Amir mengikuti langkah cepat Zahra menuju ke rumahnya, jarak rumah dokter dengan rumah Zahra sebenarnya tidak begitu jauh tapi karena Zahra tidak tahu tentang dokter atau apapun di kampungnya membuatnya cukup kebingungan.
Saat mereka sampai, beberapa tetangga sudah berkumpul di rumah pak Warsi. Hal itu tentu membuat Zahra semakin takut terjadi sesuatu dengan bapaknya.
"Bapak, bapak kenapa?" Zahra dengan cepat berlari masuk ke dalam rumah, diikuti oleh Amir.
Tapi saat ia masuk ternyata dokter sudah sampai lebih dulu, mungkin karena kedatangan dokter membuat tetangga penasaran dengan apa yang terjadi hingga membuat mereka menghampiri rumah pak Warsi.
Dokter lebih cepat sampai karena Zahra dan Amir jalan kaki sedangkan dokter memakai motor.
Zahra segera menghampiri ibunya yang tengah berdiri di ambang pintu, menatapat suaminya yang tengah di periksa oleh dokter, pak Warsi juga sudah tampak siuman.
"Bagaimana Bu, bapak?" tanya Zahra saat melihat bapaknya, ia tidak berani mendekat takut jika dirinya membuat bapaknya semakin sakit.
"Dokter sedang memeriksa bapak!" ucap by Narsih tanpa berniat menoleh pada putrinya itu, ia masih tampak fokus menatap suaminya dalam hatinya terus saja berdoa semoga suaminya tidak ada masalah yang serius.
"Tapi bapak tidak pa pa kan?" tanya Zahra lagi, ia benar-benar ingin segera tahu apa yang terjadi pada bapaknya.
"Semoga!" jawab ibunya masih dengan nada yang sama. Salah satu ibu-ibu yang berdiri tidak jauh dari mereka segera mendekati Bu Narsih, mengusap punggung Bu Narsih seolah memberi kekuatan pada tetangganya itu.
"Kamu yang sabar ya, yu! Pasti kang Warsi baik-baik saja!" ucap salah satu tetangga mencoba menenangkan bu Narsih, tapi memberi tatapan tidak bersahabat pada Zahra. Selama ini kehadiran Zahra seperti sebuah keresahan dalam masyarakat.
Tapi hal itu tidak membuat Zahra heran, karena setiap hari juga seperti itu, tetangganya selalu memberi tatapan tidak suka, tatapan menghakimi pada Zahra. Walaupun ia tidak melakukan kesalahan apapun, ia hanya memilih dengan siapa ia bergaul, tapi bukan berarti ia buruk, tapi tetap saja terlihat buruk di mata orang lain.
Sedangkan Amir yang menunggu di depan memilih mengobrol dengan beberapa tetangga yang lain.
Hingga terdengar suara motor yang berhenti di depan rumah pak Warsi, setelah pengemudi itu turun dari motornya segera memberi salam pada orang-orang yang ada di luar, ternyata dia adalah ustad Zaki.
"Bagaimana keadaan pak Warsi?" tanyanya pada Amir dan beberapa bapak yang lain.
"Masih di periksa dokter!" ucap salah satu bapak yang seumuran dengan pak Warsi, sepertinya ia tetangga samping rumah pak Warsi.
"Kita berdoa saja semoga semuanya baik-baik saja!" ucap ustad Zaki lagi.
"Amin." semua bapak yang jumlahnya lima orang beserta Amir pun mengamini ucapan ustad Zaki.
"Silahkan duduk dulu ustad!" salah seorang dari mereka merelakan duduknya untuk ustad Zaki.
"Tidak perlu, terimakasih. Bapak saja yang duduk, saya biar sama Amir berdiri!" tolaknya dengan halus, di sana hanya dirinya dan Amir yang paling kuda, rasanya tidak pantas memakai tempat duduk yang jelas-jelas selain mereka adalah orang-orang yang usianya di atas mereka.
Hingga akhirnya dokter selesai melakukan pemeriksaan, ia keluar dan segera di hampiri oleh Zahra dan ibunya,
"Bagaimana dok suami saya?" Zahra memilih diam di belakang ibunya.
