Penuh Emosi Clara mendobrak pintu kamar hotel tempat ayahnya mengucapkan janji suci dengan istri barunya. Clara ingin sudah buru-buru menuju kamar itu, berniat untuk menggagalkan pernikahan sirih ayahnya, namun takdir berkata lain, acara ijab qobul itu sudah selesai. Ayah dan juga ibu barunya tengah disalami oleh beberapa orang yang hadir di sana sekaligus menjadi saksi atas pernikahan itu.
"Clara..." Pekik Agus melihat ke arah putrinya yang sudah berdiri diambang pintu. Bergegas berdiri menyambut kedatangan Clara.
"Cla, kamu sudah sampai?" Tanya Agus gugup. Melalui mata penuh amarah, Clara menatap penampilan ayahnya dari atas hingga ke bawah. Pria itu tampak rapi dan lebih muda dari yang terakhir kali mereka bertemu.
"Apa semua ini, Papa?" tanya Clara dengan suara dingin dan datar. Dia tidak sudi melayangkan tatapannya ke arah ibu tirinya. Hanya pada mata ayahnya, demi menuntut penjelasan.
"Nanti papa jelaskan. Sekarang papa mohon kau tenang."
Deru, asisten ayahnya paham situasi yang saat ini sedang terjadi, dan bos beserta keluarganya butuh privasi untuk membicarakan banyak hal.
"Sebaiknya kita semua keluar. Mari, Pak," ucapnya pada penghulu dan juga para saksi yang diundang.
Kini dalam kamar itu hanya ada mereka bertiga. Suasana horor menyelimuti ruangan itu. Clara enggan untuk duduk walau sudah berulang kali diminta ayahnya. Dia berdiri tegak lurus ke arah ibu tirinya yang meremas tangan sedikit ketakutan.
Bagaimana tidak Clara marah. Wanita itu hanya lebih tua beberapa tahun darinya. Dari mana ayahnya mendapatkan calon istrinya itu? Bukan calon istri tapi kini sudah menjadi istri.
"Clara, ini Tiara. Sekarang ayah sudah menikah dengannya, dan dia adalah ibu tiri mu," terang Agus perlahan, sembari mengamati wajah Clara apa ada perubahan, atau anaknya itu akan bersikap bar-bar pada Tiara.
"Hei, wanita, kenapa kau memilih menikah dengan pria yang sudah lebih pantas menjadi ayahmu? kau sangat cantik, tidak mungkin tidak bisa mendapatkan yang lebih muda. Apa karena harta?" bentak Clara, emosinya tersulut. Dia bahkan ingin menjambak sanggul wanita itu.
Tiara hanya diam, menatap ke arah Clara, lalu ke arah Agus seolah minta dukungan.
"Cla, jaga ucapanmu. Hormati Tiara. Sekarang dia adalah istri papa, ibu kamu."
"Ibuku sudah ada di liang kubur! Aku tidak punya ibu dan tidak mau memanggil ibu pada wanita manapun, selain orang yang sudah melahirkan ku."
"Terserah, tapi suka atau tidak, Tiara sudah menjadi istri papa. Papa gak mau mendengar kalau kau bersikap buruk padanya."
"Jadi papa lebih milih dia dari aku? putri kandung papa?"
"Papa mohon, Cla. Jangan buat papa jadi serba salah. Papa mohon. Bertahun papa sudah setia pada ibumu, tidak bolehkan ayah merasakan kebahagiaan di hari tua papa?" ucap Agus memelas. Kebahagiaannya tidak akan lengkap kalau putrinya tidak merestui pernikahannya ini.
Sebenarnya Agus sadar kalau dia sudah bersikap salah, menikah tanpa mengatakan apapun pada Clara sebelumnya. Keadaannya begitu cepat. Agus yang beberapa bulan ini kurang sehat karena umurnya yang sudah tua, disarankan oleh karyawan sekaligus orang kepercayaannya untuk menikah lagi, agar ada yang mengurusnya.
Awalnya Agus merasa hal itu tidak mungkin. Selain tidak ingin menikah lagi, dia juga tidak punya pilihan yang mau dinikahi hanya untuk mengurusnya, hingga Burhan menyodorkan putrinya yang masih muda. Tiara menerima pinangan Agus dan akhirnya mereka menikah.
"Aku tetap tidak terima. Terserah papa mau apa. Aku akan kembali ke ke Australia."
"Tidak. Papa sudah suruh orang untuk mengurus surat pindahmu. Kau sudah tidak terdaftar lagi di kampus mu, dan papa sudah mendaftarkan di sini."
