauhkan tubuh mereka.
Clara bisa melihat tatapan kesal Tiara akan apa yang dia lihat. Menatap tajam ke arah Angkasa yang pasti dianggap mengkhianatinya.
"Selamat malam, semakin lama papa lihat kamu semakin lengket saja dengan Angkasa. Papa jadi takut nih, kalian kelewat batas," ucap Agus tersenyum.
"Kalau begitu, kenapa kita gak menikah saja, Mas? Boleh kan, Pa?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Santý
btul2 sekali kamu jenius cla
2022-10-06
0
Dara Muhtar
Setuju dengan usulan Vera...buat Kasa jatuh cinta sama kamu Cla begitu jatuh cinta beneran Langsung hempaskan biar dia tau gimana rasanya sakit tapi tak berdarah
2022-10-04
0
Erni Handayani
Aku yg baca dada panas banget... Gemes sama si kasa
Good clara jangan jadi cewe lemah
2022-10-01
0