Angkasa baru saja menutup teleponnya. Dia menghembuskan napas dengan berat. Semua rencananya akan dimulai malam ini. Kalau dirinya adalah sosok Angkasa yang dulu, pasti rasa bersalah terhadap Clara pasti muncul saat ini. Tapi nuraninya sudah mati karena seorang wanita, dan tujuan utamanya hanya untuk balas dendam.
Hembusan angin siang itu menyapa kulitnya. Berdiri di balkon ruangannya, Angkasa ditarik oleh tali kenangan, membawa dirinya masuk pada arus kenangan yang menyakitkan.
"Aku mencintaimu. Aku tidak akan pernah meninggalkan," ucap wanita itu. Angkasa ingat betul suaranya saat mengucapkannya, bahkan dia masih ingat warna gaun yang dia pakai saat mereka bertemu.
Tapi nyatanya itu adalah pertemuan terakhir mereka. Gadis yang paling dia cintai, pergi tanpa kabar berita. Malam itu, saat hujan turun dia datang menemuinya ke rumah.
Awalnya orang tua gadis itu tidak mengizinkannya untuk bertemu anaknya, tai Angkasa tetap menunggu, diterpa hujan deras dan angin kencang. Gadis itu hanya bisa menangis menatap kekasihnya berdiri di bawah hujan menunggunya.
Ayah pemaksa itu akhirnya mengizinkan putrinya keluar, untuk menemui Angkasa, menjelaskan sekaligus memberitahukan ini adalah pertemuan mereka yang terakhir.
"Aku minta maaf, aku tidak bisa bersamamu lagi. Aku akan menikah dengan pilihan ayahku."
"Apa yang kau katakan? Aku mohon sayang, jangan bercanda seperti itu. Hatiku tidak bisa menerimanya. Kau tahu betul aku sangat mencintaimu," ucap Kasa mere*mas tangan gadis itu, tapi tanpa perasaan langsung ditariknya.
"Aku serius. Aku tidak bisa menggantungkan harapanku padamu, yang hanya mekanik miskin yang tida punya apapun. Aku bosan hidup susah. Aku ingin punya segalanya," ucap gadis itu tanpa rasa bersalah. Walau ini bukan dari hati seluruhnya, tapi kenyataan bosan akan hidupnya yang pas-pasan memang benar.
Ayahnya menawarkan dirinya menikah dengan bos besar, walau sudah tua, dia masih bisa berharap dapat harta yang sangat berlimpah. Pengaruh dari ayah dan ibunya, membuatnya mengambil keputusan menerima lamaran dari CEO kaya raya.
"Kau mau harta? aku bisa berikan. Kasih aku waktu seminggu, aku akan berikan apa yang kau mau."
"Kau bisa apa dalam waktu seminggu?"
"Katakan kau akan menungguku. Seminggu ini aku akan kembali, dan memberikan apa yang kau inginkan." Angkasa memegang erat tangannya sembari memohon. Wanita itu tidak punya pilihan lain selain mengangguk. Sorot mata Angkasa yang sudah menghitam membuatnya takut, jadi jika cepat dia mengikuti keinginan Kasa, maka dia akan segera pergi.
Tapi itu hanya anggukan semu di bawah rinai hujan. Buktinya wanita itu tetap saja melanjutkan rencananya menikahi pria kaya dan melupakan janjinya pada Angkasa.
Padahal demi dirinya, Angkasa membuang egonya hingga mau menemui ayahnya yang sudah empat tahun ditinggalkannya. Meminta untuk membantunya, hingga ayahnya yang begitu gembira anaknya mau pulang dan mau bicara padanya lagi, menuruti kemauan Angkasa. Tapi semua tetap tidak ada gunanya. Orang yang dia suka sudah pergi meninggalkannya.
"Hufffh... " Kembali Angkasa menarik napas, setelah menghirup cuma dalam. Kenangan menyakitkan itu terbayang begitu saja di pelupuk matanya. Setelah sebulan, kini mereka akan bertemu lagi.
***
Sudah sejak setengah jam lalu Clara mematut dirinya di cermin. Penampilannya sangat cantik. Tidak menor, tapi bentuk wajah yang memiliki rahang bak putri bangsawan membuat Clara tampak sangat cantik dan juga menawan.
"Belum datang juga?" Suara Agus mengagetkannya Clara. Dia menoleh ke belakang, tatapan lembut ayahnya yang dulu dia rasakan kini kembali. Clara bisa merasakan itu saat ini.
Clara hanya menggeleng pelan. Dia juga sebenarnya was-was, kalau sampai Angkasa tidak datang, maka hatinya pasti hancur.
"Apa Angkasa sebenarnya mempermainkan gue, ya? Dia cuma becanda kalau suka sama gue," batinnya.