Bola mata Clara membulat sempurna. Dia tidak percaya apa yang sudah dia dengar. Diamatinya pria itu. Bertanya dalam hati benarkan pria yang ada di depannya ini adalah ayahnya? pria yang slalu menyayanginya, tidak pernah menyimpan rahasia darinya, bahkan selalu menghargai pendapatnya tidak memutuskan sepihak akan masa depannya seperti ini.
"Papa... papa jahat! Aku membencimu, papa!" Jeritnya berlari meninggalkan ruangan itu.
Dunianya jungkir balik seketika. Ini bukan mimpikan? apakah dia sedang tidur saat ini dan semua yang baru saja terjadi tidak nyata?
Tapi tida ada gunanya membodohi diri sendiri. Ini benar terjadi. Ayahnya sudah membuangnya demi istri barunya.
"Kemana, neng?" tanya sopir taksi online memecah keheningan.
"Terus aja, Pak. Nanti saja kasih tahu."
***
"Gila, lo di sini, dan gak ngabarin gue?" ucap Vera yang mendapat telepon dari Clara, meminta nya untuk datang ke tempatnya saat ini.
"Panjang ceritanya. Lo temani gue malam ini ya. Kita mabuk sampai pagi."
Vera hampir pingsan mendengar hal itu. Diamatinya Clara yang mengelus diameter permukaan gelasnya. Ini benar Clara teman dekatnya, tapi mengapa menjadi aneh? Gadis yang tidak pernah menyentuh alkohol justru minum hampir mabuk seperti sekarang ini.
"Lo ada masalah hidup apa, sih?"
Clara diam. Masih bergeming menatap gelasnya yang sudah kosong, memindahkan isinya ke dalam perutnya, membakar tenggorokannya dilewati minuman itu.
"Cla..."
"Bokap gue nikah lagi."
Setelah itu Vera tidak mengatakan apapun lagi. Duduk menemani sahabatnya itu. Ikut menikmati minuman yang ada di hadapannya.
"Hai, cantik. Berdua aja. Ikut Om, yuk?" Seorang pria buncit dengan mengenakan stelan jas lengkap mendekati Clara, merangkul pundaknya hingga dan mulai mendekatkan bibirnya ke telinga Clara.
"Woi, apa-apaan ini. Dasar bandot tua!" Pekik Clara mendorong pria gendut itu hingga terjungkal ke belakang.
"Bos, anda tidak apa-apa?" tanya tiga orang anak buahnya yang tidak jauh dari sana.
"Dasar, Pela*cur. Sok jual mahal ya, sini! Aku bisa membayarmu berapapun yang kau minta!" ucap bos gendut menjambak rambut Clara.
Gadis itu tentu saja me*rintih kesakitan. Tangannya berusaha menggapai Vera yang telah rubuh, meletakkan kepalanya di atas meja bartender.
Pria gendut terus menjambak Clara membawa menjauh ke tengah ruangan. Di sudut ruangan itu, beberapa pasang mata menatap ke arah mereka dengan tatapan tidak peduli. "Kenapa itu?" tanya temannya yang juga tengah mengamati kegaduhan itu.
"Tuan Broto, menginginkan gadis itu, tapi gadis itu tentu saja tidak mau. Beliau salah menduga, dia pikir gadis itu 'barang'," terang pemilik klub malam itu.
"Memangnya bukan? Lantas siapa?"
"Tadi temannya bilang waktu mencarinya ke sini, namanya Clara Dinata, putri tunggal Agus Dinata," terangnya kembali mengenal pengusaha sukses itu.
Agus Dinata memang beberapa kali menjadi bahan ulasan di majalah bisnis atau pun televisi.
Mendengar nama Agus Dinata, pria yang sejak tadi tidak peduli itu kini menegakkan tubuhnya, melihat ke arah Broto dan Clara yang mencoba melepaskan diri sembari memaki-maki Broto. Pria itu segera berdiri dan menuju ke sana. "Lo mau kemana, Sa? Angkasa, Lo mau kemana?" ucap Rizal, mengikuti langkah sahabatnya.
Begitu tiba di depan Broto, Angkasa langsung melepaskan satu pukulan ke wajah pria itu hingga terjungkal ke belakang. "Kau baik-baik saja?" tanyanya menarik tangan Clara untuk bisa berdiri tegak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Dara Muhtar
Mana ada anak yang setuju Ayahnya nikah lagi yang ada pasti pada marah² semua sama Ayahnya...moga aja Clara ndak di perkosa kasian 🥺🥺
2022-10-04
1
Erni Handayani
Mana ada anak setuju bapak ny nikah lagi apa lagi sama yg masih muda
Pasti ujung ny demi harta
2022-10-01
0
Nana Biella
jangan sampai Clara perkosa ya Thor kasihan 😭😭
2022-09-07
1