Clara patuh saja dibawa Angkasa kemana dia suka. Mereka tiba di sebuah cafe, tempat yang kata Angkasa steik nya enak. "Ada yang ingin aku bicarakan denganmu, jadi kita cari tempat yang enak buat ngobrol. Kamu gak papa kan kalau mampir dulu?"
"Gak papa kok," ucapnya lembut. Dia harus jaga sikap, jangan terlalu bersemangat, tapi gak bisa. Dia memang begitu bersemangat saat bersama Angkasa. Padahal sikap pria itu tidak hangat, bahkan sangat pendiam, tapi kenapa Clara ingin sekali berdekatan dengannya.
Angkasa memesan dua steik untuk mereka, tanpa menawarkan atau bertanya pada Clara apa yang dia inginkan.
Clara tidak masalah. Apa saja yang dipesan pria itu pasti Clara suka. "Ehem..., Cla, ada hal yang ingin aku sampaikan padamu. Aku tahu mungkin menurutmu ini hal yang tidak masuk akal, tapi nyatanya ini terjadi. Seminggu aku buat jarak darimu, tidak menghubungimu hanya untuk meyakinkan apa yang aku rasakan saat ini."
Clara menghentikan suapannya. Perutnya sama sekali tidak lapar sebenarnya, tapi untuk menghargai Angkasa dia menyantapnya sesekali. Tapi kini dia semakin tidak ingin makan, hanya ingin mendengar Angkasa bicara padanya.
Pesona pria itu benar-benar sudah menghipnotis Clara. Dia sangat menyukainya, bahkan menurut Clara, dia sudah mencintai pria itu. Cinta pada pandangan pertama.
"Cla, aku menyukaimu, dan aku ingin kau menjadi kekasihku."
Clara yang menyedot minumannya, hampir muncrat kembali lewat hidung.
Ini mustahil, gak mungkin kan secepat itu? Dia nembak gue dong...
"Cla, kok bengong? gimana? Kamu mau kan jadi pacarku?" tanya Angkasa sedikit mendesak. Dia harus mendapatkan gadis itu, bagaimanapun caranya.
Clara bisa apa? ini kan sesuai harapannya. Tapi dia gak nyangka secepat ini. Kembali dia amati wajah Angkasa, siapa tahu ini cuma candaan pria itu saja. Namun, melihat sorot mata pria itu, yang masih menunggu jawaban dari ini, Clara tahu ini serius.
"Apa kau malu, pacaran dengan orang yang jauh lebih tua darimu? Takut dibilang jalan sama Om-om, ya?"
"Hah? Bukan gitu. Aku mau kok. Hanya gak nyangka aja, kamu secepat ini nembak aku. Malah aku yang gak pede pacaran denganmu, pasti mantanmu cantik-cantik, ya?"
Angkasa diam. Rahangnya mengeras. Clara sudah mengingatkannya pada seseorang yang saat ini paling dia benci, sekaligus sangat dia rindukan. Wanita yang sudah mampu membuatnya melupakan harga dirinya, menjumpai ayahnya di Australia, hanya demi mewujudkan keinginan sang mantan. Tapi setelah semua pengorbanannya, apa yang Angkasa dapat? Sebuah pengkhianatan!
"Mas Kasa?"
Suara Clara menyentak lamunannya. Kembali amarah itu di kunci dalam peti di hatinya. Dia harus fokus yang mendapatkan tujuannya.
"Eh, kenapa?"
"Aku tanya, kenapa cepat banget nembak aku. Mas Kasa benar suka atau cuma main-main sama aku?"
"Aku... Aku suka kok samamu."
***
Clara tidak hentinya tersenyum. Sejak tadi entah sudah berapa kali dia berguling ke kiri dan ke kanan di atas ranjangnya sambil memeluk boneka Doraemonnya.
Kini dia sudah sah pacaran dengan Angkasa. Dan itu lebih dari cukup untuk mengembalikan mood dan anggapannya tentang kehidupannya yang suram sejak pernikahan ayahnya. Tidak ada hal yang lebih membahagiakan dari itu.
Walau membenci ayahnya, peraturan di rumah itu tetap diikutinya. Makan malam bersama ayah dan ibu tirinya.
"Ini, Mas," ucap Tiara menyendok ikan ke piring Agus. Clara sempat melirik adegan romantis singkat itu, dia lihat raut wajah ayahnya yang gembira karena mendapat perhatian dari Tiara. Ada rasa sedih yang dia rasakan. Sudah lama ayahnya tidak terlihat begitu bersemangat dan gembira seperti ini.