"Semoga tidak pa pa, pak Warsi seperti mengalami gejala serangan jantung ringan!"
"Jantung?" ucap Zahra dan Bu Narsih bersamaan,
"Tapi selama ini suami saya tidak pernah punya keluhan jantung, dok!" ucap Bu Narsih kemudian. Selamat ini suaminya sehat-sehat saja, tidak punya keluhan apapun apalagi masalah jantung.
"Serangan jantung bisa di sebabkan kerena tekanan Bu, jadi setelah ini saya harap anda menjaga pak Warsi dari segala hal yang menyebabkan beliau kembali terkena serangan jantung!"
"Iya dok!" Bu Narsih melirik pada putrinya, walaupun tidak ingin menyalahkan tapi ia hanya ingin putrinya itu menyadari kesalahannya. Seandainya saja putrinya itu tidak membangkang dan keras kepala pasti suaminya masih baik-baik saja.
"Ini resep obat yang harus di tebus, segera di tebus agar pak Warsi kembali sehat!" ucap dokter sambil menyerahkan secarik kertas untuk Bu Narsih.
"Baik dok!"
"Kalau begitu saya permisi! Hubungi saya jika ada sesuatu lagi!"
"Terimakasih dok!"
"Biar Zahra yang antar dokter, Bu!" ucap Zahra menawarkan diri.
Zahra pun mengantar dokter ke luar, beberapa tetangga sudah kembali ke rumahnya masing-masing, tinggal empat orang dengan ustad Zaki dan Amir.
"Terimakasih ya dok!"
"Iya!"
Dokter pun berlalu, dan beberapa tetangga pun masuk untuk melihat keadaan pak Warsi sekalian berpamitan.
Setelah dokter meninggalkan rumahnya, begitu juga dengan para tetangga, Zahra pun menoleh pada dua pria yang masih berdiri di depan rumahnya itu,
"Kalian tidak sekalian mau pulang?" tanya Zahra yang sudah hampir masuk saat semua tetangga meninggalkan rumahnya.
"Ya Allah, zah! Bibir mu itu, lamis banget!Jangan judes-judes jadi orang!" timpal Amir dan langsung di hentikan oleh ustad Zaki.
"Oh iya, maaf. Kami akan segera pulang, salam saja buat pak warsi dan Bu Narsih ya!"
"Hmmmm!" Zahra hanya menganggukkan kepalanya malas, entah kenapa ia begitu kesal setiap kali melihat ustad Zaki, rasa-rasanya semua ini gara-gara ustad yang ada di depannya itu.
"Assalamualaikum!" ustad Zaki pun segera mengucapkan salam dan bersiap-siap untuk pergi tapi Zahra sama sekali tidak berniat menjawab salam dari ustad Zaki. Hal itu membuat Amir kesal.
"Jawab zah kalau ada yang kasih salam!" lagi-lagi Amir memperingatkan Zahra.
"Isssttttt!" Zahra begitu malas, tapi ia terpaksa menjawab salamnya dengan nada ketus.
"Iya, iya, waalaikum salam!" ucapnya kemudian.
"Yang iklas kalau jawab!" Amir masih memrotesnya membuat Zahra benar-benar kesal.
"Ya ampun mas Amir nih jadi orang ribet banget sih, dia aja biasa aja. Nggak komen! Ngapain mas Amir yang ribut sendiri!" ucap Zahra sambil melirik ustad Zaki yang sedari tadi diam dan hanya tersenyum.
"Ustad Zaki, bapak ingin bicara sama ustad!" seketika suara ibunya menghentikan protes Zahra pada Amir.
Bersambung
Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga ya biar tambah semangat nulisnya
Follow akun Ig aku ya
IG @tri.ani5249
...Happy Reading 🥰🥰🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Frans Fs
zahra/Hey/
2023-10-29
0
Ayuk Vila Desi
Zahra gak sopan banget ada tamu bilang gitu
2023-07-01
0
Rosidah Ponsel
lanjut....
2023-04-16
1