Ustad Zaki melanjutkan langkahnya saat angkot itu melaju, ia tidak sendiri.
"Ustad, ustad, ada dua orang, yang di sapa cuma ustad saja!" keluh pria yang sepertinya juga seumuran dengan ustad Zaki. Namanya Amir, dia adalah pemuda kampung itu yang selama ini menjadi marbot di masjid kampung.
Semenjak kedatangan ustad Zaki, Amir menjadi tidak sendiri lagi. Walaupun pak Kyai Dahlan sudah menyiapkan rumah untuk ustad Zaki, sang ustad memilih tinggal di masjid bersama Amir.
"Ya nggak tahu Mir, lain kali biar aku minta mereka menyapamu!"
"Ha ha ha, becanda ustad."
Mereka sepertinya baru saja dari pasar, terlihat beberapa kantong kresek yang ada di tangannya.
Mereka terbiasa memasak sendiri di salah satu ruangan yang ada di samping masjid, yang sengaja di siapkan untuk marbot dan tamu kampung.
"Hehhhhh, padahal si Nur sama si Zahra itu sejak kecil tumbuhnya bareng, jadi anaknya kok ya beda banget!" celoteh Amir, hal itu membuat ustad Zaki menatap ke arahnya, ia sebenarnya tidak tahu siapa yang tengah di ceritakan oleh di Amir,
"Siapa sih Mir?"
"Itu tadi, yang satu sopan, suka ke masjid yang satu anti banget sama masjid, urakan lagi."
"Jangan suka gibah."
"Heeeee!" Amir hanya nyengir kuda mendapatkan handikan dari ustad Zaki. "Tapi itu benar loh ustad. Kasihan sama bapaknya, padahal pengen banget putri satu-satunya jadi anak bener!"
"Memang putri siapa?"
"Pak Warsi sama Bu Narsih!"
"Pak Warsi yang biasa ke masjid?" Ustad Zaki jelas kenal dengan pak Warsi karena setiap hari jika tidak ada uzur, dia selalu datang ke masjid.
"Iya, ustad!"
Ustad Zaki kembali membayangkan dua gadis yang baru saja menyapanya tadi, tepatnya salah satu gadis yang menyapanya. Yang menyapanya tampak biasa saja, dia juga sopan. Ustad Zaki juga kerap melihatnya datang ke masjid.
Lalu bayangannya kembali pada gadis jutek yang ada di sebelah gadis yang menyapanya.
Cantik sih ....
Tapi dengan cepat ustad Zaki menggelengkan kepalanya, melihat rok pendek di atas lutut dan beberapa gelang karet hitam yang menghias tangannya, sedikit banyak membuatnya tahu gadis seperti apa di dan berteman dengan siapa saja dia.
"Itu pak Warsi!" tunjuk Amir pada pria yang tengah membawa cangkul di bahunya, sepertinya dia baru saja pulang dari sawah.
"Assalamualaikum ustad!"
"Waalaikum salam, pak Warsi. Sudah pulang pak?"
"Iya, cuma mengecek air saja, mau lanjut nyangkul di kebun. Ustad Zaki sama Amir dari mana?"
"Ini pak, habis dari pasar!" Amir menunjukkan kantong plastik yang berisi belanjaan milik mereka berdua.
"Kalau ustad dan Amir tidak keberatan, silahkan mampir ke rumah, sarapan tadi ibunya Zahra sudah masak!"
"Alhamdulillah, terimakasih atas tawarannya. Tapi lain kali saja karena setelah ini kami harus segera ke masjid sebelah ada pengajian rutinan!" tolak ustad Zaki dengan sopan.
"Ohh begitu ya, ya sudah kalau begitu saya tunggu lain kali ya. Kalau begitu saya pergi dulu, assalamualaikum!"
"Waalaikum salam warahmatullahi wa barokhatu!"
Amir dan ustad Zaki masih menatap kepergian pak Warsi. Rasanya jika membayangkan putrinya, benar-benar tidak sesuai dengan perangai bapaknya.
"Sayang sekali kan ustad,"
"Apanya?"
"Zahra itu cantik, tapi sayang kelakuannya bikin kesel."
Ustad Zaki hanya tersenyum dan memilih melanjutkan langkahnya dari pada menanggapi ucapan Amir yang semakin ngelantur.
Bersambung
Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga ya biar tambah semangat nulisnya
Follow akun Ig aku ya
IG @tri.ani5249
...Happy Reading 🥰🥰🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Frans Fs
/Chuckle//Chuckle/
2023-10-28
0
Rose Mustika Rini
jangankan cuma karena tumbuh bareng, yg saudara kembar aja bisa beda..kan masing2 org pemikiran kemauan dll lainnya berbeda2
2023-09-19
0
Kamsia
mungkin dari awal gak suka trusss akhir nya cinta
2023-07-12
1