Chapter 3

Hanya dalam hitungan detik, pria itu sudah berhasil mengalahkan lawan. Semua anak buah Broto tergeletak tidak berdaya di lantai. Tentu saja bandot tua itu tidak terima atas apa yang terjadi dengan anak buahnya. Tidak hanya itu, rencana untuk menikmati tubuh Clara juga batal jadinya.

"Aku akan buat perhitungan denganmu. Siapapun kau, aku tidak akan membiarkan kau lolos!" Ancaman yang sama sekali tidak membuat Pria gagah itu.

Mungkin Clara sudah mabuk, tapi matanya tidak henti mengamati pria itu karena tampan rupanya. Clara terpesona pada sosok pria yang sudah menyelamatkan kehormatannya.

"Terima kasih," ucapnya tersenyum kikuk. Jantungnya berdebar kencang, seolah di dalam sana ada lomba maraton.

"Kau baik-baik saja?" ulang pria itu datar, namun berusaha menunjukkan rasa pedulinya pada Clara.

"Aku baik-baik saja. Dan itu berkat mu. Oh iya, aku Clara, namamu?"

Melihat tinggi dan perawakan pria itu, jelas Clara menilai dia lebih tua darinya, tapi untuk perkenalan pertama, biarlah, tidak perlu formal.

"Aku Angkasa. Panggil saja Kasa."

Tepat setelah mengucapkan namanya, kepala Clara yang sejak tadi sudah berputar dan terasa berat, berhasil membuatnya roboh, jatuh pingsan. Beruntung Angkasa sigap menangkap gadis itu.

"Sekarang gimana?" tanya Rizal mengamati gadis itu. Dia bahkan tidak tahu apa tujuan sahabatnya itu ikut campur. Dia tidak pernah tertarik dengan urusan orang, terlebih saat ini dia sedang dihadapkan sebuah masalah yang sangat besar, yang tidak mampu dia atasi.

"Urus temannya. Aku urus gadis ini." Tanpa menunggu jawaban Rizal, Kasa sudah membawa Clara ke apartemennya. Sebenarnya dia ingin mengantar gadis itu pulang, tapi dia belum tahu alamatnya. Lagi pula kepentingan dirinya yang ingin dia ambil dari keberadaan Clara.

***

Angkasa terhenyak dari tidurnya. Suara getaran ponsel dari dalam tas Clara membuatnya terjaga. Awalnya ingin diabaikan, tapi begitu mati, ponsel itu kembali bergetar.

Ada bimbang di hatinya, apakah dia harus membuka tas Clara dan melihat siapa yang menghubungi gadis itu. Tapi setelah lama mendengarkan, Angkasa membuka tas dan meraih ponsel Clara.

'Papa Calling...'

Kasa kembali memasukkan ponsel itu ke dalam tas gadis itu, menjauhkan dari dekatnya agar dia tidak terganggu.

Ada keinginan di hatinya untuk melihat tawanannya ke kamar. Gadis itu tertidur nyenyak setelah memuntahkan sebagian isi perutnya. Angkasa bahkan hampir saja merobek pakaian gadis itu, tapi itu tidak akan menguntungkan bagi dirinya.

Dia harus bisa mendapatkan perhatian dan juga kepercayaan gadis itu agar seluruh rencananya berhasil. "Ternyata kau adalah gadis di pesawat itu. Takdir kadang memang suka bercanda. Kita dipertemukan lagi. Tapi sial bagimu, karena harus menjadi umpan dari segala rencanaku," desisnya menutup pintu kamar dan segera pergi dari sana.

***

Pagi menjelang, suara burung terdengar riuh di luar sana. Sedikit banyak sudah membuat tidur Clara terganggu. Lagi pula, kepalanya yang masih terasa sakit membutuhkan lebih banyak waktu untuk tidur.

"Di mana ini?" Pekiknya kala membuka mata lebar dan menyadari kalau ini bukan kamarnya. Coba diurut kembali kejadian semalam yang dia ingat.

Dimulai dari hotel yang dia datangi, tempat ayahnya menikah. Ya, benar. Ayahnya sudah menikah lagi kini. Tanpa sadar dia meremas selimut yang menutupi tubuhnya hingga bata ketiak. Lalu dia ingat, demi membuang rasa kesal dan ingin melupakan masalahnya, dia pergi ke klub malam, minum dengan Vera, sampai... sampai....

