Kalau lah Vera berani mengucapkan hal itu langsung pada Clara, tapi nyatanya kalimat itu hanya bisa diungkapkan dalam hatinya. Ini seperti granat yang siap dibuka ujungnya dan meledak lah sudah.
"Yuk, Ver. Malah bengong ini anak," ucap Clara menarik tangan Vera. Rasa lapar gadis itu mendadak hilang. Dia tidak berselera lagi, jadi memilih hanya menyendok sedikit ke piringnya.
Dalam pikirannya saat ini Vera mereka adegan saat bertemu dengan Angkasa dan Tiara di mal itu. Benar, wajah Tiara lah yang dia lihat bersama Angkasa. Ini tidak benar, dia orang sudah mereka kadalin.
Tiba-tiba wajah Clara berubah ceria. Dia menerima pesan dari Angkasa, berupa foto sebuah cincin bermata satu. Berlian indah yang pastinya akan cantik di jarinya, lengkap dengan disertai kalimat di bawahnya.
'Maaf, kalau belakang ini aku gak punya waktu untukmu. Izinkan aku menggantikannya dengan ini. Apa kau suka?'
***
"Cla, ingat gak waktu lo nanya gue, apa ibu tiri lo selingkuh di belakang bokap lo?" Pertanyaan Vera yang tiba-tiba menarik perhatian Clara dari diktatnya. Ujian mid semester akan segera dimulai satu jam lagi, jadi Clara sejak tadi fokus berkutat dengan diktatnya.
"Iya ingat. Nah, karena lo udah ketemu sama dia, gimana menurut lo? Dia selingkuh apa gak?"
"Selingkuh!"
Spontan Vera menjawab. Dia sudah memikirkan dari kemarin, kalau dia akan memberitahu Clara.
"Nah, kan feeling kita sama." Clara kembali membalas pesan yang dia terima dari Angkasa.
"Siapa?" Vera yang sejak tadi memperhatikan tingkah sahabatnya yang senyum-senyum sendiri, merasa penasaran.
"Angkasa. Lihat nih, dia beli apa?" Clara menunjukkan layar ponselnya, memamerkan foto cincin yang dikirim Angkasa. Bergantian mata Vera menatap wajah Clara lalu beralih ke layar ponsel.
Bagaimana dia bisa mengatakan yang sebenarnya kalau sudah begini? Apa dia tega merusak kebahagiaan sahabatnya?
Vera memilih diam. Berharap akan ada waktu yang tepat yang membuat Clara bisa mengetahuinya kebusukan dua orang itu.
***
Malam itu kegembiraan Clara bertambah. Ayahnya pulang dari Bali membawa banyak oleh-oleh untuknya. Pergi beberapa hari, tentu saja membuat Clara sangat merindukan ayahnya.
Tidak sampai di sana, Clara juga mendapat surprise karena kedatangan Angkasa yang tanpa memberitahukan padanya lebih dulu.
"Gimana kabar tuan putri kita hari ini?" Tanya Angkasa menggenggam tangan Clara dan membawa ke bibirnya untuk dia cium.
"Baik. Apalagi setelah bertemu dengan anda, your Highness," jawab Clara tersenyum. Selama makan malam, Clara tidak henti-hentinya melirik Angkasa, memuaskan rasa rindunya yang sudah hampir seminggu tidak bertemu.
"Sebelum Angkasa datang, kau terus saja menempel pada papa, begitu pujaan hatimu tiba, papa kau lupakan," ucap Agus tertawa renyah, menggoda putri dan berhasil membuat Clara malu.
Tiara di seberang sana, yang duduk tepat di depan Angkasa hanya bisa tersenyum mengejek ke arah Clara karena sandiwara Angkasa bisa buat gadis itu percaya.
Dari bawah meja, Tiara yang tidak tahu malu, meluruskan kaki hingga menyentuh kaki Angkasa. Pria itu tersentak, menatap lurus ke arah Tiara yang seolah tidak berdosa, melanjutkan suapannya. Senyum samar di bibir wanita itu menjelaskan segalanya. Rasa tidak terimanya terhadap sikap Angkasa pada Clara yang terlalu dekat pada gadis itu.
"Ada apa, Mas?" Tanya Clara yang melihat wajah terkejut pria itu.
"Hah?" Tanyanya berhasil mengalihkan pandangannya pada Clara. "Oh, gak ada apa-apa." Angkasa mencoba menekuk kakinya, menegakkan tubuhnya agar kaki Tiara tidak bisa menyentuhnya.
Acara makan malam sudah usai. Para pelayan datang merapikan meja makan dan makanan yang masih sisa.
"Papa gak bisa menemani. Masih capek. Papa istirahat dulu, ya," ucap Agus yang diangguk Clara dan Angkasa berbarengan. Tiara dengan sigap, menunjukkan dirinya yang sebagai istri yang setia melayani suami, ikut memapah Agus ke kamar mereka.
