Tetangga yang menyaksikan begitu terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan oleh ustad Zaki.
"Astaghfirullah hal azim, apa benar yang aku dengar tadi?" bisik tetangga pada tetangga yang lain.
"Iya, aku juga mendengarnya!?" mereka tidak terlalu jelas mendengar tapi mereka yakin tadi ustad Zaki mengucapkannya.
"Ya Allah kebaikan apa yang telah aku perbuat hingga putriku di lamar oleh ustad seperti ustad Zaki!?" Bu Narsih masih tampak tidak percaya, ia sampai memeluk putrinya.
"Iya Bu, ustad Zaki melamar Zahra!?" ucap Zahra lirih di dalam pelukan ibunya, ia yang nyaris tidak pernah menampakkan air matanya di depan siapapun kini tidak bisa menahan air matanya.
"Ustad, apa yang saya dengar tadi benar adanya?" tanya pak Warsi lagi masih dengan suara gemetar bercampur parau karena air matanya.
"Iya pak, kalau bisa malam ini juga karena saya tidak mau terjadi fitnah setelah ini!" ucap ustad Zaki dengan begitu yakin. Pernikahan hari ini, besok atau lusa ia rasa akan sama saja. Karena ujungnya ia akan tetap menikah dengan Zahra.
Jika memang Zahra adalah takdir jodoh saya, ya Allah saya akan ikhlas menerimanya .....
"Baiklah, sekarang juga." ucap pak Warsi begitu bersemangat dengan tubuhnya yang lemah, pak Warsi pun kemudian menatap Imron,
"Imron, cepat pergi ke masjid. Azan baru saja berkumandang, segera ikut sholat isya' dan umumkan pada jama'ah kalau sebenarnya lagi ada pernikahan. Beritahu kyai Irsyad dan kyai Hasyim."
"Baik pak!" ucap Imron yang sudah berbalik,
"Saya juga permisi ke masjid, pak. Nanti saya akan menunggu di sana." ucap ustad Zaki, walaupun ini pernikahan dadakan setidaknya ia juga harus menyiapkan sesuatu untuk pernikahannya.
"Baik ustad, kami akan menyusul." ucap pak Warsi.
Akhirnya setelah memberi salam, ustad Zaki dan Imron segera pergi ke masjid. Walaupun sampai di masjid mungkin sholat isya' sudah hampir selesai, mereka harus tetap sampai di sana.
Di rumah setelah melaksanakan sholat isya', pak Warsi meminta Bu Narsih untuk menghubungi penjual kue tidak jauh dari rumahnya, berharap masih ada kue yang bisa di bawa ke masjid.
Bu Narsih juga di bantu tetangga untuk menyiapkan semuanya, termasuk mencarikan kue seadanya.
Setelah urusan kue selesai, Bu Narsih mencari baju pengantin miliknya dulu, seingatnya masih ada,
"Nggak pa pa ya pakek ini!?" ucap Bu Narsih sambil menyerahkan sepasang kebaya tempo dulu miliknya pada Zahra.
Zahra memperhatikan kebaya putih itu, tubuh Bu Narsih muda sepertinya tidak beda jauh dengan tubuhnya sekarang,
"Bagus bu!?"
"Ya sudah cepatan di pakek, ibu mau menyiapkan yang lain. Jangan lama-lama kasihan jika orang-orang kelamaan menunggu kita."
"Iya Bu!"
Kini di kamar itu hanya menyisakan Zahra dengan baju kebayanya, ia hanya terus menatap pantulan dirinya di cermin dengan baju kebaya itu.
"Yakin, aku mau nikah malam ini juga? Ustad Zaki bahkan tidak mengajukan syarat apapun?" gumam Zahra yang masih tidak percaya.
"Kalau aku beneran nikah, lalu bagaimana dengan Bayu?" gumamnya lagi sambil melirik ponselnya, sudah beberapa hari ini Bayu seperti sengaja mendiamkannya gara-gara ia tidak mau mengajak Bayu ke rumah.
Zahra pun meraih ponsel itu dan mencari nomor yang ada di kontak favorit, nama Bayu berada di urutan paling atas.
Zahra melakukan panggilan tapi tetap saja tidak ada jawaban dari orang yang telah ia hubungi,
"Baiklah, ini salah kamu sendiri Bayu. Jadi jangan salahkan aku jika aku menikah dengan orang lain."
Zahra meraih jilbab yang teronggok di atas meja, jilbab yang senada dengan kebayanya.
"Ya Allah, aku anak SMA yang tiba-tiba menikah, bagaimana dengan kehidupanku nanti?"
"Pokoknya nanti aku harus menjaga jarak dari ustad itu, dia itu sudah terlalu berumur buat aku!?"
Tok tok tok
Ketukan di pintu membuat Zahra mengalihkan tatapannya dari cermin besar di depannya,
"Ayo Zahra, semua sudah berkumpul."
"Iya Bu, bentar!"
Zahra pun memperbaikan jilbabnya, memasang sebuah pin di bagian dadanya.
Ceklek
Bu Narsih tampak terpukau dengan penampilan Zahra saat ini,
"Ya Allah, ini beneran putri ibuk?"
"Memang ada Zahra lainnya ya Bu!?" keluh Zahra melihat reaksi ibunya, Bu Narsih tidak peduli dengan hal itu, ia mencakup kedua pipi Zahra,
"Kamu cantik sekali dengan jilbab ini nak!"
"Biasa aja buk!"
Zahra melihat ada orang lain di rumahnya, ternyata dia Nur,
"Nur!?"
Nur menghampiri Zahra dan tersenyum,
"Aku langsung ke sini begitu tahu kamu mau menikah dengan ustad Zaki,"
Hehhhh, rupanya berita ini telah menyebar ....
"Selamat ya!?"
"Hmmm!" Zahra tidak peduli dengan ucapan selamat orang lain, jelas pernikahan ini bukan pernikahan yang benar-benar ia inginkan.
"Oh iya Bu, bapak kemana?" tanyanya saat tidak melihat bapaknya, karena pria yang begitu berarti dalam hidupnya itu yang menjadi alasan kenapa malam ini ia memutuskan untuk menikah.
"Bapak sudah bareng sama pak Budi, sekalian pakek mobil soalnya bawa kue juga."
"Ohhhh!?"
"Sudah siap kan? Kamu sama nur segera ke masjid, biar ibu nyusul."
"Iya Bu!"
Bersambung
Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga ya biar tambah semangat nulisnya
Follow akun Ig aku ya
IG @tri.ani5249
...Happy Reading 🥰🥰🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Siti Brtampubolon
waduh gawat...
2023-12-09
0
Fhebrie
Kiyai ustad dn Fatimah gimana tuh
2023-09-19
0
Widi Astuti
smg mmg Zahra jodoh yg Allah berikan utk Ustadz Zaki....💐💐
2023-09-01
0