Chapter 7

Clara tidak mengerti, terkadang sikap Angkasa begitu berubah-ubah. Sudah 30 menit mereka berada di pesta ini, dengan segala hiruk pikuk orang-orang yang seperti lupa diri berdansa, bergembira, tapi Angkasa hanya duduk diam, sembari menghisap rokoknya dengan panjang lalu menahan sesaat di dadanya lalu menghembuskan asapnya ke udara, seperti orang yang sedang banyak pikiran dan menimbang apa yang akan dia lakukan selanjutnya.

Clara yang begitu buta karena cinta rela hanya berdiam diri, menurut tanpa banyak bertanya. Dia dianggurin. Bahkan kala ada beberapa pria yang mencoba menggodanya, mengajak berkenalan atau mencoba mencolek dirinya, Angkasa hanya diam, tidak peduli.

"Aku ke toilet dulu," ucap Clara. Angkasa yang tidak peduli hanya mengangguk sekilas, lemah dan lagi-lagi merasa tidak ambil pusing.

Clara hanya bisa menangis di toilet. Dadanya sesak, sikap Angkasa jelas melukai hatinya. Dia sudah berdandan secantik ini hanya untuk menyenangkan pria itu, membuatnya bangga diantara teman-temannya. Tapi apa balasannya? Jangankan untuk mengenalkannya dengan temannya, bicara padanya saja tidak. Dia dianggap patung di sisi pria itu.

Merasa sedikit lega, Clara kembali ke tempatnya dan mendapati Angkasa tidak ada di sana. Clara semakin ketakutan. Dia tidak mengenal siapapun di hotel ini. Hanya banyak orang mabuk dan juga tidak beradab yang sedang melakukan hubungan **** di sofa, di bawah sinar lampu disko yang temaram.

Sejatinya pesta ini bukan tempat hanya untuk bergembira dengan cara menikmati musik dan acara, tapi juga ajang mencercap bagian tubuh satu sama lain.

Tidak ingin tersesat, Clara memutuskan untuk duduk menunggu Angkasa. Dia hanya bisa berharap pria itu tidak lupa kalau sudah membawanya ke sini.

Disudut ruangan, Angkasa tampak sedang menyampaikan berita sekaligus perintah pada Rizal yang tadi dia minta datang.

"Gue udah memulai rencana. Gue udah ketemu dengannya. Seandainya lo tadi lihat wajah terkejutnya kala bertemu gue, lo pasti akan tertawa puas. Dia pikir dia bisa lari dari gue?!" Terangnya berapi-api.

"Memangnya tujuan utama lo apa? Dia juga sudah menikah, dan gue rasa gadis itu lebih cantik dari Tiara, dan yang terpenting dia sangat mencintai lo."

Sesaat Angkasa diam. Tidak akan ada orang yang bisa mengerti perasaannya saat ini. Dia ingin menghukum Tiara atas pengkhianatan nya, tapi dia juga ingin mengambil kembali Tiara untuknya.

Kali ini dia akan mengubah aturan mainnya. Kalau selama ini dia yang terlalu menggebu-gebu pada Tiara, kali ini, Angkasa akan membuat Tiara yang memohon padanya, memohon untuk kembali pada wanita itu. "Gue ingin kasih Tiara pelajaran, sampai dia sendiri yang mau kembali sama gue, meninggalkan tua bangka itu!"

"Lalu Clara? lihat, dia begitu panik menunggumu. Khawatir kau tidak akan kembali untuknya. Apakah tidak ada belas kasih di hatimu? Apa hatimu tidak bergetar kala melihat ketulusannya padamu?" Rizal mengumpat kesal atas perlakuan bengis Angkasa. Tidak seharusnya gadis sebaik Clara dijadikan alat untuk pelampiasan amarah dan dendamnya pada Tiara.

Angkasa mengikuti arah tatapan Rizal. Ya, gadis itu masih di sana. Wajahnya penuh rasa takut dan cemas. Tapi hati Angkasa tidak menyimpan simpati padanya. Sejak awal dia mendekati gadis itu memang ingin menjadikan anak tangga masuk ke dalam keluarga Dinata.

Wajah Clara bisa jadi lebih cantik dari Tiara, tapi hati Angkasa selalu bergetar untuk Tiara, cinta pertamanya!

Satu jam dibiarkan sendiri, Angkasa akhirnya kembali. "Sorry, tadi ada kolega yang ingin mengajak kerja sama. Pembicaraan alot, jadi lama."

"Oh, gak papa. Aku hanya takut kalau kau meninggalkanku sendiri di sini." Air mata Clara sudah mengembang di pelupuk matanya.

Angkasa yang tahu kalau gadis itu akan menangis dan tidak tahan melihat hal itu, memilih untuk membuang muka. "Kita pulang...."

