Pagi Inis telah sholat subuh, ustad Zaki seperti biasa pergi ke pasar. Ia selain memasak untuk dirinya sendiri, ustad Zaki kerap membagikan makanan gratis bagi beberapa masyarakat yang sholat jamaah di masjid.
Memang bukan makanan yang malah, hanya pisang goreng atau tahu isi. Itupun di hari-hari tertentu, terutama hari Jum'at.
Hari ini Amir tidak bisa menemani karena ia harus pergi ke rumah orang tuanya.
Ustad Zaki sudah berada di pasar, meskipun orang-orang masih jarang melakukan aktifitas di pagi hari. Jika ke pasar pagi-pagi sekali harganya pasti lebih murah di banding dengan nanti saat lebih siangan.
"Alhamdulillah, sudah dapat semuanya!" ucapnya sambil memeriksa kembali isi tas kreseknya.
Segera langkahnya terhenti saat melihat seseorang gadis memakai seragam SMA tengah berdiri di depan apotik yang belum buka,
"Bukankah itu Zahra!?" gumamnya, ia memang baru melihat Zahra dengan jelas tadi malam tapi hal itu tidak membuatnya ragu kalau itu adalah Zahra yang semalam.
Ustad Zaki pun melanjutkan langkahnya, tapi bukan untuk pulang, ia memilih menghampiri Zahra. Siapa tahu Zahra membutuhkan bantuannya.
"Assalamualaikum, Zahra!" sapa Ustad Zaki.
Astaga, kenapa dia lagi sih. Dimana-mana rasanya selalu saja ada dia ..., keluh Zahra dalam hati.
"Waalaikum salam!" jawab Zahra dengan begitu ketus.
"Lagi nunggu apotek buka ya?"
"Sudah tahu, masih juga nanya!" ucap Zahra kesal.
"Maaf, tapi kalau hari Jum'at apotik ini selalu tutup! Kalau kamu mau, hari ini aku akan pergi ke kota, aku akan membelikannya untukmu!"
Ide bagus nih ....
"Baiklah, aku nitip ya! Ini resepnya dan ini uangnya. bye!" Zahra segera berlalu.
"Waalaikum salam, Zahra!" ucap ustad Zaki.
"Assalamualaikum!" teriak Zahra tanpa berniat untuk menoleh lagi pada ustad Zaki.
Ustad Zaki hanya menggelengkan kepalanya menatap kepergian Zahra.
Setelah itu ia menatap pada selembar uang seratus ribuan dan juga selembar catatan resep yang di tulis oleh dokter semalam.
"Sepertinya aku tidak akan sanggup!" gumamnya lagi kembali menatap Zahra yang sudah hampir masuk ke dalam angkot.
"Astaghfirullah hal azim!" ucapnya lagi kemudian berlalu, ia tidak mau memikirkan hal yang tidak-tidak lagi.
Hingga ia memilih angkot yang selanjutnya, dan turun tepat di ujung gang. Ustad Zaki tampak kerepotan membawa belanjaannya, biasanya ia di bantu Amir. Tapi kini ia harus membawa beberapa kantong plastik sendiri.
"Assalamualaikum ustad, biar saya bantu!"
"Waalaikum salam!" ustad Zaki segera menoleh ke sumber suara, ternyata sosok gadis dengan jilbab syar'i nya tengah berdiri di belakangnya.
"Fatimah ya?"
"Iya ustad, Alhamdulillah kalau ustad kenal sama Imah! Biar Imah bantu bawa ustad!"
"Tidak usah!"
"Nggak pa pa, lagi pula kita satu jalan kan ustad!"
Fatimah memaksakan diri untuk membawa dua kantong plastik lainnya.
"Maaf ya sudah merepotkan Imah!"
"Tidak kok ustad, Imah tidak merasa di repotkan!"
"Oh iya, kata pak kyai kamu masih di pondok, kok sudah di sini saja."
"Alhamdulillah Imah lulus lebih cepat, ustad. Dan sekarang Imah sedang fokus sama kuliah Imah!"
Rasanya setelah bertemu dengan Zahra dan sekarang bertemu dengan Imah, terlihat sekali berbedaannya. Diam-diam ustad Zaki mengagumi sosok gadis yang tengah berjalan bersamanya itu, selain santun, Imah juga cukup berprestasi. Ia juga sangat faham tentang agama, jauh berbeda dengan Zahra.
Astaghfirullah, kenapa aku membandingkan mereka ....
"Ustad sedang memikirkan apa? Kalau Imah lihat dari tadi ustad melamun?"
"Tidak pa pa, hanya sedikit masalah saja!"
Ustad Zaki tidak bisa mengabaikan apa yang telah di bicarakan oleh pak Warsi semalam, ia sudah berusaha untuk melupakan dan menganggap itu bukan hal yang penting tapi nyatanya tidak bisa.
"Sudah sampai, terimakasih atas bantuannya!"
"Sama-sama ustad. Oh iya ustad, karena Imah sudah di rumah, Imah mau daftar jadi peserta pengajian ustad."
"Lohhh, jangan peserta, kamu harusnya jadi pengisi juga. Saya akan bicarakan hal ini dengan yang lain juga."
"Tapi ustad, Imah mana bisa!?"
"Pasti bisa, sayang ilmunya kalau tidak diamalkan."
"Nanti saya coba ustad, tapi Imah masih butuh bimbingan ustad."
"Insyaallah!"
"Ya sudah, Imah pamit ya ustad! Assalamualaikum!"
"Waalaikum salam warahmatullahi wa barokhatu!"
Ustad Zaki menatap kepergian Imah, Imah benar-benar wanita idaman bagi semua pria. Cantik, mandiri, Sholehah, sopan, dan berbakti pada orang tuan.
Imah adalah putri satu-satunya dari kyai Irsyad, kyai Irsyad adalah kyai yang ada di kampung itu. kyai Irsyad sangat di segani di kampung.
Bersambung
Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga ya biar tambah semangat nulisnya ya
Follow akun Ig aku ya
IG @tri.ani5249
...Happy Reading 🥰🥰🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Jangan pernah MENILAI SESEORANG ITU DARI LUARANNYA,baik luaran belum tentu baik hatinya,Buruk luarannya belum itu buruk hatinya..Banyak novel kisah anak Pesantren yg ku baca semua Kayak Imah,Katanya CANTIK,BAIK,BERPENDIDIKAN TINGGI, IDAMAN SEMUA PRIA,tau2 nya hatinya busuk..🙏🙏🙏😄
2025-01-22
0
Siti Brtampubolon
saingan tapi jodoh siapa yang tau 🥰
2023-12-09
1
m.ria
jodohmu
2023-10-16
0