Chapter 15

Pagi-pagi sekali Angkasa sudah tiba di rumah Clara. Hari itu memang libur karena tanggal merah. Tiara yang mengetahui Angkasa datang segera menghampiri pria itu ke ruang tamu, tidak peduli kalau nanti suaminya akan melihat mereka dan curiga padanya.

"Kasa... Akhirnya kau mau datang menemuimu. Aku minta maaf, aku janji akan membuang anak ini. Kasih aku waktu. Aku akan segera meminta cerai," ucapnya memegangi lengan Angkasa namun segera menepis tangan wanita itu.

Rasanya begitu menjijikkan, harus bersentuhan dengan Tiara. Dia juga tidak ingin datang kalau bukan karena ingin menemui Clara. Sudah sejak kemarin dia menghubungi gadis itu tapi hingga detik ini dia tidak mau mengangkat.

"Kasa, aku mohon. Kasih aku satu kesempatan lagi, Sayang. kau gak perlu menunggu hingga tiga bulan, besok bukan hari ini... Hari ini aku akan minta cerai."

Kasa melirik ke arah dalam rumah, bi Inem lewat dan segera didatangi nya. "Bi, tolong panggilkan Clara. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan. Katakan padanya aku menunggu di sini."

Bi Inem berlalu, tepat saat berpapasan dengan Agus yang turun mencari Tiara. "Kau di sini rupanya. Oh, ternyata Angkasa datang. Apa Clara sudah diberitahu?"

"Sudah, Om. Tapi sebenernya aku bukan hanya ingin mencari Clara, tapi juga ingin bicara dengan om."

Pandangan mata Tiara membulat sempurna. Dia berpikir kalau Angkasa akan mengatakan semuanya pada Agus, tentang hubungan mereka selama ini. Kalau sampai Agus tahu, habislah sudah dia. Dia memang ingin meminta cerai, tapi dengan alasan lain, bukan karena dibenci Agus, agar pria itu memberikan sedikit saja bagiannya.

Angkasa sempat melirik dan melihat wajah Tiara yang penuh ketakutan. Dia menikmati ketakutan wanita itu, tapi untuk saat ini bukan itu yang terpenting, melainkan membujuk Clara menikah dengannya secepatnya.

Tepat saat itu wanita yang dia tunggu datang. Gadis itu tampak dingin menatapnya, tapi ketika Kasa mengamati lebih lama, barulah Clara mau tersenyum padanya.

"Clara, kenapa kau gak ngangkat telepon ku?" Angkasa berdiri, meminta gadis itu untuk duduk di dekatinya. Clara diam sesaat, lalu mengikuti kemauan pria itu.

Sejak malam diumumkan Agus kalau istrinya sedang hamil, Clara sudah tidak ingin melanjutkan permainannya untuk mendekati Angkasa, toh setelah ada bayi itu tidak ada gunanya lagi. Hanya ada dua pilihannya, mereka akan kawin lari, atau tetap pura-pura di depan ayahnya. Dia ingin sekali dia memberitahu ayahnya perihal bayi itu, mengatakan kalau itu anak hasil perselingkuhan Tiara dengan Angkasa, tapi melihat kebahagiaan ayahnya, dia jadi tidak tega.

"Maaf, Mas. Dari kemarin aku sibuk dengan tugas kuliah. Rencananya setelah selesai baru menghubungi mas, tapi jadi lupa. Ada apa, Mas? Apa ada hal serius?"

Clara melihat sorot mata Angkasa tidak seperti biasa, jadi dia menduga kalau ada hal buruk yang sedang terjadi, tapi apa? Sejauh yang dia tahu, hal buruk yang berhubungan dengan pria itu adalah mengenai Tiara.

"Clara, aku mau melamarmu. Menikahlah denganku. Aku mohon."

Semua orang yang mendengar ucapan Angkasa terkejut. Tiara bahkan sampai menganga. Ini mimpi buruk baginya. Hanya karena amarah, Angkasa mau menikahi Clara. Dia tahu, ini cara Angkasa ingin menghukumnya.

"Bukankah lebih baik kalau Clara selesai kuliah dulu?" Ucap Agus memecah keheningan. "Bukan begitu, Cla?"

Clara belum menemukan suaranya. Dia hanya diam menatap tajam Angkasa. Apa yang tengah direncanakan pria itu terhadapnya? Mengajaknya menikah setelah menerima kabar kalau mereka akan punya anak?

"Ini pasti siasat mereka berdua. Apa yang sedang mereka rencanakan?" batin Clara masih diam namun tidak berkedip melihat Angkasa.

"Benar kata mas Agus. Lebih baik tunggu Clara selesai kuliah. Nanti kalau sudah jadi dokter, mau nikah juga gak jadi masalah," imbuh Tiara. Dia tidak akan membiarkan kedua orang itu menikah, terlebih karena Angkasa yang memang sangat dia cintai ternyata penguasa kaya kini.