Tapi semua keraguannya dibayar lunas. Sebuah Lamborghini hitam memasuki halaman rumahnya. Clara yang sejak tadi berdiri memandang dari jendela, meremas gorden yang ada dihadapannya.
"Papa, dia udah datang," ucapnya seraya tersenyum sembari melangkah keluar. Dia ingin menyongsong kedatangan Angkasa, pria spesial yang saat ini menguasai hati dan pikiran.
Angkasa menatap punggung Clara yang sudah menjauh. Menyadari waktu berlalu begitu cepat, karena kini putri kecilnya sudah menjadi gadis dewasa yang mulai menyukai lawan jenis.
Tidak perlu waktu lama, Clara sudah menggandeng Angkasa masuk ke dalam untuk bertemu dengan ayahnya.
"Agus Dinata."
"Angkasa Mahesa."
"Silakan duduk. Clara, buatkan minum untuk Angkasa."
"Makasih Om, lain kali saja. Kami harus segera pergi," ucapnya mengedarkan pandangan, seolah mencari-cari seseorang.
"Baiklah kalau begitu. Om titip Clara. Ingat Cla, jangan pulang terlalu malam. Oh iya, sebentar." Agus berlalu ke dalam, dan tidak berapa lama, Kemabli ke luar dengan menggandeng Tiara.
"Perkenalkan, ini istri Om, mama sambung Clara."
Duar!
Tiara seolah disambar petir, walau di luar sana tidak ada hujan. Jantungnya seolah berhenti berdetak. Mati. Dingin dan hancur berkeping-keping.
"Ini tidak mungkin. Mengapa harus dia yang jadi kekasih Clara!" batinnya masih menatap kaget wajah Angkasa. Mencoba menyakinkan dirinya kalau itu memang Angkasa, kekasihnya. Bukan, mantan tepatnya.
"Selamat malam nyonya Dinata, perkenalkan saya Angkasa." Pria itu menyodorkan tangannya mengharapkan uluran tangan dari Tiara.
Sebenarnya saat pertemuan ini bukan hanya Tiara yang gelagapan, hatinya yang tidak tenang, bahkan merasa tidak sanggup untuk situasi saat ini. Angkasa juga merasakan hal yang sama, tapi dia bersikeras untuk maju. Ini sudah sesuai dengan rencananya.
Penuh rasa kikuk, Tiara menerima uluran tangan Angkasa. Menjabat tangan pria itu dengan gemetar. "Tiara...," ucapnya lemah.
Angkasa memberikan senyum mengejek, menyeringai seolah mengejek Tiara yang bisa dia temukan. Pria itu terus mengamati Tiara yang salah tingkah. Dia suka melihat kepanikan dan juga gelisah serta rasa takut yang ditunjukkan wanita itu padanya.
"Baiklah, kami pergi dulu, Papa."
Hingga satu jam kepergian Clara dan Angkasa, Tiara belum berhasil mengembalikan energinya yang tersedot karena keterkejutannya. Mengapa dia harus bertemu dengan pria itu lagi? Saat dia sudah mulai menata hatinya dan mulai ikhlas dengan hidupnya saat ini?
Apa hanya kebetulan Clara mengenal Angkasa? Bahkan mereka adalah pasangan kekasih? Tidak! Tiara tidak terima. Hingga detik ini dia masih sangat mencintai Angkasa. Tidak bisa melupakan pria itu. Dia ikhlas menerima keadaannya saat ini, tapi dia juga tidak berharap akan selamanya seperti ini.
Seperti kata ayahnya, dia hanya perlu menunggu kematian Agus yang saat ini sudah sakit-sakitan. Setelah itu dia akan bebas. Dan tujuan utamanya saat waktu itu tiba, dia akan mencari Angkasa dan kembali pada pria itu, dengan semua harta warisan dari Agus.
"Angkasa, apa tujuanmu mendekati Clara? Aku tahu cintamu hanya padaku. Aku tidak akan membiarkan siapapun mendapatkan mu karena selamanya kau hanya milikku!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Santý
lo lo jht sekali ibu tiriku .biar agys mati yaaa
2022-10-06
0
Dara Muhtar
Ternyata kamu benar Cla klo Tiara hanya ingin harta Ayahmu dan Kasa cuman mau balas dendam lewat kamu sama Tiara...kasian kamu Cla 🥺🥺
2022-10-04
1
Erni Handayani
Tuh tiara cewe gila harta plus serakah... Pengen gw jambak aja rasa ny
Awas lo kasa gw sumpahin bucin sama clara
Tapi jangan harap clara mau sama lo setelah tau niat lo deketin dia.
Sesuai prolog aja thor gak rela clara sama kasa aku tuh
2022-10-01
1