Wajahnya memancarkan sinar bahagia yang dulu dia lihat ketika ibunya masih ada. Clara bertanya-tanya dalam hati, benarkah kalau Tiara adalah pilihan tepat untuk ayahnya? Apakah dia seharusnya juga menerima kehadiran Tiara di keluarga ini?
"Cla, kamu juga makan yang banyak, ya? Ini aku yang masak. Cobain." Suara Tiara memecah lamunannya. Wanita itu bahkan sudah meletakkan ikan di atas piringnya.
Kali ini Clara tidak marah atau menunjukkan sikap bermusuhan. Sedikit demi sedikit dia menyadari satu hal, mungkin ayahnya selama ini memang kesepian, butuh teman cerita terlebih butuh seorang istri yang bisa mengurus keperluannya.
Lagi pula, Clara juga sudah punya pasangan, yang pasti akan menyita waktunya hingga lebih sedikit waktu untuk ayahnya. Itulah siklus hidup. Semua manusia akan dipertemukan dengan pasangannya masing-masing. Baiklah, mungkin Clara tidak perlu lagi mengusik keberadaan Tiara di rumah ini.
***
Clara ingat kalau Malam ini dia ada janji bertemu dengan Angkasa. Katanya pria itu ingin mengajaknya ke pesta ulang tahun temannya, dan mungkin akan pulang larut. Ini kali pertama Clara akan pergi dan pulang akan larut malam, terlebih dengan seorang pria, jadi dia pikir dia harus izin pada ayahnya terlebih dahulu.
Dia turun mencari ayahnya yang sedang duduk berdua dengan ibu tirinya, menikmati berita yang sedang viral saat ini, penembakan seorang oknum polisi.
"Pa, aku izin nanti malam pergi ke luar, ya?"
"Pergi kemana?" Tanya Agus lembut. Walau lambat dia tahu sikap putrinya sudah lebih menerima Tiara. Tidak mencari keributan seperti setiap hari dia lakukan terhadap istrinya. Jadi, dia tidak ingin membuat mood Clara memburuk karena melarangnya pergi.
"Malam Minggu."
"Sama Vera?"
"Bukan, sama pacarku," ucapnya jujur. Biarlah ayahnya sudah mengkhianati kepercayaan dan janji mereka untuk selalu bersikap jujur satu sama lain, tapi Clara tidak akan melupakan janji mereka.
"Kamu udah punya pacar? Baru seminggu kuliah di sini, anak papa udah dapat pacar? Ra, Clara belum pernah pacaran sebelumnya, ini pacar pertamanya. Artinya anak papa udah dewasa. Papa akan izinkan, asal kamu janji ya jaga diri."
"Iya, Pa," ucapnya semringah. Seolah ingin saling tukar izin, Clara janji akan belajar menerima keberadaan Tiara. Mungkin benar dia memang tulus pada ayahnya. Kalau benar begitu, maka dia akan turut gembira untuk mereka.
"Selamat ya, Cla. Semoga bahagia."
"Makasih," ucapnya mencoba tersenyum. Masih belum ikhlas sepenuhnya, tapi Clara janji akan bersikap baik pada Tiara mulai saat ini.
"Suruh dia jemput kamu ke rumah. Papa ingin bertemu dengannya. Sekali bertemu, papa yakin bisa menilai dia, baik atau tidak untuk mu."
Clara hanya mengangguk, lalu bergegas ke kamar. Dia tidak punya waktu. Pukul 7 hanya tinggal beberapa jam lagi, dia harus bergegas memilih pakaian, berdandan dan terutama menyiapkan mentalnya.
Clara tahu, teman-teman Angkasa pasti seumuran dengannya, berwawasan luas dan juga sangat ekslusif. Dia tidak ingin mempermalukan pacarnya itu, karena sudah memacari mahasiswa semester dua. Bahkan umur mereka terpaut enam tahun.
"Halo, Mas Kasa... nanti jadi kan jemput aku ke rumah? Papa ingin bertemu dengan mu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Dara Muhtar
Jangan pertemukan Kasa dengan Ayahmu Cla ntar ketahuan sama Tiara kalo kamu tuh pacaran sama Mantannya
2022-10-04
0
Ellin So
sasaran dendam loe kurang tepat Kasa,,,,
awas ntar kalo cla udah sakit hati sulit untuk bujuknya,,,,,,
2022-10-04
0
Erni Handayani
Oh paham... Kasa marah karena tiara pacar ny lebih milih ayah ny clara
Ya iyaa tiara gak buta pak agus lebih kaya dr lo kasa... Modelan tiara minta di azab kaya ny di thor🤣
2022-10-01
0