Kalaulah saat dulu Angkasa memintanya untuk menunggu, dia lakukan, maka dia tidak perlu menikah dengan Agus. Tapi apa gunanya, nasi sudah jadi bubur, yang bisa dia lakukan adalah menghalangi rencana Angkasa untuk menikahi Clara. Dia tidak bisa kehilangan pria itu, apapun yang terjadi.

"Aku bersedia. Aku ingin kita nikah secepatnya. Kalau bisa lusa!" Seru Clara tahu ini pasti tidak akan diterima Angkasa. Mana ada yang mau menikah dadakan seperti itu.

Pengantin gila yang hanya mementingkan waktu hanya dua hari pada calon pengantin pria. Clara berani bertaruh, kalau Angkasa akan mundur. Inilah cara Clara menjauhi pria itu. Dia muak memerankan gadis bodoh yang pura-pura tidak tahu tentang perselingkuhan pacarnya dengan dengan ibu tirinya.

"Baik. Kita menikah lusa."

***

Clara kembali melirik jam tangannya, entah sudah ke berapa kali, tapi yang ditunggu belum datang juga.

"Mas, saya pesan es jeruknya lagi ya."

Saat pelayan itu pergi barulah Vera muncul. "Sorry, gue juga udah buru-buru. Jalanan macet. Lagian lo apa-apa sih? kenapa minta ketemunya dadakan sih, mana cuma ngasih gue waktu 30 menit?" rutuk Vera masih terengah-engah. Begitu si pelayan datang membawa pesanan Clara, Vera langsung menenggak isi gelas itu sampai habis.

"Pesan dua lagi, Mas," ucap Clara menoleh pada pelayan restoran itu.

"Udah, bayar napas gue yang ngos-ngosan ini dengan menceritakan semua yang lo bilang gawat!"

"Besok gue nikah!"

"Apa? Lo gak salah ngomong kan? Atau jangan-jangan lo nge prank gue ya?"

"Buat apa gue nge prank? Gak lihat mukak gue udah panik kayak gini? bantuin gue!"

"Tolak aja, kalau lo gak mau. Lagian lo bilang udah gak penting nahan Angkasa lagi, toh dia juga akan berhubungan dengan Tiara karena mereka punya anak."

"Karena itu, gue tu pengen banget ngomong sama bokap gue, tapi lo tahu bokap gue senang banget bakal punya anak!"

Keduanya diam saat pelayan mengantar pesanan mereka. Menyeruput minuman itu hingga habis setengahnya. "Cla, gimana lo iya-in aja, habis itu lo gak usah datang. Biarin dia malu di depan tamu undangan."

Clara merasa apa yang dikatakan sahabatnya itu ada benarnya. Ini sekalian pembalasan indah buat Angkasa. Kalau sampai dia marah atau merasa dibohongi olehnya, maka saat itu lah dia akan bongkar perselingkuhan Tiara dan dirinya.

***

Hari yang dinanti tiba. Clara dengan tenang merias dirinya di dalam kamar hotel tempat akan diadakan ijab kabul. Pernikahan dadakan ini terkesan lucu dan seperti main-main.

Dia akan menikah, tapi siapa orang tua dan anggota keluarga Angkasa saja dia tidak tahu, karena Angkasa melamarnya seorang diri, katanya orang tuanya masih ada di luar negri, dan akan ada di acara pernikahan itu.

"Gimana Ver? Udah pada rame? Angkasa udah di sana?" Tanya Clara melalui panggilan telepon.

"Sesuai rencana. Tamu udah berdatangan. Angkasa juga udah siap. Seandainya lo lihat, dia ganteng banget, sayang penipu," Terang Vera.

Clara sama sekali tidak tertarik. Yang dia pikirkan adalah bagaimana caranya minta izin keluar pada perias ini.

"Udah, lo udah bisa run sekarang," lanjut Vera langsung mematikan sambungan telepon.

*

*

*

Waduh, jadi nikah gak ya?

Terpopuler

Comments

Santý

Santý

duh menakutkan sekali cara lu bls dendam cla semoga berhasil semangattttt

2022-10-06

0

Dara Muhtar

Dara Muhtar

Kabur aja Cla ndak usah hadir kalau kamu ndak mau sakit kedepannya toh Kasa mau nikah sama Lo karena permintaan Mamanya yang udah sekarat

2022-10-04

0

Siti Fatimah

Siti Fatimah

muda²han nikahnya batal ada jalan keluar buat pernikahannya batal 🙏

karna angkasa menikahi Clara bukan karena cinta tapi karena mamahnya yg sudah sekarat dan kecewa SM Tiara selingkuhan nya ..

2022-09-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!