Ustad Zaki tengah bersantai di tempat singgahnya sambil mengerjakan sesuatu di laptopnya. Tampak laptop itu sudah menyala semenjak ba'dha dhuhur tadi, sesekali ustad Zaki membetulkan letak kaca matanya yang sedikit menceng.
Ini hari Sabtu, jika seperti ini kegiatan ustad Zaki sedikit longgar, Amir terlihat tengah sibuk dengan tanamannya,
"Bentar lagi panen nih sawinya!" ucap Amir yang tampak memilah ulat yang mungkin bersembunyi di balik daun sami yang tampak hijau menghiasi halaman tempat singgah.
"Alhamdulillah, bentar lagi makan mie sawi dong." ucap ustad Zaki menanggapi ucapan Amir sambil tersenyum becanda.
"Masak cuma mau di buat mie sih, ustad?"
"Ya kan sawi cocoknya di masak sama mie di tambah telur ceplok, cabenya yang banyak." ustad Zaki bicara seperti sedang membayangkan apa yang sedang ia bicarakan saat ini.
"Assalamualaikum!" hingga salam seseorang membuat kedua orang dengan kegiatan yang berbeda itu serempak menjawab salam.
"Waalaikum salam!"
Tampak seorang pria berkoko putih lengkap dengan sarung dan peci yang ia kenakan, siapapun tahu siapa pria itu.
Amir langsung membersihkan tangannya saat tahu siapa yang datang begitu juga dengan ustad Zaki, ia dengan cepat menutup laptopnya dan berdiri menyambut tamunya.
"Kyai Irsyad!" ucap ustad Zaki, ia merasa tidak sedang ada janji ketemu dengan seseorang. Tapi kyai irsyad yang tiba-tiba datang tentu membuat ustad Zaki bertanya-tanya.
Ustad Zaki berjalan cepat ke depan pintu,
"Tumben kyai ke sini!?" tanya Amir juga, ia tengah mengelap tangannya yang baru saja di bersihkan di kram air tepat berada di samping kebun mininya.
"Iya, kebetulan tadi lewat, sekalian mampir ada yang mau saya bicara sama ustad Zaki."
Ustad Zaki merasa tersanjung karena kedatangan kyai Irsyad, dia bukan hanya sibuk tapi juga sangat di segani di kampung ini.
"Silahkan duduk, kyai!" pinta ustad Zaki. dan kyai Irsyad pun segera duduk.
"Terimakasih."
Setelah memastikan kyai Irsyad duduk, ustad Zaki pun hendak beranjak ke dalam untuk membuatkan minuman bagi tamunya itu.
Melihat ustad Zaki yang hampir pergi ke dalam, Amir pun segera menghampiri mereka.
"Biar saya yang buatkan minuman ustad, ustad temani pak kyai saja." ucapnya mencegah ustad Zaki beranjak.
"Baiklah." ustad Zaki mengurungkan niatnya untuk ke belakang, ia ikut duduk di tempatnya semula.
"Sedang santai ya ustad?"
"Alhamdulillah iya pak Kyai. Kebetulan hari ini tidak ada jadwal apapun."
"Kebetulan sekali, berarti kedatangan saya tidak mengganggu kan?"
"Sama sekali tidak pak kyai. Jangan sungkan! Kalau boleh tahu, ada apa pak kyai?. Sepertinya begitu penting hingga pak kyai harus repot-repot ke sini?"
"Tidak pa pa, tadi hanya kebetulan lewat saja."
"Syukurlah, saya kira ada hal yang sangat penting."
"Sebenarnya ada sih yang ingin saya bicarakan. Semoga ini tidak menjadi pikiran pak ustad!"
"Semoga tidak pak kyai. Ada hal berat apa hingga pak kyai ingin membicarakan dengan saya ini?"
"Tidak berat sebenarnya, ini masalah Fatimah."
"Ada apa pak kyai dengan dek Fatimah? Apa dek Fatimah dalam masalah? Kalau saya bisa bantu, saya pasti akan membantu."
"Sebenarnya lebih tepatnya saya dan istri saya yang bermasalah, bukan Fatimah ya. Maklum lah Fatimah itu putri kami satu-satunya."
"Maksud pak kyai?"
"Putri saya itu usianya sudah hampir dua puluh dua tahun, dia juga sudah lulus pondok, dan sekarang tengah menjalani pendidikannya di universitas. Sudah banyak pria yang menanyakan dia, tapi selama ini saya ataupun Fatimah masih pikir-pikir karena belum ada yang cocok. Padahal kami ingin sekali segara punya cucu biar nggak kesepian."
Ustad Zaki memperhatikan ucapan kyai Irsyad dengan seksama, mencoba memahami apa maksud dari perkataan kyai Irsyad.
Tapi belum sampai kyai Irsyad berbicara lagi, Amir sudah kembali dengan membawa nampan yang berisi dua gelas teh hangat,
"Silahkan di minum kyai, hanya ini!" ucap Amir sambil meletakkan satu per satu gelas yang berisi teh hangat itu di depan.ustad Zaki dan juga pak kyai.
"Nggak pa pa, ini lebih dari cukup. Terimakasih! Saya minum ya!" kyai Irsyad pun mengambil gelas yang ada di depannya dan segera meneguk teh itu hingga tersisa setengah, sepertinya kyai Irsyad juga sangat haus.
Amir pun ikut duduk bersama mereka, ia juga penasaran dengan apa yang di bicarakan oleh kyai Irsyad.
Setelah meletakkan gelasnya lagi, ia melihat ke arah jejeran tanaman sawi yang tampak.hijau yang di tanam di polibag-polibag kecil dan di tata begitu rapi juga bertingkat,
"Bagaimana mir, sawinya bagus?"
"Alhamdulillah kyai. satu Minggu lagi sudah bisa di panen." ucap Amir antusias, ia benar-benar merasa bangga dengan hasil kebunnya kali ini.
"Syukurlah. Menanam apa lagi sekarang?" tanyanya lagi saat melihat bedengan di bawah jaring yang sudah tampak mengeluarkan daun kecil-kecil.
"Ini sudah mulai buat benih tomat pak kyai, semoga nanti hasilnya juga seperti sawi."
"Amin!" ucap pak kyai mengamini ucapan Amir, "Kamu ini pekerja keras ternyata, pasti orang tua kamu bangga sama kamu."
"Hanya untuk mengisi waktu luang saja pak kyai. Kalau pekerjaannya membersihkan masjid sudah selesai, saya bingung kalau tidak membuat kesibukan." ucap Amir mencoba merendah, karena nyatanya hasil berkebunnya walaupun tidak banyak bisa untuk membantu keuangan keluarganya, membantu biaya sekolah adik-adiknya.
"Bagus, pemuda memang harus begitu. Dari pada bingung cari kerja, mending membuat pekerjaan sendiri. Lebih enak di nikmati."
"Alhamdulillah, iya pak Kyai."
Bersambung
Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga ya biar tambah semangat nulisnya
Follow akun Ig aku ya
IG @tri.ani5249
...Happy Reading 🥰🥰🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Fhebrie
ustadz zaki bakalan di lema ini milih Fatimah apa zahra
2023-09-19
2
Cah Dangsambuh
kira kira siapa yang mo di pilih ustadz zaki
2023-01-13
0
Mamih Nonik
pak Kiyai naks7dnya m bgwlaoar Ystad Zaxi u Farumah
2023-01-02
1