***

Seminggu dari acara pesta itu, Angkasa tidak menunjukkan batang hidungnya. Clara sudah coba menghubungi, tapi tidak diangkat pria itu, terakhir malah nomornya sudah tidak aktif.

Tekad Clara sudah bulat. Dia ingin menanyakan kejelasan hubungan mereka yang katanya pacaran tapi malah seperti orang yang tidak punya hubungan apapun.

Pasrah dengan situasi yang dia hadapi, Clara sudah tidak ingin mengingat Angkasa setelah masuk dua Minggu yang tidak ada kabar berita.

Tapi sore ini, saat pulang kuliah, mobil Lamborgini sudah parkir di pintu fakultasnya. Begitu turun dari lantai dua, Clara sudah bisa langsung melihatnya. Hatinya yang layu langsung berbunga-bunga.

"Hai... lama gak ada kabar," sapa Clara yang tidak tahan menunggu Angkasa menyapanya.

"Sorry, aku sibuk mengurusi perusahaan dengan proyek baru. Kau tidak marah, kan?"

Secepat kilat Clara menggeleng dan tersenyum. Dia akan memaafkan Angkasa asal pria itu tetap ada di sisinya.

"Yuk, kita pulang. Aku lapar. Apa kau bisa masak? Aku ingin makan masakanmu," ucap Angkasa.

Clara memang tidak jago masak, tapi dia bisa melihat cara dan menu di YouTube. Dia juga bisa minta bantuan bi Inem. "Ya udah, kita ke rumah aja."

***

Dari atas balkon kamarnya, Tiara melihat mobil Angkasa masuk. Dari balik tirai tempatnya bersembunyi, dia bisa dengan jelas melihat sikap Angkasa yang begitu mesra dengan Clara.

Dia ingin sekali turun, menarik pria itu untuk mengatakan ketidaksukaannya pada hubungan mereka. Tiara cemburu, dan melihat kemesraan itu sangat mengganggunya.

"Tunggu sebentar ya, aku siapkan dulu. Aku masak yang simpel aja, gak papa, kan?"

"Apapun yang kau masak, pasti aku suka," sahut Angkasa tersenyum. Memilih surat kabar langganan keluarga itu untuk dibaca.

Tampaknya Agus belum pulang sore itu, rumah terlihat sepi. Dia yakin sebentar lagi dia tidak akan sendirian.

"Aku perlu bicara denganmu." Suara Tiara dari arah belakang sama sekali tidak membuatnya terkejut. Bahkan dia sudah menebak ini karena semuanya adalah bagian dari rencananya.

"Maaf, Anda sedang bicara denganku?"

"Please, Kasa. Gak usah bersikap seolah kau tidak mengenalku. Sini, kita harus bicara!" Tiara sudah menarik tangan Angkasa, melewati pintu samping, keluar ke belakang rumah. Di balik pohon ceri besar di sana, keduanya berdiri saling berhadapan.

"Kasa, apa maksudmu sebenarnya?" Tiara sudah mulai mengintrogasi tujuan Angkasa.

"Maksudnya? Aku gak mengerti," ucapnya dengan sudut bibir tertarik. Senyum penuh kemenangan mengembang di bibirnya.

"Gak usah pake berlaga bodoh. Bukan ketepatan kau mengenal Clara. Apa sebenarnya tujuanmu memacarinya? Kau ingin mengganggu ku, kan? Kau ingin menyakitiku?" pekik Tiara kalap. Dia harus mendapatkan penjelasan dari Angkasa, agar dia bisa tenang.

"Hahahaha.... Kau memang sangat mengerti diriku, ya. Kau benar, jujur saja aku mendekati Clara ingin membalas dendam padamu. Siapa sangka, saat aku mendekatinya, dia begitu saja jatuh cinta padaku. Apa kau tidak lihat, bagaimana caranya menatapku, matanya selalu memancarkan rasa cinta, sama seperti diriku yang dulu, kala tergila-gila padamu!"

Terpopuler

Comments

Santý

Santý

kasian clara .jg diri baik2 clara

2022-10-06

0

Dara Muhtar

Dara Muhtar

Jahatnya kalian berdua sama Cla dengan Ayahnya buat nanti Kasa bucin sama Cla dong Thor....ndak tega liat Cla di sakiti sama Kasa sedih 🥺🥺

2022-10-04

0

Ellin So

Ellin So

dan loe akan menyesal karena memanfaatkan Clara,,,,,,,
setelah Clara pergi dari genggaman, loe baru menyadari bahwa loe jatuh cinta pada Clara,,,,,
n ntar selamat berjuang untuk mendapatkan hati yang telah kau sakiti

2022-10-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!