"Cla, kita ke ruang depan yuk," ucap Angkasa setelah mereka semua selesai makan. Angkasa ingin memberikan cincin yang tadi dia janjikan pada Clara.
Gadis itu mengangguk dan dengan jantung berdebar, mengikuti langkahnya.
"Secantik apapun benda ini, tidak akan ada artinya dibandingkan kecantikan mu. Semoga kau menyukainya, ya," ucap Angkasa, menarik tangan Clara dan menyematkan di jarinya.
"Terima kasih. Ini indah sekali," balas Clara dengan mata berbinar. Angkasa melihat sorot mata itu, baru pertama dia lihat dari seorang gadis. Sorot mata yang tulus menyampaikan terima kasih dan terharu karena sudah diperlakukan begitu spesial. Angkasa tidak tahan melihat mimik wajah menggemaskan sekaligus bibir sensual penuh Clara yang begitu penuh.
Hatinya bimbang. Dia ingin mengecup bibir ranum itu, tapi dia ingat akan Tiara. Sampai detik ini dia tidak pernah mencium bibir Clara.
Tapi tatapan gadis itu sungguh menggoyahkan imannya. "Hanya satu ciuman, tidak akan ada artinya," batinnya menangkup leher Clara dan mencium bibir merah muda itu. Lembut dan terasa manis. Angkasa menjelajah, menikmati tekstur lembut bibir Clara. Angkasa semakin melayang, dia mabuk dan ketagihan.
Semakin lama, ia melu*mat bibir itu mencercap dan memancing dengan lidahnya hingga Clara membuka mulutnya.
Angkasa harus melepas ciuman itu karena melihat wajah merah Clara yang kekurangan napas. Gadis itu menahan napas selama mereka berciuman, dan terlihat lega kala Angkasa menyudahi ciuman itu.
"Kenapa kau menahan napas? Atau ini... Jangan bilang ini adalah ciuman pertama mu?"
Clara yang malu hanya bisa menunduk. "Cla?" Panggil Angkasa hingga gadis itu mendongak.
"Apa ini ciuman pertamamu?" Ulang Angkasa. Clara hanya mengangguk lemah. Dia tahu ini sudah terlambat untuk ciuman pertama. Mahasiswa mana yang belum pernah ciuman? Ya dirinya lah.
Angkasa mengulum senyum. Ada perasaan bangga dan haru karena bisa menjadi pria pertaman yang menikmati bibir Clara. "Besok kita ciuman lebih hot. Aku ajari ciuman yang benar, hingga kamu gak usah lagi menahan napas kalau kita sedang melakukannya," bisik Angkasa di telinga Clara hingga membuat tengkuk gadis itu merinding.
Pukul 11, Angkasa pamit. "Naiklah, gak usah diantar," ucap Angkasa membelai rambut Clara kala gadis itu ingin menunggui Angkasa pulang.
"Gak papa kok, aku temani ke luar," ucap Clara membantah.
"Gak usah Cla. Naiklah. Kau sudah lelah. Jadi gadis penurut, biar besok aku ajari cara ciuman yang benar," ucap Angkasa kembali menggodanya.
Clara berhasil tunduk, dia mengangguk dan naik ke kamarnya. Dia masih sempat menoleh ke belakang saat di anak tangga ke lima, Angkasa memang langsung pulang tanpa menoleh lagi ke belakang.
Clara menghempas tubuhnya ke ranjang. Mengangkat tangannya yang kini tersemat cincin pemberian Angkasa di jarinya. Tiba-tiba dia ingat kalau dia juga punya kado yang dia beli tadi siang untuk Angkasa.
Karena Angkasa memberikan kado cincin padanya, Clara berinisiatif membelikan dasi untuk pria itu yang ditemani Vera.
Clara bergegas mengambil kado yang ada di atas meja belajarnya, lalu berlari kecil menuju depan. Dia yakin masih sempat mengejar Angkasa dan memberikan kadonya.
Tepat di pintu ruang depan, Clara melihat pemandangan yang menghancurkan dunianya seketika. Wajahnya pucat, dengan seluruh energi yang dia punya, Clara meremat kado yang sedang dia pegang. Dunianya jungkir balik melihat kedua orang yang dia kenal itu saling mema*gut bibir dengan liarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Santý
ya bgtu lah clara hrs siap patah hati tp klw bda jgn patah ht karena madih buayak cwok yg antri padamu ok y
2022-10-06
0
Dara Muhtar
Syukurlah Cla secepatnya kamu ketahui kebusukan dua orang itu dasar munafik Kasa dengan Tiara
2022-10-04
0
Erni Handayani
Aku suka banget sama othor cerita ny gak bertele2
Buka mata kamu lebar2 clara gak ada cinta kasa buat kamu dia jahat
2022-10-01
0