Spontan tubuh Clara terduduk. Benar, ini pasti kamar pria itu. Seketika diintipnya ke dalam selimut. Dia masih mengenakan pakaian lengkap, tidak ada yang terasa sakit di antara pahanya. Jadi, dia boleh tenang kini.

"Gila, gue dibawa ke rumah nya? Terus pria itu mana?" cicitnya sembari menurunkan kakinya, menapaki lantai menuju luar. Diendusnya kemejanya terasa bau muntah hingga dia ingin muntah.

Begitu membuka pintu, dia hanya mendapati ruangan kosong, tapi ada bau sedap yang diciumnya semerbak dalam ruangan itu. Diusapnya permukaan perutnya yang datar. Dia lapar.

Dengan instingnya, dia mengikuti asal aroma itu, dan tepat itu adalah dapur dan di sana dia disuguhi pemandangan yang membuat jantungnya kembali berdegup kencang. Pria itu sedang memasak omlet, dengan outfit yang buat Clara susah menelan salivanya.

Angkasa dengan segala kesempurnaan tubuhnya hanya mengenakan boxer tidur yang pendek, dan mengenakan kaos putih yang membentuk isi tubuhnya. Perut kotak-kotak dan juga bisep yang membuat Clara bergidik menjadi daya pikat pria itu.

"Hai, kau sudah bangun?" Sapa nya tersenyum. Kan, benar, Clara jadi salah tingkah lagi. Kenapa sih dia sangat tampan? Clara hanya mengangguk. Suaranya hilang di bawa kabur gugupnya yang begitu terlihat.

"Sini. Kita sarapan dulu," ucap Kasa dengan sorot mata tajam. Anehnya aura berkuasa Kasa membuatnya tunduk. Seolah sudah terhipnotis oleh pesona pria itu. Bahkan kalau pria itu memintanya lompat dari lantai 20 ini, dia akan lakukan dengan senang hati.

Mereka makan dengan hening. Clara yang biasanya ceria dan suka banyak cerita hanya diam, karena si pemilik rumah juga diam. Dia tidak pernah menyukai seseorang seperti ini. Biasanya justru dia yang didekati para pria di kampusnya.

"Habiskan makanmu, habis itu aku antar pulang. Aku mandi dulu," ucap Angkasa beranjak dari sana. Tinggallah Clara yang mengamati bagaimana bo*kong kenyal tapi berotot itu naik turun saat Kasa berjalan.

"Ya Allah, apa yang ada dalam pikiran gue? Kenapa jadi cewek gak ada akhlaknya, sih?" cicitnya tersenyum malu atas pikirannya sendiri.

***

"Terima kasih sudah diantar," ucap Clara lembut. Mobil Angkasa sudah berhenti di depan rumahnya. Pria itu mengamati bangunan tinggi dan luas itu dengan seksama, seolah ingin mencari seseorang, menebak apakah ada orangnya di atas sana. "Masuk dulu," tawarnya penuh harap.

Dia tidak ingin menjadi gadis munafik. Dia sudah terpikat pada Angkasa dan belum ingin berpisah, masih ingin ada di dekat pria itu.

"Lain kali. Masih banyak hari-hari untuk kita bisa bertemu. Aku juga harus ke kantor."

"Apa kita akan bertemu kembali?"

"Tentu saja. Apa kau tidak mau bertemu dengan ku lagi?"

"Mau...." Clara menutup mulutnya. Malu karena sigap menjawab pertanyaan Angkasa. Harusnya kan dia agak jual mahal sedikit.

"Baiklah, kalau begitu," ucap Kasa menandakan dirinya menunggu Clara untuk turun. Tapi gadis itu malah bengong, masih diam meremas jemarinya. "Clara?"

"Oh, iya baik. Aku turun. Sampai jumpa," ucapnya keluar dari mobil mewah itu.

Clara bahkan tidak berniat untuk bergerak sejengkal pun dari tempatnya hingga mobil itu hilang di belokan rumahnya.

Clara tidak bisa menyembunyikan wajahnya gembiranya. Angkasa berjanji mereka akan bertemu lagi, hari dimana yang akan Clara tunggu.

"Akhirnya kau pulang juga!"

Terpopuler

Comments

Dara Muhtar

Dara Muhtar

Kasa kayaknya pacar Mama tirinya Clara dehh 🤭

2022-10-04

0

Erni Handayani

Erni Handayani

Duh clara belom kenal udh bucin aja... Biar cinta ya kali mau lompat dr lantai 20😅

2022-10-01

0

Muhyati Umi

Muhyati Umi

kasian Clara cuma jadi alat balas dendam

2022-09-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!